11| The First Step

Warning!

-Welcome to Sirius Aequum Sapientes-

BAGIAN 2
11| The First Step

Enjoy For Reading

"Berjalan dengan seorang di kegelapan lebih baik daripada berjalan sendirian dalam terang"

🎬

Kelas Halley MIPA 1 adalah kelas unggulan yang berisi anak-anak ambisius, licik, dan terkadang keras kepala. Persaingan ketat antar siswa membuat mereka memliki arogansi yang membuat siapa saja enggan berteman, tak heran jika beberapa siswa dikelas ini terlihat seperti serigala penyendiri.

Aceville Orlando adalah satu dari sekian banyak orang yang menolak untuk belajar dikelas ini. Pemuda dingin dan sedikit kaku ini memilih melompat dari lantai empat jika dia diletakkan dengan anak-anak dari kelas MIPA 1. Aceville dengan keras menolak kelas neraka itu meski dia harus berlutut dan memohon kepada Pak Julian.

Berbeda dengan kelas BAHASA yang terletak dilantai dua dan berjauhan dari kelas MIPA dan IPS yang terlentak dilantai tiga, kelas MIPA 3 dan MIPA 1 tidak begitu jauh karena keduanya hanya dihalangi oleh tembok MIPA 2. Aceville dengan lesu melangkahkan kaki panjangnya untuk mengunjungi kelas para monster.

"Apa kau akan terus menatapku seperti itu?" tanya Ivy seraya melipat kedua tangannya didepan dada, menatap Aceville yang tak kunjung berbicara kepadanya. Gadis itu tidak mengingat kalau dia mempunyai urusan yang sangat penting dengan ketua kelas sebelah yang jarang berbicara itu.

"Pergi kalau kau tidak mengatakan apapun!" usir Ivy dengan nada ketus. Siapa saja pasti merasa kalau Aceville sangat menjengkelkan dan pantas untuk dipukul.

"Si nomor sembilan ... apa kau tidak ingin melihatnya?" tanya Aceville seraya menahan kedua bahu Ivy agar gadis itu tidak meninggalkannya sendirian di lorong kelas yang penuh dengan mata-mata penasaran.

Ivy tersenyum kaku mendengar pertanyaan Aceville sedikit merendahkan Garuda. "Aku tidak tahu apa maksudmu. Apa Aru membuat masalah lagi kepadamu?"

Aceville bukan orang licik yang suka memutarbalikkan fakta. Dia bisa saja membuat Ivy bertekuk lutut kepadanya karena kesalahan Garuda. Ada peraturan yang aneh di Bimasakti, bahwa ketua kelas bisa menghukum ketua kelas lain jika salah satu anggota mengganggu kelas lain. Garuda adalah anggota MIPA 1, jika dia melakukan kesalahan maka Ivy yang akan mendapat hukuman dari Aceville

"Bukan kepadaku," jawab Ace cepat ketika Ivy sudah bersiap untuk melawan. "Dia melakukan kepada orang lain. Dika juga menyembunyikan sesuatu."

Dika Rahadian salah satu anggota Aldebaran, Ivy tidak mengingat apapun kecuali pemuda itu selalu mengomel setiap anak IPS melakukan hal-hal yang merepotkan--terutama kelas Halley IPS 2 yang digadang-gadang menjadi kelas paling berisik se-angkatan. Sangat mengherankan Garuda bisa tahan dengan orang yang seperti Dika, dari percakapan itu Ivy bisa menyimpulkan kalau mereka berdua cukup akrab.

"Jadi, kau ingin bertemu dengan Veano?" tanya Ivy seraya menunjuk kursi Veano yang kosong dengan malas. Sebagai ketua kelas, Ivy tidak langsung melempar tugasnya kepada Veano, hal ini dikarenakan Aceville menyebut nama Dika yang berarti masalah kali ini bukan hanya menyangkut MIPA 3. "Aldebaran sedang rapat besar. Apa sekretaris mu tidak mengatakan apapun?"

