7| The Lane

Warning!

-Welcome to Sirius Aequum Sapientes-

High Class Mahawira
BAGIAN 1
7| The Lane

Enjoy For Reading

"Jelaskan satu alasan kenapa sebuah rahasia sangat begitu misterius untuk kalian?"

🎬

Dibandingkan Andromeda atau Magellan yang selalu bersaing menjadi sekolah unggulan di Kota atau Kabupaten Malang, kebanyakan siswa memilih Bimasakti karena ingin membuktikan rumor keberadaan hantu legenda Illios van Halen.

Mengapa Illios disebut sebagai hantu legenda?

Dibandingkan hantu lokal, hanya segelintir orang yang bisa bertemu dengan Illios. Dia bukan tipe pemalu yang tidak menampakkan diri, Illios hanya tidak ingin keberadaannya digunakan untuk hal-hal buruk. Maka dari itu, setiap kali beberapa anak Bimasakti memanggilnya melewati beberapa ritual aneh, Illios tidak menjawab panggilannya.

Hantu keturunan Belanda itu lama kelamaan hanya dianggap sebagai legenda sisa Bimasakti.

Meskipun keberadaannya saat ini sebagai legenda, banyak dari mereka yang masih mempercayai kalau Illios benar-benar ada. Beberapa rumor mengenai hantu itu semakin membesar dan berlebihan seperti Illios adalah pemilik sekolah Bimasakti yang sebenarnya--membuat Laiv Mahawira yang saat ini menjabat sebagai ketua yayasan marah karena pemilik yang asli memang Arthur Mahawira. Laiv mengatakan bahwa Arthur dan Illios teman lama sebelum Illios ditemukan tewas.

Namun bagi seseorang yang mempunyai mata ajaib, Illios sering kali memperlihatkan dirinya sebagai hantu remaja berusia dua puluhan yang tampan dan berwajah pucat. Untuk saat ini, ada dua orang yang sangat tidak menyukai keberadaan hantu itu karena sifatnya yang jahil. Mereka adalah Ivy Ajeng Mahawira dan Veano Putra.

Ya, ketua OSIS kita mempunyai mata ajaib.

"Illios!"

Mata biru Illios menyipit ketika menatap Veano yang sedang mengatur napasnya karena dia baru saja berlari dari Gedung C menuju taman belakang sekolah yang letaknya sangat jauh. Meskipun Veano membawa skateboard milik Ricky, pemuda tampan itu masih terlihat kelelahan.

"Illios!" panggil Veano sekali lagi. Kali ini matanya menatap tajam ke arah si hantu yang saat ini duduk angkuh di salah satu dahan kokoh pohon tabebuya, pohon keramatnya.

"Heh?" Illios tertawa sinis ketika tatapan tajam itu mengarah kepadanya. Dia mengerti mengapa Veano membenci makhluk sepertinya, hal itu dikarenakan Illios seharusnya tidak ada. Makhluk sepertinya seharusnya menghilang dan terlupakan. "Kali ini apa kesalahanku?"

"Apa kesalahanku?" Veano mengulangi pertanyaan Illios dengan nada tidak suka, terbesit dalam pikirannya ingin menebang pohon yang sangat disayangi oleh Pasha Mahawira tapi diurungkan karena tindakan itu bisa merugikan keluarganya. "Mengapa kau berpihak kepada Sirius?"

"Mengapa aku harus berpihak kepada Sirius?" Illios mengulangi pertanyaan Veano dengan nada geli, mengejek terang-terangan ke arah Veano. Sejujurnya Illios sangat terkejut karena Veano tiba-tiba saja tertarik kepadanya dan mencoba untuk melewati batas.

Bahkan ketika menjadi hantu, masih ada yang menggangguku.

"Kau tidak boleh," desis Veano tajam. Dia mengeluarkan benda yang berbentuk seperti bintang dan menggenggamnya dengan erat. "Menjauh dari Sirius!"

