9: See you.

(Namakamu) melangkahkan kakinya pelan memasukki bandara. Hari ini, Iqbaal-nya akan meninggalkan Indonesia lagi. Untuk melanjutkan pendidikannya di USA. Gadis itu menghela nafasnya pelan, berusaha tidak menangis ketika ia dan Iqbaal harus kembali berpisah.

Dari kejauhan, (Namakamu) sudah dapat melihat Iqbaal yang tengah memeluk sahabatnya bergantian. Dan ya, (Namakamu) tak melihat keberadaan Vanesha disana, ia sedikit bernafas lega.

Semenjak menonton film Dilan dua hari lalu, (Namakamu) semakin tidak bisa mengontrol sifat kekanak-kanakannya. Ditambah berita Iqbaal dan Vanesha kian ramai, mantan-mantan Iqbaal dan semuanya. Apalagi, Vanesha sudah sempat mencium pipi Iqbaal walaupun dalam adegan film, tapi tetap saja.

Rike menyadari kehadiran (Namakamu) tersenyum,  ia meng-kode Ody soal kehadiran gadis yang sudah ia anggap sebagai putri-nya itu. Ody menoleu cepat dan menampakkan matanya yang berbinar ketika melihat (Namakamu).

"Ya ampun Ipar! Lama banget sih!" Gerutunya sambil memeluk (Namakamu) erat-erat.

(Namakamu) mendengus sebal lantas menepuk-nepuk tangan Ody dengan cukup kencang.

"Heboh banget sih!" Balas (Namakamu) sengit, membuat Ody mencibir.

"Halah, sok gak mau dipeluk Teteh, padahal juga kalo enggak dipeluk seminggu rindu sendiri," ujar Ody.

(Namakamu) memutar bola matanya malas, "enggak usah nyebut judul lagu juga!"

Rike diam-diam tersenyum melihat keributan kecil yang terjadi dihadapannya, tak lama datang Herry dengan Iqbaal yang baru saja usai berbincang.

"Eh, kok malah ribut?" Tanya Iqbaal sembari melerai kedua gadis yang masih saja saling bertukar tatapan kesal.

Rike menyadari, ada perubahan ekspresi diwajah salah satu putrinya: (Namakamu).

"Ini nih! Si biang kerok!" Adu Ody.

(Namakamu) mencibir, "ngadu aja!"

"Ayah, masak aku dikatain biang kerok!" Ujar (Namakamu) pada Herry yang terkekeh kecil.

"Ngadu aja!" Ujar Ody meniru ucapan (Namakamu) tadi.

Rike dan Herry menggeleng, kemudian memberi Ody kode agar memberi waktu Iqbaal dan (Namakamu) untuk berdua.

Ketiga-nya lantas beranjak. Membiarkan (Namakamu) melampiaskan segala kesedihannya ketika harus berpisah dengan Iqbaal, lagi.

Iqbaal menatap (Namakamu), mengusap rambut gadisnya pelan. Dalam satu hitungan didetik berikutnya, (Namakamu) melompat kepelukkan Iqbaal, membiarkan sesuatu yang ia tahan sedari tadi lebas begitu saja.

Iqbaal tersenyum tipis, mencium puncak kepala (Namakamu) lembut. Menyalurkan apa yang tengah ia rasakan saat ini; ketakutan.

"Jangan sedih, Semesta."

(Namakamu) menggeleng, tetap dalam posisi memeluk Iqbaal.

Tak lama, gadis itu melepaskan pelukkannya, mendongak menatap wajah pemuda-nya lekat. Mengusap pelan pipi Iqbaal, dan mencubitnya dengan gemas sekilas.

"Jaga diri disana ya, jangan macem-macem. Kamu bebas, tapi harus inget batas. Inget lima waktunya, istirahat, makan yang cukup," ujar (Namakamu) pelan.

Gadis itu kemudian menjinjitkan kakinya dan melayangkan kecupan singkat dikening Iqbaal. Membuat Iqbaal tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya, tanda meng-iya-kan ucapan (Namakamu).

(Namakamu) tersenyum, "jangan begadang, jangan banyak minum kopi, jangan kebanyakan mi instan, jangan lama-lama liat hp, pokoknya gak usah banyakan gaya!"

Iqbaal mendengus, "iya sayang!

Hening.

Iqbaal menggenggam kedua tangan (Namakamu) dan mengecup punggungnya bergantian, kemudian menatap dalam mata gadisnya.

"Kamu juga, jangan cemburu."

