10| The Peep

Warning!

-Welcome to Sirius Aequum Sapientes-

High Class Mahawira

BAGIAN 2
10| The Peep

"Tidak ada orang yang mampu menyembuhkan diri sendiri hanya dengan menyakiti orang lain."

🎬

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Tidak ada."

Saat Danu sedang beristirahat, pemuda bernama lengkap Hafiz Wisnu Handoyo mendekat dan menghalangi sinar matahari. Danu mencoba untuk mengusirnya tetapi Wisnu hanya tersenyum kecut dan bergeser agar sinar matahari tidak lagi terhalang. Mereka berdua adalah teman sekelas tetapi bukan teman sebangku karena sistem acak tiap bulan.

"Apa kau yakin tidak mengikuti perang konstelasi?" tanya Wisnu lagi, kali ini dia duduk di bangku dan berhadapan dengan Danu.

"Aku bukan pejuang." Jawaban Danu yang terkesan cuek membuat Wisnu menghela napas seperti orang yang kesusahan.

"Kau akan mendapat poin dan bisa dikeluarkan dari Bimasakti," ucap Wisnu. "Kalau kau tidak ingin mengikuti apapun, kau harus tetap di Pollux sampai semester berakhir."

Danu menggaruk belakang telinganya, menatap Wisnu yang saat ini memandangi langit kelabu dengan serius. "Apa kau memilih sama seperti Khrisna dan Khansa?"

Wisnu berdecak kemudian menggeleng pelan. "Tidak, aku baru saja bergabung dengan Rigel. Khrisna dipilih Bellatrix dan Khansa memilih Polaris."

"Rigel termasuk eskul baru dan belum mengikuti turnamen, apa kau tidak masalah?" tanya Danu mengingat-ingat apa yang tertulis di buku panduan sekolah Bimasakti yang tebal.

Wisnu tersenyum lebar. "Jika aku adalah orang pertama yang mendapat medali untuk Rigel, aku akan masuk majalah dan terkenal."

"Jangan mudah tertipu, menjadi terkenal itu tidak mudah," ucap Danu seraya menghela napas pelan. Wisnu hampir berteriak kalau temannya ini bisa menjadi kakek-kakek.

"Lagi pula Bimasakti akan menambah eskul baru."

"Eskul apa?"

"Berkuda dan panahan. Seru bukan?"

Wajah Danu langsung mendadak pucat. "Oh, aku tidak ingin membersihkan kandang kuda."

"Bukankah kau pernah mendapat tawaran dari kelas sebelah untuk bergabung ke Sirius?" tanya Wisnu penasaran. "Siapa namanya?"

"Elang dan Lila," jawab Danu cepat. "Aku masih belum memikirkan bisa beradaptasi dengan Sirius."

"Kenapa? Sirius bukan eskul yang buruk juga meski anggota mereka cukup unik."

Danu memukul pelan dahi Wisnu dengan bolpoin. "Sirius dan Aldebaran adalah eskul yang paling aku hindari."

"Apa kau takut?" tanya Wisnu seraya menyeringai senang. "Aku tahu kau takut."

"Entah kenapa mereka terlihat seperti seseorang yang keras kepala."

"Aku juga tahu itu. Ayo ke cafetaria!"

Mereka berdua kemudian pergi ke cafetaria yang berada di lantai dasar.

🎬

Siapakah Danu Adinata?

Danu segera menutup ponsel pintarnya dengan perasaan rumit. Setelah membaca artikel mengenai dirinya sendiri membuat dia berpikir bahwa tidak ada jalan untuk melarikan diri. Semua orang akan berlomba-lomba untuk menyeretnya ke permukaan dan tersenyum seraya membeberkan kehidupan pribadi dan pilihannya.

Mengapa Danu Adinata memilih sekolah Bimasakti?

Tidak ada alasan khusus. Danu hanya mengikuti jalan hidup ibunya tersayang, meski dia harus merelakan apa yang telah dia lakukan selama ini. Danu tidak menyesal untuk berada di lingkungan bagai sarang binatang buas karena dia juga mengasah taringnya sampai tajam.

Ada banyak rintangan, Danu tidak mengeluh.

"Kenapa wajahmu serius? Apa yang kau baca?" tanya Wisnu yang sedang memakan nasi goreng dengan lahatp, Danu hanya memesan roti lapis berukuran sedang.

