24: Bertemu lagi
(Namakamu) dan Ari kini terjebak kemacetan, niatnya menuju rumah Iqbaal. (Namakamu) mendengus, menyembunyikan kegugupannya. Ia gugup karena akan bertemu Iqbaal setelah beberapa bulan. Ditambah hubungannya yang sudah tidak seperti saat sebelum Iqbaal meninggalkan Indonesia.
"Ri," panggil (Namakamu).
Ari yang fokus pada jalan menoleh, "hm?"
(Namakamu) menghela nafas, kemudian menunduk. "Gue murahan ya?"
Ari memasang wajah tak percayanya, "ngaco!"
(Namakamu) menatap kosong kearah jendela, "banyak yang bilang. Gara-gara gue jalan sama lo, padahal baru aja putus."
Ari yang duduk jok kemudi sedikit memiringkn duduknya, mengingat tengah lampu merah.
"(Nam), denger, yang ngomong gitu gak tau kenyataan kan? Dia enggak tau kan kalo lo sama gue jalan bukan karena niat pedekate, lagian kalo cuma jalan apa harus pacaran? Gue sendiri bingung, kenapa orang sebegitu gampangnya nyimpulin sesuatu yang enggak ada hubungannya sama dia sendiri. Selalu bener gitu rasanya yang mereka omongin," Ari berucap panjang.
(Namakamu) masih spechless, kenapa Ari begitu paham kondisinya?
Gadis itu tersenyum tipis.
"Oh! Gara-gara gue unggah foto lo kali ya? Dan gue yang bajak hp lo. Kenapa ya? Apa cuma satu foto bisa jelasin semuanya? Cuma karena gue yang posting foto lo dan gue yang posting foto gue di akun lo, bisa buat orang mikir kita pacaran? Oke mungkin orang bisa aja mikir gitu," Ari terkekeh hambar.
"Tapi enggak ada yang tau gimana kebenarannya sebelum lo atau gue konfirmasi kan? Jadi lo tenang aja, gue disini bakalan ada buat lo. Jadi temen yang selalu dukung lo."
(Namakamu) mengangguk, setidaknya ucapan Ari mampu menaikkan suasana hati (Namakamu) yang sedari tadi tidak jelas.
"Makasi ya, Ri. Lo temen gue," ujar (Namakamu) dengan senyum kecil.
Ari ikut sumringah, "udah seharusnya kita saling kasih dukungan. Itu fungsinya temen kan?"
(Namakamu) mengangguk.
Tak lama setelah itu mobil Ari kembali terjebak dalam kemacetan. (Namakamu) yang tampak lebih baik sedari tadi menoleh kearah trotoar didekatnya.
"Ri, gue mau cimol deh," ujar (Namakamu) sambil menempelkan telunjuknya ke kaca mobil.
"Gila aja! Lo baru abis makan!" Ujar Ari kelewat kaget.
(Namakamu) mendengus, "gue turun nih?" Ancamnya.
Ari mengangkat alisnya dengan senyum miring, "ya udah sana turun."
"Ih! Lo mah kok gue-"
"Turun makannya! Beliin gue juga!"
(Namakamu) langsung diam, "ye! Laper juga!"
Ari terkekeh, lalu membiarkan (Namakamu) turun ditengah kemacetan.
Selang beberapa menit (Namakamu) kembali dengan senyum cerianya, membawa beberapa bungkusan.
"Lah? Katanya beli cimol, kenapa dateng bawa pisang coklat?" Tanya Ari ketika melihat (Namakamu) yang tiba-tiba datang dengan mengunyah pisang coklat.
Gadis itu terkekeh, "beli cimol kok. Cuma pengen pisang coklat juga," ujarnya polos.
Ari menunjukkan wajah datarnya, "gue buang juga lo disini!"
Gadis itu terkekeh. Lalu menikmati cimol yang ia beli tadi, sambil sesekali membuat kekonyolan yang malah membuat Ari mendengus sebal.
Ditengah-tengah perjalanan, Ari menyadari ada yang aneh dari cara (Namakamu) mengunyah makanannya.
"Ri," panggil (Namakamu).
Ari tahu apa yang akan terjadi menghela nafasnya.
"Gak abis."
Tepat sasaran.
Ari mendelik.
"Nih buat lo," ujar (Namakamu) dengan senyum polos memberikan Ari cimol beserta tusukkan miliknya.
Ari menerimanya. Kemudian memakannya ketika mobilnya kembali terhenti karena macet.