Aceville menggeleng dengan mata tertutup. Ivy tidak berbohong kalau pemuda ini sangat tampan tidak heran jika Lukman mengadakan voting mengenai siapa yang tertampan atau tercantik dari Halley. Sayangnya, mengapa Veano yang harus menduduki peringkat pertama?

"Aku rasa masalah ini sangat serius," ucap Aceville dengan nada rendah. Pemuda itu sedikit menunduk, Ivy bisa merasakan napasnya yang menggelitik telinga. "Aku rasa kita bisa mengungkap siapa Dewan Muda dengan masalah ini."

Ivy menatap tajam Aceville yang kini tersenyum dengan wajah dinginnya, gadis itu kemudian mendorong Aceville untuk segera menjauh. "Apa maksudmu Dewan Muda akan terungkap karena masalah Aru?"

"Bukankah lebih menyenangkan jika kau tahu siapa dia?" tanya Aceville seraya merapikan kemejanya yang sedikit kusut. "Kau akan tahu maksudku jika kau pergi ke unit kesehatan."

Tanpa menoleh ke belakang lagi, Ivy segera berlari menuju unit kesehatan tempat Aceville atau anggota Altair menjalankan tugasnya. Ivy harus menjadi orang pertama yang harus tahu mengapa Garuda bisa berakhir berurusan dengan Aceville.

"Kita akan berakhir menjadi musuh kalau menyembunyikan sesuatu," ucap Cherish tajam. Gadis itu sudah mendengar semua apa yang mereka berdua bicarakan.

"Aku hanya mengatakan sesuai apa yang aku lihat," balas Aceville tenang. "Jika kita berselisih, kau tahu siapa yang membuat kesimpulan yang salah."

"Kau semakin menyebalkan," kata Cherish.

Aceville menghela napasnya pelan, dia tidak tahu kenapa semua orang merasa kesal kepadanya. "Apakah separah itu?"

Cherish hanya mengangkat bahunya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi nanti, tapi aku punya firasat buruk," kata Aceville dengan nada rendah. "Ini masalah Gema Januar."

Cherish kini tahu kenapa Aceville hanya mengatakan apa yang dia lihat dan bukan dia pikirkan. Tidak seperti hubungan romantis antara dia dan Liam, hubungannya dengan Aceville bisa dikatakan dalam kategori teman seperjuangan. Cherish tahu apa yang Aceville rasakan begitupula sebaliknya.

"Masalah ini mungkin tidak bisa dihindari oleh Aldebaran."

Cherish mengangguk muram. "Sayangnya kau harus tutup mulut."

🎬

"Siapa yang mati?"

"Jangan berisik, Elang!"

Danu berdecak kemudian menutup mulut Elang karena suaranya terlalu kencang. Sementara itu, Lila sedang mengawasi agar tidak ada seseorang yang berhasil menemukan tempat persembunyian mereka.

"Aku mungkin akan mati, jadi kalian berdua harus membantuku," jawab Danu dengan bibir mengerucut yang membuat Elang menatapnya dengan jijik.

"Aku tidak menyangka kalau ada perundungan di Bimasakti," kata Lila mengabaikan kehebohan dua pemuda itu. "Apa itu mungkin?"

Elang menggeleng keras. "Tentu saja tidak mungkin, kita punya Aldebaran sang pahlawan penumpas kejahatan. Aku pikir, perundungan itu terjadi sudah lama dan kemungkinan besar mereka saling mengenal sebelum sekolah di sini."

"Masuk akal," kata Lila seraya mengacaukan jempol ke arah Elang dengan bangga. "Mungkin ada beberapa orang lain yang tahu perundungan itu sebelum Danu dan mereka menyembunyikan dari guru--"

"Bisa saja mereka diancam dan tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat perundungan itu." Danu memotong perkataan Lila dan membuat gadis itu mendelik tidak suka.