Senyum menghilang dari wajah Illios, kini mata birunya mengeluarkan darah merah kental yang mulai merembes membasahi kulit pipi yang pucat. Illios tertawa dan mengabaikan tatapan jijik dari Veano. "Seharusnya kau tahu kalau aku selalu berada di sisi Mahawira. Kau tidak berhak memerintahku."

"Hantu tidak harus berdampingan dengan manusia, makhluk sepertimu seperti duri yang akan menghancurkan siapa saja. Kau harus menghilang selamanya," ucap Veano seraya menunduk, menghindari tatapan Illios karena dia mulai mengeluarkan hawa dingin yang bisa saja membuat pemuda itu pingsan seketika.

Illios mengusap darah di pipinya dengan sapu tangan dengan berwarna hijau pucat tampak tidak tersinggung dengan penghinaan dari Veano. "Apa kau yakin bisa mempertanggungjawabkan ucapanmu?"

Tubuh Veano sedikit tersentak dan dia menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah. "Aku ... akan mengalahkan Sirius! Jangan menghalangi jalanku."

Illios mengernyit karena ada yang salah dengan pemuda itu, untung saja suasana disekitar taman belakang sepi dan tidak ada seorangpun yang lewat, mereka pasti mengira Veano gila karena berbicara sendiri dengan pohon.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan," ucap Illios dengan acuh tak acuh. "Jangan menangis kalau kau kalah lagi."

"Aku tahu ..." suara Veano menghilang dan berganti dengan geraman kecil yang membuat Illios memiringkan kepalanya karena tertarik. "Aku tahu kau adalah anggota bayangan Sirius!"

"Hah!" Illios tertawa ketika Veano mulai membakar benda yang dia genggam. Asap hitam yang keluar seakan-akan mencekik Illios dan perlahan dia mulai kelelahan. "Apa kau akan mengusirku dengan sesuatu yang kau bawa dari Ilona Charemon?"

Mata Veano bergetar ketika mendengar nama Ilona. Sesuai tebakannya kalau pemuda itu ingin menyingkirkannya dari dunia ini selamanya dengan bantuan seorang gadis yang terobsesi dengan hal-hal supranatural. Illios pernah sekali bertemu dengan Ilona ketika dia berusia dua belas tahun dan gadis itu tidak berniat untuk melenyapkan dirinya, sebaiknya mereka membuat kontrak kerjasama yang saling menguntungkan.

Jika Ilona melanggar kontrak mereka, maka Illios akan mengungkap apa yang telah gadis itu letakkan di Bimasakti.

Namun, sepertinya hubungan Veano dan Ilona juga tidak tampak baik.

"Sejak awal aku memang anggota Sirius dan kau yang hanya manusia rendahan tidak bisa menyingkirkanku begitu saja," kata Illios dengan tenang karena asap itu tidak mempengaruhinya lebih jauh. "Kau pasti khawatir karena perang konstelasi--"

"Aku sama sekali tidak khawatir!" bantah Veano dengan cepat. "Baik Liam atau Kak Jendral. Aku akan mengalahkan mereka semua."

Illios turun dari pohon tabebuya dengan gerakan halus, kemudian mendekat ke arah Veano. Tatapannya kembali menajam ketika melihat benda yang sudah terbakar hampir setengahnya.

Veano terbelalak kaget dan tidak sempat melarikan diri ketika kedua tangan pucat Illios mendarat di bahunya, pemuda itu bisa merasakan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh. Dia tidak dapat bergerak dan matanya dipaksa untuk menatap mata biru Illios.

Tanpa Veano disadari, api itu padam. Dia telah kalah.

Manusia memang makhluk yang lemah, Illios bisa merasakan tubuh yang bergetar dari sentuhannya. Apa yang membuat Veano begitu membencinya? Sudah setahun Illios mengabaikan tatapan kebencian itu dan dia akan mengakhirinya jika Veano tidak menyerah.

Illios terpaksa harus menjadi jahat.

"Aku mengetahui semua rahasiamu, Veano. Jadi, jangan macam-macam kepadaku," ucap Illios dingin.

