Chapter 11 : Tim Pembunuh

[ Author POV ]

Quema berdiri di ujung koridor menunggu Yuliana yang berjalan sangat pelan ke tempatnya. Cuma ada kekesalan saat ini.

"Kau tahu sendiri cara membuatku menjadi marah, Yuliana~~" seru Quema sambil menggeram. Pasalnya Yuliana mencium Iksan tepat di depannya.

"......." Yuliana hanya diam dengan tatapan kosongnya. "Ayo kita pulang... Ke rumah kita." Quema menarik Yuliana bersamanya keluar dari akademi.

Kerjakan.










"Baik!"

Dari dinding koridor muncul lima orang yang menyatu dengan bayangan tadi. Mereka keluar sesudah Quema pergi dan memberi perintah secara tak langsung.

"Akhirnya kita bisa keluar~~" desah wanita bersurai bunga sakura.

"A-aku kira k-kita bakal m-mati t-tadi.." kata bocah dengan perasaan takut.

"Mau bagaimana lagi.? Target kita adalah calon pemimpin kita sendiri. Tentu dia memiliki kekuatan yang menakutkan.." jelas wanita dark elf berkacamata.

"Hahahaha. Ketua, boleh aku membunuhnya sekarang? Boleh ya?!" pekik pria berpedang tak sabaran.

"Jangan terlalu berlebihan, nanti bisa ketahuan.."

"Terimakasih. Ketua baik sekali~!"

Pria berpedang ungu itu melesat sangat cepat ke Iksan dengan mata pedang terhunus. "?!"

Swash!!

Dinding api yang berwarna biru tiba-tiba memblokir serangannya. Pria itu diserang dari balik dinding oleh perempuan bersurai ungu tua yang mengenakan dua pedang. Rekan-rekannya yang ada dibelakang tadi juga ikut diserang oleh seseorang.

Tap, tap..

"Itu salah!" seru suara perempuan. "Menyerang orang yang tidak bisa bergerak, itu adalah tindakan seorang pengecut. Itu sangat salah!" lanjutnya. "Aku tidak tahu kenapa kalian ingin membunuh pemuda ini tetapi dia adalah siswa akademi ini. Maka dari itu sudah menjadi tugas wakil ketua anggota Komite Keamanan untuk menjaganya!"

Seorang perempuan bertopi dengan pakaian penjaga istana hitam disamping dan putih ditengah tiba-tiba sudah berdiri di tempat Iksan.

"Hah?! Siapa kau yang berani menghalangi kesenanganku?" kesal pria berpedang.

Dash!

Dia melesat kembali, kali ini pedangnya diselimuti oleh air.

"Aaaah, kau orang yang merepotkan!"

Teknik Berpedang Aliran Hampa :
Cegatan Arus Air

Swush!!

Gelombang air meledak di mata pedang perempuan itu, ia maju dan menebas cepat ke atas dan bawah membuat garis miring ke bawah kanan. Pria berpedang tadi bersimbah darah kemudian roboh disamping kanannya.

"Claudia, kau terlalu berlebihan.." tegur perempuan bersurai ungu tua.

"Aku cuma menebasnya, Ras, tidak mencederainya.." balas perempuan ini tak mau salah.

"Anggota komite?"

"Mereka adalah orang yang kuat. Berhati-hatilah, Serah.!" peringat ketua tim ini.

Vacuum Air Make : Illusion Bullet

Beberapa peluru angin hampa tercipta mengelilingi kedua perempuan tadi lalu menembaki mereka. Hempasan gelombang kejut tercipta setelahnya.

"K-kak, m-mereka berhasil l-lolos.." beritahu bocah penakut. Claudia dan Ras berlari mendekati keempat orang tersisa, semantara Iksan terlindungi oleh api biru.

Teknik Berpedang Aliran Api :
Cincin Api

Blast!

Dua tebasan api biru melingkar menghantam keempatnya, hanya wanita dark elf kacamata yang tetap diam ditempat sementara ketiganya menghindar.

