5: Rumahku

Rabu, 27 Desember 2017.

(Namakamu) berjalan perlahan-lahan menuju kamar Iqbaal, ruangan-ruangan dirumah Iqbaal gelap, pasalnya sekarang waktu telah menunjukkan pukul 23:53.
Gadis itu bersiap memberikan kejutan ulang tahun ke-18 untuk pemuda-nya.

Malam ini (Namakamu) menginap dirumah Iqbaal tanpa sepengetahuan pemuda itu, niatnya ia dan Teh Ody memberi kejutan tengah malam, tapi karena kondisi Teh Ody yang kelelahan alhasil gadis itu terlelap dan (Namakamu) memberikan kejutan sendiri, bukan hal yang sulit.

(Namakamu) memutar knop pintu kamar Iqbaal, ia mendekat ke ranjang Iqbaal. Terlihat disana pemuda itu tengah tertidur dengan posisi tengkurap.

(Namakamu) menggelengkan kepalanya pelan, "kebiasaan," gumamnya.

Ia lantas bergerak menghidupkan lampu dikamar Iqbaal, dan menyala!

Gadis itu lantas memutar tubuhnya kembali berbalik ke arah Iqbaal. Namun langkahnya terhenti ketika menyadari suatu hal, matanya membulat sempurna.

Anjir! Kenapa pake shirtless segala sih!?, batin (Namakamu) berteriak menyadari Iqbaal yang hanya tidur dengan celana boxernya.

(Namakamu) mengatur nafasnya yang sempat memburu karena kaget. Lalu berjalan mendekat kearah Iqbaal, ia mulai duduk di bibir tempat tidur dan mengusap pipi Iqbaal dengan tangannya lembut.

Iqbaal mulai bergerak kecil, pemuda itu mengusap wajahnya pelan sebelum akhirnya membuka matanya perlahan. Tak lama, pemuda itu mulai menyadari apa yang ada dihadapannya; gadisnya.

Iqbaal sontak saja membuka matanya dengan lebar, mengusap wajahnya beberapa kali.

"Selamat ulang tahun, sayang!"

Iqbaal merubah posisinya menjadi duduk kala (Namakamu) mengucapkan kalimat singkat.
Pemuda itu masih menatap (Namakamu).

"Tiup lilinnya dulu sayang," ujar (Namakamu) sambil mengacak tambut Iqbaal yang tak beraturan.

Iqbaal menurut dan meniup lilin dengan angka satu dan delapan tersebut. (Namakamu) tersenyum lembut.

"Once again, happy birthday Itchy, aku harap kedepannya kamu jadi lebih baik. Jangan dengerin omongan jelek orang tentang kamu, tambah sayang keluarga, dan fans, tetep jadi Iqbaal yang mereka kenal. Jangan galak lagi, jangan bandel, jangan terlalu suka tebar pesona dan,"

(Namakamu) menjeda ucapannya.

"I...love you most!" Ujar (Namakamu) dibarengi kecupan singkat dikening Iqbaal.

Iqbaal mengembangkan senyumnya, kemudian mengambil alih kue yang (Namakamu) pegang. Meletakkannya di nakas dan menggenggam tangan (Namakamu) dengan lembut.

Mengecup punggung tangan gadis itu dengan hangat.

"Makasi Semesta, ini... kedua kalinya aku dapet surprise manis yang sederhana dari kamu. Aku suka, aku suka cara kamu yang buat aku ngerasa dicintai perempuan dengan tulus. I love you." Ujar pemuda itu manis kemudian memeluk (Namakamu) erat.

(Namakamu) balas memeluk Iqbaal. Sedikit tidak nyaman memang ketika pipinya secara langsung bersentuhan dengan dada bidang Iqbaal yang tidak terhalang apapun.

Iqbaal tak lama melepas pelukkan (Namakamu). "Aku takut peluk kamu lama-lama, takut khilaf."

(Namakamu) memelototkan matanya mendengar  celetukkan tak berdosa Iqbaal.

Iqbaal terkekeh kemudian mencium kilat pipi kanan (Namakamu).

"Nah! Kan! Aku khilaf!" Ujar Iqbaal disususul tawa renyahnya.

"Tapi anggep aja itu ciuman dari Dilan," ujar Iqbaal.

(Namakamu) tersenyum sipu.

Lagi, Iqbaal mencium pipi kiri (Namakamu) dengan lembut.

"Itu, ciuman dari Itchy-nya kamu."

Terakhir, Iqbaal mendekatkan bibirnya ke kening (Namakamu), menciumnya penuh perasaan.
Pemuda itu kemudian menjauhkan bibirnya.

"Dan ciuman di kening itu, dari Iqbaal, untuk kamu; Semesta-nya."