***
"(Namakamu) beneran nginep emangnya?" Tanya Iqbaal pada Teh Ody. Pemuda itu kini tengah duduk diruang keluarga bersama kakak perempuan dan Bundanya. Ayahnya tengah berada didapur, entah melakukan apa.
"Iya." Jawab Ody membuat Iqbaal sumringah.
"Nginepin teteh ya, tolong, mukanya gak usah sok bahagia."
Iqbaal mendengus, kemudian teringat tentang foto yang (Namakamu) unggah di Instagram.
"(Namakamu) beneran sama Ari Irham?" Tanyanya.
Ody yang semula menatap Bundanya menoleh cepat, "lah baru tau?"
Iqbaal bukannya menunjukkan wajah terkejut, pemuda itu malah memperlihatkan wajah seriusnya.
"Pacaran?"
Ody mengangkat sebelah alisnya, "ya enggak lah. Emangnya kamu!"
Iqbaal tak menggubris, malah menatap Bundanya. "Bunda tau?"
Bunda Rike tersenyum, "tau lah. Kan (Namakamu) cerita, Ayah juga tau."
Iqbaal terdiam.
Tak lama telinganya mendengar suara klakson mobil. Ia dan Teh Ody saling tatap dengan pelototan kaget dengan raut sumringah. Detik selanjutnya keduanya bangkit dan berjalan dengan kelewat bersemangat menuju pintu depan.
Keduanya tersenyum melihat (Namakamu) yang masih membuka gerbang.
"Adikku!" Teh Ody berseru lalu memeluk erat (Namakamu). Dibalas pelukkan super erat dari gadis itu, membuat kedua gadis itu sesak nafas akibat tindakan sendiri.
Iqbaal tersenyum kaku menatap keduanya, mendadak suasana berubah canggung.
"Teteh kedalem aja ya?" Pamit Teh Ody usai melepas pelukkannya, sambil membawa beberapa kantong kresek yang (Namakamu) bawa.
Gadis itu pergi, meninggalkan (Namakamu) dan Iqbaal yang terjebak suasana canggung.
Namun bukan Iqbaal namanya jika tidak bisa mengatasi suasana ini.
Iqbaal tersenyum lembut, "sini," ujarnya sambil menarik tangan (Namakamu).
Iqbaal menatap gadis itu, kemudian membawanya kedalam pelukkan yang Iqbaal yakini adalah pelukkan yang (Namakamu) rindukan. Dan benar, gadis itu langsung menyelusupkan kepalanya.
"Kamu tau gimana rasanya ketika kamu kangen seseorang, tapi kamu enggak bisa nunjukkin itu? Kamu enggak bisa meluk dia dan enggak bisa ngungkapin apa yang sekarang kamu rasain?"
Iqbaal menunduk.
"Aku, (Namakamu). Aku. Aku orang yang sekarang enggak bisa nunjukkin gimana kangennya aku ke kamu. Semua rasanya berjarak setelah kamu bilang mau selesai sama aku."
(Namakamu) diam, merasakan hangat dibahunya.
"Aku tau, kamu pasti denger aku punya pacar kan?"
Gadis itu diam, dalam hati ia berseru "iya."
Iqbaal menggeleng, "enggak. Aku mungkin pernah bohong sama kamu, tapi enggak urusan ini. Aku terlalu jahat kalo punya pacar lebih dari satu, tapi malah buat kamu seolah-olah kamu itu paling istimewa. Beneran (Namakamu), aku enggak pernah punya dua pacar diwaktu yang bersamaan."
Pelukkan keduanya terlepas, Iqbaal menyentuh kedua bahu (Namakamu).
"Aku jujur sama kamu, aku enggak punya yang lain di USA."
Iqbaal berucap dengan yakin, matanya menatap dalam manik mata (Namakamu).
"Aku tau, udah terlambat jelasin semuanya karena kita enggak punya status lagi. Tapi aku cuma pengen kamu denger penjelasan langsung dari aku, bukan dari orang-orang yang hobinya nyebar privasi aku. Mereka bilang aku gini-gitu seolah mereka tau sebenernya, intinya aku cuma mau kamu tau dan paham sama apa yang sebenernya terjadi."
Gadis itu mengangguk, "aku tau."
Iqbaal menghela nafasnya lega, "seenggaknya hubungan kita enggak rumit setelah ini. Jadi, kita balikan?" Tanyanya polos.
(Namakamu) tersenyum.
"I can't."
***
a/n; yang Nk post foto Ari itu CERITANYA di bajak Ari ya. Makasi yang udah ngingetin:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top