"Hati-hati dengan dark elf itu, ada aneh dengannya.."

"Ya~" Ras menghentakkan kaki kirinya ke depan dengan kuat menusukkan kedua pedangnya.

Thurst---

Change Direction

Kedua tusukan Ras entah bagaimana berbelok tidak dapat mengenai wanita dark elf.

"Sihirku adalah 'Perisai Tak Terlihat'. Mustahil untukmu melukaiku.."

"He~~"

Ras menarik pedangnya dan mengayunkan kedua senjatanya dalam kecepatan cahaya.

Teknik Berpedang Aliran Angin :
Nafas Hampa

Sless..

Sisi kiri wanita elf itu telah tergores.

"Aku penasaran, bagaimana seandainya pertahanan tak terlihat beradu dengan serangan kilat yang notabene 'sesuatu' yang tidak dapat dilihat juga.."

"Kau!" ekspresi tenang wanita dark elf ini berubah bersamaan dengan itu juga.

Claudia menggunakan sihir alternatif 'Steps' yang mana membuatnya dapat menendang udara kosong. Claudia melompat ke bocah penakut.

"Senjatamu tidak sesuai dengan badanmu.." tegur(?) Claudia memperhatikan pedang besar milik si bocah penakut.

"Hiik?!"

Trang!

Claudia mengayunkan pedangnya kuat menghantam tangisan bocah itu, membuatnya jatuh ke lantai.

Saat Claudia mendarat dengan selamat, tembakan vakum udara melesat cepat ke tempatnya.

"Rencananya adalah menjadikan Roe sebagai umpan.." batin Serah.

Teknik Berpedang Aliran Hampa :
Semburan Akrobat

Brush!

Tebasan mengayun ke atas Claudia menciptakan kobaran api yang membakar tembakan vakum udara Serah.

"Kau juga bisa api!?" syok Serah. Claudia mengambil kesempatan menyerang Serah dalam posisi menusuk.

"Umm.!"

"?!" Claudia lumayan terkejut dengan tindakan Roe-- bocah penakut yang melompat ke lintasan tusukannya.

Teknik Berpedang Aliran Angin :
Hujan Kehampaan

Tekanan angin yang sangat kuat menghancurkan tempat Claudia, Roe terlihat 'menekan' angin dengan pedang besarnya disaat yang sama juga Claudia jatuh berlutut.

"Tahan dia, Roe.." cetus Serah menyiapkan sihir vakum.

"Ini gawat.."

Claudia mengaktifkan 'Mana Eyes' dan 'Strength', sedikit demi sedikit Cludia dapat bergerak mengikuti arah dimana mana minim berkumpul.

Vacuum Air Make : Light Torpedo

Pssdt... Dhuar!

Udara meledak membuat lintasan cahaya yang tertembak ke Claudia.

"!"









Red Bold : Death Spear

Tombak hitam kemerahan menghalau serangan Serah, dan jadi terpaan angin saja. Roe yang terkena terpaan yang kuat ia terpental membuat serangannya berhenti sampai disitu.

"Ap--?!" suara Serah terpotong oleh kehadiran Claudia yang tiba-tiba di depannya.

Slash, slash!

Claudia menumbangkan Serah menggunakan teknik yang sama saat mengalahkan pria berpedang di awal tadi.

"K-kak S-serah, juga??" suara Roe tak percaya.

"Roe, kau masih bisa bangun?" tanya ketua tim yang sudah ada di dekat. "T-tidak, k-ketua. K-kaki saya s-sepertinya terkilir.." jawab Roe patah-patah.

"Begitu..."









Thrust!

"??"

Ketuatimnya tiba-tiba menusuk Roe yang tidak tahu apa-apa dengan bagian bawah tongkat sihirnya.

"Ke..tua?"

"Kau cuma menjadi bebanku. Mati saja sana.." Roe terkapar di atas lantai, dada kirinya mengeluarkan banyak darah dan Roe kelihatan susah bernafas.

"Apa yang kau lakukan pada rekanmu sendiri?!" emosi Ambush(?).