(Namakamu) hendak mengangguk, namun dengan terpaksa gadis itu harus menggeleng.

Iqbaal mengernyit, namun senyum lembut yang terbit diwajah (Namakamu) membuat kernyitan dikeningnya perlahan menghilang.

"Happy anniversary, Iqbaal. Udah dua tahun, kita sama-sama," ujar (Namakamu) tiba-tiba, "dua tahun aku ngehadepin kamu. Dua tahun kamu ngehadepin sifat childish, cengeng dan cemburuan aku."

Iqbaal tersenyum, "aku harap tahun beri-"

Ucapan Iqbaal terhenti kala (Namakamu) menempelkan jarinya dibibir Iqbaal, meminta Iqbaal diam, dan tentu saja Iqbaal menurut.

"Makasi udah buat aku ngerti apa artinya sabar, bertahan dan cemburu. Kamu ngajarin aku gimana caranya supaya enggak egois dan tetep setia. Kamu selalu kuatin aku ketika aku hampir nyerah sama semuanya, makasi."

Iqbaal mengangguk kecil dengan wajah serius, menyimak apa yang akan (Namakamu) lontarkan lagi.

Gadis itu tersenyum dan mengusapkan tangannya ke rambut Iqbaal dengan lembut, "aku rasa dua tahun cukup buat kita saling mengenal kan? Jadi aku mau sekarang kita enggak boleh ada yang namanya berantem lagi, oke?"

Gadis itu menghela nafasnya, "dan aku pikir, semuanya cukup. Aku cinta sama kamu Baal, sangat, kamu sendiri tau kayak apa. Dan aku tahu, kamu juga gitu. Jadi, aku putusin, ini adalah anniv terakhir kita."

Raut wajah Iqbaal berubah.

"Aku bakalan lepasin kamu, demi kelancaran film kamu, penggemar kamu yang dukung kamu sama dia, dan hati kamu. Aku paham, cepat atau lambat karena seringnya kamu sama dia ketemu, perasaan pasti bakalan tumbuh, enggak peduli berapa kali kamu bilang kalo kalian cuma temen atau sahabat."

Iqbaal memasang wajah tak percayanya, "sayang ka-"

"Udah Baal, jangan nyangkal. Kalo kamu masih mau bilang kalo kamu sama dia itu temen coba kamu inget lagi, sebelum kita pacaran, namanya apa coba?"

Iqbaal diam, (Namakamu) benar.

Gadis itu kembali menghela nafas. "Dua tahun itu sangat cukup, aku udah kenal sosok Iqbaal Ramadhan, dia yang jadi Dilan. Sempat jadi pemuda yang sangat aku cinta, ya sampai sekarang. Aku lepasin kamu, bukan berarti aku enggak cinta kamu. Kita cuma perlu introspeksi, Baal. Istirahatin semuanya, hati, pikiran bahkan hubungan ini. Aku bilang istirahat bukan berarti suatu saat aku minta kamu buat mulai semuanya lagi, aku cuma mau hati kamu yang jalanin semuanya suatu saat."

"Dan, Iqbaal, makasi atas dua tahun ini. Aku belajar banyak dari kamu. Makasi Iqbaal, kamu udah ngisi dua tahun aku dengan banyak hal, aku bakalan inget, selalu."

Iqbaal merasakan ada yang dijatuhkan dihatinya, dan ia berusaha mengerti (Namakamu) pasti bisa lelah dengan semua ini.

Iqbaal menatap mata gadis dihadapannya.

"Iqbaal, kita putus."

Iqbaal masih menatap kosong. Namun perlahan dan penuh keterpaksaan pemuda itu mengangguk, "iya, kalau itu yang kamu mau."

Dan (Namakamu) tahu, ini perpisahan yang sebenarnya.

***
S e l e s a i.

a/n; endingnya enggak sesuai ekspektasi kalian.
Ya iknow, aku sudah sangat mentok. Aku pikir bakalan bisa next terus ternyata enggak.

Maaf guys, aku harap kalian ngerti. Kenapa aku end?
Karena ada banyak alasan: aku mau ujian, aku udah stuck, mata aku juga tambah kabur karena baca wp mulu sampe guling-guling. Jadi aku putusin buat ngurangin aktivitas menulis. Maaf guys, tapi please ngerti. Aku tahu kalian semua baik💕

Jadi, terimakasih udah nganter aku jadi kayak gini. Untuk cerita Capten akan aku next tapi enggak tau kapan. Sekali lagi, maaf. Dan, aku sayang kalian!

Love ya!



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top