(Namakamu) tersenyum lantas memberikan hadiahnya untuk Iqbaal. Sebuah kemeja, berwarna biru dongker dengan aksen hitam.

"Aku lupa bungkus," ujar (Namakamu) jujur.

Iqbaal tersenyum, menerima hadiah dari (Namakamu) dengan senang hati.

"Harusnya kamu enggak usah kasih hadiah, yang. Tapi, makasi, aku suka apapun dari kamu. Dan, makasi atas cinta-nya satu setengah tahun ini."

(Namakamu) menggeleng. "Hadiah ini terlalu sederhana. Maaf aku enggak bisa kasih kamu hadiah yang bagus, atau yang kamu mau." Ucap gadis itu dengan wajah bersalahnya.

Iqbaal tersenyum lembut, "cukup kamu kasih aku perasaan yang tulus, udah lebih dari cukup."

(Namakamu) tersenyum. "Kamu tahu, aku lebih suka Dilan daripada Nandan. Jangan ngambek lagi ya?"

Iqbaal mengangguk. "Jadi, suka Dilan?"

(Namakamu) hendak mengangguk, namun ia teringat sesuatu yang ia lihat beberapa waktu lalu.

"Enggak jadi deh. Nanti Milea marah, waktu ini aku lihat difanbase-nya Vanesha dia bilang gini; 'kalian jangan suka Dilan ya? Soalnya dia punya aku.'
Aku kesel, siapa sih yang mau pacarnya asal diakuin?"

Iqbaal terkekeh dan mengusap pipi gadisnya. "Sekarang, aku Iqbaal, bukan Dilan."

(Namakamu) mendengus, "tadi ngakunya Dilan, dasar plin-plan!"

Iqbaal terkekeh, "gimanapun aku punya kamu."

Gadis itu tersenyum.

Iqbaal lantas teringat sesuatu; cincin! Cincin yang sempat pemuda itu tunjukkan pada (Namakamu) beberapa waktu lalu. Pemuda itu lantas mengambil sebuah kotak kecil di nakasnya. Menunjukkannya pada gadisnya; cincin sederhana.

"Ini buat kamu," ujar Iqbaal sambil mengambil tangan kanan (Namakamu). (Namakamu) menatap Iqbaal dengan senyum harunya.
Menyelipkan cincin tersebut ke jari manis (Namakamu).

(Nakamu) tersenyum lagi untuk kesekian kalinya.

Dan Iqbaal... mencium gadisnya lagi.

***

Iqbaal duduk diruang keluarga dengan senyumnya, gadisnya telah pulang pagi tadi untuk bersekolah. Tadi, ia kembali mendapat kejutan yang sangat istimewa dari Ayah, Bunda dan Teteh-nya, kejutan kecil yang mampu membuat senyum lebar mengembang diwajah tampan Iqbaal.

"Udah Le, nyengir mulu, awas tuh gigi kering!" Celetuk Ody jahil, membuat Bunda keduanya terkekeh.

"Gimana kejutan dari (Namakamu)?" Tanya Bunda  Rike.

Mengingat yang terjadi tengah malam tadi, sudut bibir Iqbaal kembali membentuk senyum penuh. "Aku seneng, dia kasih kejutan kecil yang aku rasa sangat istimewa."

"Tahun ini kejutan paling istimewa dari siapa?" Tanya Ody.

Iqbaal tersenyum. "Dari tahun kemarin, tahun ini dan seterusnya kejutan Ayah, Bunda sama Teteh selalu jadi yang paling istimewa."

Rike mengusap rambut putranya, "di kasih apa sama (Namakamu)?"

Iqbaal menahan senyum bahagianya, "Ale ke atas dulu." Iqbaal lalu berlalu tanpa menjawab pertanyaan Rike.

Langkah pemuda itu terhenti kala teriakkan Ody terdengar. "LE DITANYA NYAUT!"

Iqbaal terkekeh, lalu menoleh ke arah kedua perempuan kesayangannya. "Aku dikasih kemeja," ujar Iqbaal menggantung. Kemudian melanjutkan langkahnya ke kamarnya.

Pemuda itu tersenyum kecil.

"And i've got my first kiss." Gumamnya pelan melanjutkan ucapannya tadi atas pertanyaan Bunda-nya.

***
Selamat ulang tahun, Itchy Baal!
__________________________________

Ya, i know sebenernya ulang tahunnya besok. Tapi! Karena kemungkinan aku besok sedikit 'sibuk' untuk sekolah atau jam tambahan jadi, aku publish sekarang aja.

Mungkin ada sedikit 'liar' ya, tapi don't worry, itu cuma fiksi. Maaf kalo ada typo atau narasi yang kurang jelas.

Sekian!

Rabu, 27 Desember 2017
-aku yang menunggu esok.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top