Ambush adalah orang yang mengalau serangan vakum Serah tadi.

"Sekarang lebih ramai dan merepotkan. Washa!"

Tap..

Wanita dark elf mendekat ke tempat ketuanya setelah dipanggil.

Fire Magif 'High' : The Sun

Bola api sepanas matahari dibuat oleh ketua tim musuh, apinya membakar langit-langit, melelehkan cat lantai dan menghancurkan jendela satu-persatu.

"Jika dilepaskan maka sekolah kita hancur lagi... Itu artinya aku bakal tidak ketemuan bertemu dengan Rose? Bagus juga."

"". .... ."" Claudia dan Ras sweatdrop kompak menatap Ambush.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?!"

"Matilah kalian, para cecunguk!"

"Claudia!"

"Aku tahu.."

Claudia menghunuskan pedangnya yang penuh dengan aura ke bola matahari.

"......."

""........""













"Disini..sangat berisik!"

Gruops!!

Bola matahari itu lenyap seperti terhisap ke dalam lubang hitam.

"Apa?!" kaget ketua musuh. "!"

"Crine.!" wanita dark elf berpindah tempat ke belakang ketuanya, ia menggunakan 'Perisai Tak Terlihat', kaca dan lantai yang awalnya retak jadi baik seperti semula.

"Apa yang terjadi? Katakan, Washa." titah Crine-- ketua musuh tak sabaran.

"Ada pengguna ruang dan waktu. Kemungkinan sihirmu yang tadi dipindah oleh gadis ini.."

"Gadis? Aku adalah seorang perempuan, tahu.!"

"Kalimat itu!?"

"Murid Infek!?"

Seorang perempuan berambut coklat sedikit panjang yang mengenakan pakaian mewah dengan barisan kacing disebelah kanan dan rok hitam sedang tengah... Duduk(?) di kursi dan berada di depan Washa.

"Kenapa dia duduk? Dan darimana datangnya kursi itu!?" batin Ambush terkejut hebat.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, junior?" tanyanya, sudah ada disamping kanan Ambush(masih dalam kondisi duduk).

"Hwuah?? Apa? Sejak kapan?"

"Murid Infek.." seru Claudia memanggil.

"Claudia'kah? Apa aku menganggu?"

"Tidak sama sekali. Kebetulan kami membutuhkan bantuan.."

"Bantuan? Kau? Hehehhe.." Infek entah kenapa tertawa kecil. "Berhenti bercanda, Claudia. Kau bisa mengalahkan mereka dengan cepat andai kau 'sangat' serius. Aku mengetahuinya dari ketuamu.."

"Itu benar, murid Infek, tetapi aku tidak bisa melakukannya disini.."

"Claudia benar, murid Infek. Kita sekarang ada di lorong.."

"Aku mengerti. Bagaimana jika aku memindahkan kalian saja.?"

Ctek?!

Infek menjentikkan jarinya, bersamaan dengan itu keempat orang kecuali Ambush menghilang dari lorong.

"K-kemana mereka pergi?" syok Ambush ditambah bingung.

"Mereka aku kirim ke salah satu ruang favoritku. Sihirku bernama 'Kondisi Perpindahan Ruang', memungkinan diriku untuk memindahkan sesuatu ke ruang yang aku buat.."

"Hoo~? Itu sihir yang luarbiasa.!"

""!?" Ambush dan Infek dikejutkan oleh kehadiran Crine seorang.

"Dia kembali?"

"Hmm. Sepertinya kau memiliki kemampuan untuk memutarbalikkan sihir.." terka Infek masih tenang.

"Tidak~tidak, nona muda. Ini adalah... Sulap!"

"?" salah satu kaki kursi Infek berada di tangan Crine, sontak saja itu membuatnya hampir gugur andai Ambush tidak ada disana.

"Terimakasih, junior.."

"Apa tujuanmu mengincar Iksan?" tanya Ambush.

"Tujuan? Tentu saja, itu adalah membunuh target. Karena aku adalah seorang pembunuh bayaran!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top