4: Obrolan ringan Semesta-Milea

Iqbaal duduk didepan Vanesha sambil menyesap jus alpukat yang dibawanya, buatan Teh Ody, sebenarnya ia tidak minat minum jus hari ini, tapi karena paksaan (Namakamu) dan dukungan Bunda-nya Iqbaal harus minum jus juga.

Ketiga perempuan penting di hidup Iqbaal itu selalu bersekongkol.

Iqbaal memainkan ponselnya sambil menunggu yang lainnya, membalas pesan yang dikirim (Namakamu).

Semesta

Semesta: dmn nih yang?

Me: Saik!
Me: tumben amat panggil yang

Semesta: lagi pngn aja panggil gtu
Semesta: jadi lgi dmn?

Me: lagi kmpul sm tmn syuting

Semesta: widih! Ada milea tuh
Semesta: paling lgi beduaan

Me: iyaa..
Me: tpi aku gamacem2

Semesta: y

Me: KAN NGAMBEK!

Semesta: Enggaaa
Semesta: aku lgi mkn dikntin mknya gabisa bls pnjang

Me: itu kamu blesnya pnjang sayang:)

Semesta: aku lgi gamau ribut

Me: Love you:)
Me: He he

Semesta: Baal...
Semesta: demen bgt ngalihin perhatian

Me: BODOAMAT! BALES GA!

Semesta: idih maksa
Semesta: ngarep bgt

Me: SAYANG!

Semesta: I LOVE YOU TOO ITCHY SAYANG!

Iqbaal tersenyum, gadis itu benar-benar membuatnya jatuh. Jatuh dalam, dan tenggelam pada rasa yang gadisnya ciptakan.

Iqbaal mencintai (Namakamu).

Gadis itu mampu membuat Iqbaal berucap frustasi bila diabaikan, gadis itu mampu membuat Iqbaal mendecit melas agar dimaafkan, gadis itu..... segalanya.
Iqbaal mencintai (Namakamu) tulus, dari hati.

Iqbaal tersadar dari lamunannya, ketika Vanesha menepuk bahunya.

"Apa Semes- Eh? Kenapa Sha?"

Hampir saja. Hampir saja Iqbaal melontarkan sebutan khususnya untuk (Namakamu) pada Vanesha. Ia sedikit kaget, ketika sedang memikirkan (Namakamu) tiba-tiba dikejutkan.

Vanesha tersenyum. "Ka-Lo kenapa bengong sih, Baal?" Tanya Vanesha.

Iqbaal menggeleng kecil, "lagi kepikiran cewek gue aja sih."

Vanesha mengangguk dengan senyum tipisnya. "Lo sibuk udah banget ya? Padahal baru balik dari USA," ujar Vanesha.

"Iya, tapi gue seneng. Bisa ketemu fans-fans gue." Iqbaal berucap mantap dengan senyum manisnya.

"Pacar lo? Dia enggak ngeluh?"

Iqbaal terkekeh pelan, ia selalu tersenyum bila mengingat tingkah gadisnya.

"Cewek gue dewasa. Dia bisa nempatin diri, tau dimana dia harus ngeluh, dan sama siapa dia cemburu. Dia bisa dibilang posesif, tapi so far gue seneng dan gue nikmatin kecemburuan dia."

Vanesha tersenyum kecut, lalu berpikir, mencari sebuah topik.
Namun lamunan Vanesha terhenti kala Gusti dan Debo datang dengan grasak-grusuknya.

"Ciah! Ini Dilan-Milea udah kayak lem sama perangko ya, nempel!" Celetuk Gusti dengan senyum jahilnya.

Iqbaal mendengus dengan roll eyesnya dan Vanesha menahan senyum malu-malunya.

Debo memilih duduk dihadapan Iqbaal dengan wajah cengar-cengirnya. "Gue denger kemarin lo sempet ngambek ya sama cewek lo?" Terkanya.

Membuat Iqbaal menoleh cepat. "Gila! Tau darimana lo?" Kaget Iqbaal dengan wajah tak percayanya.

"Banyak yang mentioned gue di Instagram. Ya kali ada yang bilang ribut gara-gara gue," celetuknya.

Gusti menahan tawanya, "gr amat lu!"

Vanesha diam-diam menghela nafasnya panjang, mendengar obrolan ketiga pemuda dihadapannya. Membahas gadis milik Iqbaal yang notabene berperan sebagai Dilan, kekasihnya.

"Tapi serius Gus! Gue ngambek- ciah! Gue agak gak sreg aja sih, cewek gue malah muji-muji ini anak satu, akhirnya gue sebagai pacar yang beneran sayang ya---ngambek." Ujar Iqbaal menggebu-gebu sambil menunjuk Debo.

"Najis, Baal, najis! Geli gue," komentar Gusti membuat Iqbaal mencibir.

Debo tertawa girang mendengar cerita Iqbaal, "gila sih! Ya kali gue gak tau apa-apa dikata PHO," ujarnya dramatis.