Sebelum menghilang dari hadapan Veano yang linglung, Illios melihat pemuda itu menangis.

Veano yang malang, sampai akhir kau tidak menyerah.

🎬

"Bagaimana kau mengenal Elang?" tanya Garuda dengan mata memicing curiga ke arah gadis yang telah menganggu rapat Sirius. "Apa kau mata-mata Aldebaran?"

"Saya tidak tertarik dengan Aldebaran," bantah si gadis dengan senyum lebar yang menurut Garuda menyebalkan. "Saya teman kecil Elang."

Berbeda dengan Garuda yang selalu curiga terhadap orang, Liam menganggap gadis itu menarik. Apa yang dikatakan Elang, sehingga dia tertarik kepada Sirius?

"Apa yang membuatmu tertarik kepada Sirius?" tanya Cherish dengan senyuman ramah. Dia mempersilakan si gadis untuk duduk dan menginjak kaki Garuda agar pemuda itu bersikap lebih ramah lagi. "Siapa namamu?"

Senyuman gadis itu semakin merekah karena tanggapan Cherish yang ramah. Liam bersyukur karena tunangannya ada di sini mengingat anggota inti Sirius selalu berwajah galak, selain itu Lukman, Yena, dan Ivy tidak bisa diandalkan dalam hal beramah tamah.

"Nama saya Lila Amelia Wibowo, teman masa kecil sekaligus teman sekelas Elang. Kami juga sekolah di SMP yang sama dan bercita-cita untuk menjadi bagian Bimasakti dan hal yang menyita perhatian saya adalah ekstrakurikuler Bimasakti yang menarik."

Liam mengangguk karena yang dikatakan Lila memang benar. Ekstrakurikuler Bimasakti memang menjadi salah satu faktor mengapa Magellan dan Andromeda ingin mengalahkan Bimasakti.

"Kamu tidak perlu se-formal itu kepada kami," kata Lisa dengan ramah.

"Oke," ucap Lila.

"Dari semua bintang, kenapa kau tertarik dengan Sirius?" tanya Hyuga seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Liam tidak salah kalau Lila benar-benar adik kelas yang menarik. Dia datang sendiri ke ruangan Sirius yang penuh dengan manusia-manusia berambisi, dia juga tahu kalau Lila berlatih agar jawaban yang keluar dari mulutnya tidak akan merugikannya. Elang pasti mengamati Sirius terlebih dahulu sebelum menemui Garuda.

"Aku ingin terkenal. Bukankah Sirius tempat yang cocok?" Lila sengaja menatap Garuda, mencoba untuk memprovokasi karena menurutnya sangat mudah untuk memancing Garuda. "Sirius penuh dengan rumor yang aneh dan aku cukup menyukainya."

"Jadi, kau ingin perhatian seluruh Bimasakti. Betapa lancangnya seorang rendahan sepertimu," simpul Liam dengan seringai. Jawaban Lila sangat mengejutkan dan anehnya dia tidak merasa kalau Lila sedang berbohong. "Sirius punya rumor buruk. Apa kau sanggup untuk menjadi bagian kami?"

Lila menatap satu per satu anggota inti Sirius. Dimulai dari Liam yang sepertinya menaruh harap kepadanya, Cherish yang ramah, Hyuga yang sepertinya tidak masalah dengan gangguan yang telah dia perbuat, dan Garuda yang masih membuat wajah merenggut.

"Sejak awal, aku ingin berada di Sirius. Aku juga tidak terpengaruh dengan bujuk rayuan Elang karena obsesinya. Aku ingin terkenal dan aku menerima Sirius apa adanya," jawab Lila dengan sorot wajah serius. "Apakah kakak bersedia menerimaku?"

Satu dorongan lagi, apakah kau sanggup bertahan?

Liam bersenandung riang, dia tidak berpikiran Hoba akan melirik Sirius terlepas dari rumor yang mereka miliki.

"Aku akan menerimamu asal dengan satu syarat," ucap Liam dengan senyuman ramah.

