15: Tatapan teduhnya lagi

(Namakamu) menatap mata sendu Iqbaal, pemuda itu menunjukkan wajah bersalahnya.

"Maaf," ujarnya.

(Namakamu) mencoba tersenyum, "enggak ada yang perlu dimaafin. Lagian kamu gak salah, jadi buat apa?"

Iqbaal diam, gadisnya sudah muak ia paham.

"Kamu capek?"

Iqbaal bertanya hati-hati, takut suasana gadisnya tengah tidak baik.

(Namakamu) tersenyum tipis, ragu untuk menggeleng.

"Mata kamu enggak yakin, jujur sama aku."

Gadis itu diam, ia tidak tau apa yang harus diungkapkan.

Sampai, "kalo aku bilang aku capek sama semua ini, apa kamu bakalan biarin aku putusin kamu?"

Tatapan Iqbaal yang semula teduh mendadak berubah menjadi tatapan menerawang. Nafasnya tiba-tiba saja tercekat begitu (Namakamu) melontarkan pertanyaan tersebut.

"Kamu, beneran capek?"

(Namakamu) terkekeh miris, "mungkin kamu enggak akan pernah tau gimana rasanya jadi aku. Coba deh, kamu pikir, gimana rasanya kalo orang-orang bilang aku punya cowok lain, pacaran sama orang lain ketika status aku masih pacar kamu, gimana?"

Iqbaal tau, gadis itu secara tidak langsung menyindirnya.

"Aku ba-"

"Apa? Cuma berandai-andai kan? Apa kabar aku yang bener-bener ngalamin? Hm? Belum lagi berita kamu yang ngerokok. Kadang aku heran lho, yang ngerokok kamu, kenapa aku yang disalahin?"

Iqbaal diam, menyimak ucapan gadis itu.

"Gimana? Masih mau pertahanin hubungan yang udah enggak seimbang ini?" Ucapannya membuat Iqbaal bungkam.

Iqbaal ingin menggeleng, bermaksud melepaskan gadis itu. Namun untuk kesekian kalinya Iqbaal ingatkan, hatinya masih ingin tinggal.

"Kenapa kamu masih tetep minta aku sebagai pacar kamu, padahal aku udah gak istimewa dimata kamu."

Iqbaal menggeleng cepat, "kamu ist-"

"Kalo aku istimewa, kenapa perlakuan kamu ke aku, sama kayak perlakuan kamu Mikaela? Istimewanya aku dimana sih? Bedanya aku dimana?"

Iqbaal menggeleng, "mungkin perlakuan aku ke kamu sama kayak perlakuan aku ke Mika, enggak ada bedanya kayak yang kamu bilang. Tapi enggak sama perasaan aku, aku nganggap dia enggak lebih dari sekedar temen. Oke, aku iya-in kalo aku emang pernah cium dia, cuma di pipi, Semesta. Aku ngerti kamu nganggap itu kelewatan, tapi buat aku, aku cium dia itu enggak artinya kalo aku sama sekali enggak ada rasa."

Iqbaal mencoba tersenyum tipis.

"Sayang denger, enggak ada satu orang pun yang tau isi hati aku, termasuk kamu. Tapi kamu harus yakin, hati aku maunya kamu. Kamu, (Namakamu) kamu. Aku coba yakinin kamu, tapi aku akuin, aku selalu ngingkarin. Tapi asal kamu tau, aku coba buat jaga perasaan sama hati aku buat kamu. Walaupun beberapa kali aku lupa jaga sikap aku."

Gadis itu diam, masih menatap manik mata teduh Iqbaal.

"Kenapa sih? Kamu dengan gampang buat aku percaya. Tau? Sekarang hati aku terus maksa buat maafin kamu, sedangkan ego aku minta buat putusin kamu. Kapan sih, aku bisa ngerasa bener-bener punya kamu? Kapan aku bisa ngerasain jadi pacar kamu, tanpa ada berita kamu sama orang lain? Kapan aku bisa ngerasain pacaran yang biasa aja? Yang gak ada campur tangan orang lain?"

Gadis itu menghela nafas.

"Bahkan orang yang enggak pernah aku temuin langsung bisa buat aku enggak yakin sama kamu."

Iqbaal tau, kehadiran Mikaela mengusiknya. Namun gadis itu tidak mau menyinggung lebih, malah gadis itu ingin mengalah. Bagaimana?

" i love you like i love my self, (Namakamu). And nobody know how much i love my self. I freaky love you, only you."

Hati gadis melunak, namun ia masih bimbang.

Pemuda itu mencoba tersenyum tipis, "kamu tau lagu Hello You aku buat, buat siapa? Buat kamu. Jangan tanya kenapa, aku buatnya waktu lita putus. Aku bener-bener ngerasa enggak jelas. Aku pikir hubungan kita bakalan selesai sampai disana, selesai semua. Aku ngerasa, kamu itu sesuatu yang bener-bener susah aku dapetin. Dan aku tau omongan aku ini random banget."

Gadis itu tersenyum. Sialnya, semburat merah dipipinya tidak dapat ia sembunyikan.

"Kali ini, aku bakalan coba buat nepatin omongan aku. Aku bakalan coba jaga sikap dan hati aku buat kamu. Dan aku mohon jangan ragu, aku ingetin lagi, jangan peduliin omongan orang, intinya aku cuma punya kamu. Cuma. Punya. Kamu."

Gadis itu menghela nafas, membuat Iqbaal menjadi khawatir. Khawatir dengan tiba-tiba gadis itu melontarkan kalimat yang nantinya dapat mengakhiri hubungannya.

"Baal,"

Jantung pemuda itu berpacu lebih cepat, "hm?"

"i freaky love you too, Ale."

***
a/n; ujian tetep next lho saya:)))))

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top