"Apa kau mendengar semua percakapan mereka?" tanya Elang seraya mengeluarkan buku catatan kecil miliknya dan siap untuk mengintrogasi Danu. "Kami melakukan ini tidak gratis, loh."

"Tidak gratis," ulang Lila dengan seringai lebar.

"Apa maksudnya tidak gratis?" tanya Danu dengan nada jengkel. Pemuda itu menatap Elang dan Lila saling tertawa mengejeknya.

"Kau harus bergabung ke Sirius dan memenangkan perang konstelasi," jawab Lila.

"Kalau tidak mau, jangan harap kami dapat membantumu," lanjut Elang seraya mengetuk buku catatannya.

Danu menggigit bibirnya dengan kesal, sepertinya baik dirinya dan kedua orang ini tidak ingin mengalah. Danu tiba-tiba membayangkan reaksi Wisnu ketika dia ikut andil dalam perang konstelasi yang merepotkan itu.

"Oke, aku terima."

Elang kemudian memberikan secarik kertas berisi peminatan eskul dan meminta Danu untuk memberikan jawaban itu minimal dua hari setelahnya.

Tempat persembunyian mereka tidak jauh dari Gedung Utama A yaitu di Gymnasium Galaksi. Untung saja tidak ada yang memakai ruangan pada jam-jam seperti ini, jadi mereka bertiga bisa leluasa untuk berdiskusi.

"Aku tidak mendengar banyak percakapan karena Kak Dika dan Kak Garuda datang tiba-tiba, tapi aku mendengar nama seseorang disebut berulangkali."

"Siapa?" tanya Elang dan Lila bersamaan.

"Cherish."

Danu mengerutkan keningnya karena melihat reaksi keterkejutan dari Elang dan Lila. Sepertinya dia mendengar sesuatu yang berbahaya.

Elang mencoret-coret sesuatu dibuku setelah beberapa detik terkejut. Danu menduga kalau Elang berbakat dalam dunia akting karena dia dengan tenang mengendalikan emosinya, sementara Lila tiba-tiba tertarik dengan rambutnya yang baru saja mendapatkan perawatan khusus.

"Apa kau tahu siapa yang merundung Kak Gema?" tanya Lila. Danu cukup terkejut karena gadis itu ternyata sangat fokus dengan pembicaraan mereka.

"Kak Ezra dan Kak Raihan. Aku sama sekali tidak mengenal mereka," jawab Danu setelah mengingat-ingat kejadian itu lagi.

"Apa yang mereka berdua lakukan?" tanya Elang.

"Kak Ezra sepertinya melarang Kak Gema melakukan sesuatu dan dia juga berniat mengancam Kak Cherish juga."

Ekspresi Elang menjadi tidak enak sementara Lila beralih kegiatan memijat kepalanya.

"Kak Cherish adalah tunangan Kak Liam. Jangan bilang kau tidak tahu dia, Danu."

"Tentu saja aku tahu siapa dia!" bantah Danu.

Siapa yang tidak mengenal seseorang yang mendapat peringkat pertama untuk jurusan MIPA. Telinga Danu sudah kebal mendengar nama Liam dan Jendral yang disebut-sebut setiap mata pelajaran berganti.

"Aku pusing, kenapa juga Kak Ezra melakukan hal yang beresiko seperti itu," keluh Lila seraya memukul-mukul lengan Danu dengan gemas.

"Penampilan Danu harus diubah karena Kak Raihan pernah melihat wajahnya, kita bisa menghindari mereka," saran Elang.

"Apa kau yakin?" tanya Danu tidak yakin.

"Kita harus menyusun rencana sebelum mereka tahu keberadaanmu," jawab Elang serius. "Kita harus mengulur waktu agar Aldebaran bisa menyelesaikan masalah ini."

Love

Fiby Rinanda🐝
5 Maret 2020
Revisi : 30 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top