Namun, dimata semua anggota Sirius, senyuman itu sangat licik dan kejam.

"Kau bisa bekerjasama dengan Elang. Jika kau berhasil, aku akan menerimamu."

"Apa syaratnya?" tanya Lila dengan penasaran.

"Ada satu kursi yang kosong untuk anggota baru Sirius. Aku ingin kalian berdua membujuk siapa saja Hoba yang menurut kalian cocok dengan citra Sirius. Aku akan menerima orang yang kalian pilih."

"Satu kursi kosong," gumam Lila. Gadis itu kemudian melirik papan tulis putih dan menemukan foto Elang dan pemuda sombong bernama Bai Changmin.

Lila bersiul kagum, bahkan Sirius sudah menemukan target yang sangat menarik. Jika digabung sudah ada dua rakyat jelata dan satu konglomerat.

Apa Sirius menerima empat anggota baru?

"Aku dan Elang akan mempromosikan Sirius dengan baik. Jangan lupa janji kakak untuk menerimaku," ucap Lila setelah menimbang-nimbang.

"Aku janji," ucap Liam tulus.

"Apa kau yakin dengan gadis itu?" tanya Garuda. Liam tertawa pelan karena pemuda itu masih curiga dengan Lila.

"Dia tidak bisa macam-macam karena Liam membawa nama Elang," kata Oka seraya membuat lingkaran gaib dengan tangannya. "Nasib temannya berada di tangannya."

"Garuda, sebaiknya kau menceritakan hal ini kepada Elang. Kau bisa melihat reaksinya," saran Lisa seraya menepuk bahu Garuda. "Itu cara yang cukup efektif untuk membuktikan kalau dia mata-mata atau bukan."

"Aku setuju," ucap Lukman dan Yena bersamaan.

Ivy menatap Hyuga. "Aku akan membantumu untuk membujuk Bai Changmin. Jangan menolak!"

Hyuga mengangguk dengan pasrah sebelum dia sempat berteriak karena Ivy sudah memberinya sebuah seringai gila.

Liam menoleh ke arah Lukman dan Yena. "Kalian awasi eskul selain Aldebaran, mereka pasti punya cara untuk mengalahkan kita. Aku rasa Capella punya trik lain."

"Aku punya kandidat lain untuk anggota Sirius. Aku cukup menyukainya," ucap Cherish yang langsung mendapat perhatian seluruh anggota Sirius.

"Apa itu laki-laki?" tanya Liam dengan nada tidak suka.

Cherish tertawa. "Dia perempuan."

"Siapa?" tanya Ivy penasaran. "Kau baru saja masuk karena sakit. Apa kau mengenal seseorang?"

Tawa Cherish semakin keras dan dia menatap Liam dengan lembut. "Dia orang yang cukup berani untuk menatap Liam."

Liam mengerutkan keningnya. Siapa orang yang berani menatapnya dengan lancang?

☁ HUBUNGAN ☁

> Liam (Sirius) dan Ivy (Sirius) - SEPUPU

> Liam, Ivy (Sirius) dan Veano (Aldebaran) - RIVAL

> Liam (Sirius) dan Cherish (Sirius) - TUNANGAN

> Ivy (Sirius) dan Revano (pahlawan) - KEKASIH

> Veano (Aldebaran) dan Revano (pahlawan) - SEPUPU

> Hyuga (Sirius) dan Ilona (peramal) - KEKASIH

> Illios (hantu) dan Mahawira - SAHABAT

> Illios (hantu) dan Veano (Aldebaran) - MUSUH

> Ilona (peramal) dan Illios (hantu) - PARTNER BISNIS

> Revano (Pahlawan) dan Ilona (peramal) - RIVAL

> Veano (Aldebaran) dan Ilona (peramal) - MUSUH

> Liam (Sirius) dan Ilona (peramal), Revano (pahlawan) - REKAN

Love

Fiby Rinanda🐝

8 Maret 2020
Revisi : 10 April 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top