"Lo katanya sempet pagi-pagi ke rumah (Namakamu) ya, Baal?" Tanya Vanesha angkat suara.

Iqbaal menatap gadis itu dan mengangguk, "musti itu! Gue baru dateng bandara, pulang, terus besoknya cabut ke rumah cewek gue."

"Ini nih, lu kebelet banget mau ketemu," celetuk Debo.

"Namanya juga Dilan, jadi pecandu rindu. Ya enggak, Lia?"

***

"Jadi kita mau beli bukunya dimana?" Tanya (Namakamu) ketika baru saja pulang dari sekolahnya.

Ia bersama sahabat-sahabatnya berencana untuk membeli buku, alasannya dipelajari untuk ujian nanti. Tambahan materi penunjang.

Namira menjentikkan jarinya. "Yang bawa mobil Ari sama Rafto aja, kita kan bertujuh ya? Jadi gue, Ojan, Maura sama Danu di mobil Rafto. Terus, (Namakamu), Zidny, Rajen, Nandos, di mobil Ari, oke?"

(Namakamu) mengangguk.

"Oke!"

Lalu Nandos menarik lengan (Namakamu) pelan, bermaksud menarik gadis itu agar berjalan imbang dengannya.

"Lo lupa? Iqbaal kan bisa cemburu berat kalo liat lo sama Ari. Secara, dia kan tau dulu lo sama Ari sempet deket," bisiknya pelan.

(Namakamu) menghentikkan langkahnya spontan. "Mampus! Gue lupa!"

"Sekarang mending lo tukaran sama Danu aja ka---Eh! Mereka udah cabut!" Ujar Nandos

(Namakamu) tersenyum, "enggak pa-pa, nanti gue yang ngomong."

***

(Namakamu) berjalan dengan santai di seputaran Mall, ia sendiri, mencari dimana keberadaan enam sahabatnya yang lain. Sambil membawa starbucks kesukaannya, gadis itu melangkah sambil bersenandung kecil.

Langkahnya kian pelan ketika melihat seorang gadis berdiri didekat kedai es krim. Pupil (Namakamu) mengecil, berusaha meyakinkan dirinya tentang gadis itu.

"Vanesha," gumamnya.

Dengan sedikit ragu (Namakamu) mendekati Vanesha.

"Oke, gak akan gue jambak," gumam (Namakamu) pelan.

Ia lantas mempercepat langkahnya. Dan tersenyum menghampiri Vanesha, Vanesha yang menyadari kehadiran (Namakamu) ikut tersenyum.

"Hai, Sha!" Sapa (Namakamu) berusaha terlihat ramah.

Vanesha tersenyum. "Hai, (Nam). Sendirian?"

(Namakamu) menggeleng, "tadi sama temen. Tapi pada kabur, eh? Duduk aja yuk, Sha." Ajak (Namakamu) dibalas anggukan oleh Vanesha.

Keduanya lantas duduk di bangku kosong yang tersedia di kedai es krim tersebut.

"Kamu sendirian aja ya, Sha?" Tanya (Namakamu) memecah kecanggungan.

Vanesha mengangguk, "Sebenernya nunggu Kakak aku sih, tapi sekarang ya ngegabut sendirian aja dulu. Eh- malah ketemu kamu."

(Namakamu) tersenyum. "Oh iya, aku lihat trailer Dilan, kamu keren sih disana," puji (Namakamu).

Ia jadi teringat ucapan Iqbaal; elah sok muji padahal aku jadi korban kekerasan kamu yang enggak percaya diri.

Vanesha tersenyum, "itu Dilan-nya yang hebat."

Senyum (Namakamu) luntur perlahan.

"Aku nanya boleh gak, Sha?"

Vanesha mengangguk.

"Kamu... masih baper enggak sama Iqbaal- Eh! Maksudnya itu pas jadi Dilan."

Vanesha terkekeh, "Baper banget lah! Jujur, ketemu tiga minggu buat aku sayang sama dia,"

(Namakamu) mendatarkan wajahnya, kesal, dan tidak percaya diri.

"Tapi dia temen aku. Btw, Iqbaal anaknya sweet ya?"

(Namakamu) terkekeh hambar sambil mengangguk. Walaupun ia paham, secara tidak langsung Vanesha mengatakan ia pernah menerima perlakuan romantis Iqbaal.

Ini asli pengen gue takis, batin (Namakamu) mencak-mencak.

"Sha," panggil (Namakamu) membuat Vanesha mengangkat kedua alisnya.

"Di sinetron, aku tahu Dilan itu cinta sama Milea. Tapi aku harap kamu inget, kalo kenyataannya,"

(Namakamu) menggantung ucapannya, berbarengan dengan Vanesha yang mengangkat alisnya.

"Iqbaal itu pacar aku, punya aku."

***
Enjoy!

________

Akhir tahun sudah dekat! Tanggal 28 juga semakin dekat, yeay!

Semoga suka dengan part ini, much love! Xoxo.

Selasa, 19 Desember 2017.
-Semesta yang menunggu tanggal 28.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top