"Tidak ada." Danu terpaksa berbohong kepada teman barunya ini karena dia tidak ingin orang lain masuk kedalam hidupnya yang rumit.

Wisnu tersenyum miring. "Aku mengerti. Lain kali jangan berbohong kepadaku kalau kau tidak ingin mengatakan apapun."

"Apa boleh?"

"Tentu saja bodoh!" jawab Wisnu. "Siapa saja pasti tidak akan nyaman jika dipaksa."

"Terimakasih, kau menyelamatkan hidupku," gurau Danu seraya tertawa pelan. Perasaannya membaik ketika Wisnu mengerti keadaannya yang membingungkan.

"Berhenti! Kau menjijikan," ucap Wisnu.

Danu beranjak dari tempat duduknya. "Aku cari angin dulu."

"Jangan terlambat masuk kelas, Pak Noah bisa menendangmu keluar kalau telat."

"Oke."

Sepeninggal Danu, Wisnu yang telah menyelesaikan makan siangnya terdiam. "Apa semua artis seperti itu?"

🎬

Bimasakti mempunyai area yang sangat luas dan Danu belum menjelajahi keseluruhan tempat ini kecuali Auditorium Galaksi dan Gedung Utama A, bahkan untuk melihat Gedung Utama B dan C saja membuat Danu harus berpikir ulang karena kedua gedung itu adalah sarang Halley dan Hygiea. Dia juga takut untuk pergi ke taman belakang sekolah yang katanya indah karena Illios van Halen si hantu penjaga.

Tiga hari yang lalu dia diikuti oleh dua orang Hoba dari jurusan IPS, mereka tidak mengganggu hanya saja Danu merasa tidak nyaman. Danu mengingat keduanya yang sangat aktif dan berisik. Hidup Danu yang tenang mendadak keruh karena kehadiran mereka.

"Apakah aku harus menerima tawaran mereka?" gumam Danu seraya memijit keningnya.

Elang dan Lila mengatakan hal yang sama yaitu Danu harus mendaftar ke Sirius atau eskul jurnalistik karena mempunyai wajah yang menarik dan cocok dengan Sirius. Meski Elang menjelaskan dengan susah payah, Danu tetap tidak memahami apa yang pemuda itu katakan.

"Mereka pasti datang lagi."

Tanpa sadar kaki Danu mulai memasuki area Gedung Utama B dan beberapa anak Halley yang lewat saling melirik ke arahnya, beberapa dari mereka bahkan mengatakan kalau pilihan Danu untuk keluar dari dunia entertainment sangat disayangkan. Pada akhirnya Danu berbalik menuju kelasnya karena ketakutan.

Sewaktu berada di area sekitar Gedung Utama A dan Gedung Utama B, Danu mendengar suara-suara aneh. Danu penasaran dan mendekat ke asal suara.

"Apa kau akan merebutnya dariku, Gema?"

Seorang pemuda berbadan besar mendorong pemuda lain yang tampak ketakutan hingga jatuh. Danu membelalakkan matanya karena baru kali ini dia melihat adegan perundungan.

"Katakan pada Pak Noah kalau kau tidak bisa mengikuti lomba itu," kata pemuda besar itu lagi. "Bukan kau atau Cherish tetapi hanya aku yang bisa mewakili lomba itu."

"Lalu, apa yang kau lakukan kepada Cherish? Apa kau juga akan memukulnya seperti ini, Ezra?" tanya pemuda lain yang sedang memakan sebuah permen. Danu tidak melihat ada simpati dalam matanya.

"Tentu saja tidak bodoh!" bentak Ezra si pemuda besar. "Aku hanya perlu membuat perhitungan dengannya. Kau jangan ikut campur, Raihan."

"Aku juga tidak ingin ikut campur dalam masalahmu dengan Cherish," kata Raihan seraya melempar permen ke arah pemuda yang terjatuh. "Masalah yang ini lebih menarik. Apa aku benar, Gema?"

Pemuda yang bernama Gema itu tidak menjawab pertanyaan dari Raihan dan menatap kedua orang itu dengan ketakutan. Danu ingin menolongnya.

Ezra kemudian mengambil sebatang kayu dan langsung memukuli Gema dengan brutal, sementara Raihan terlihat senang seraya merekam adegan itu melalui ponselnya. Hingga pada pukulan kesepuluh, Gema terjatuh lagi dan kali ini tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Apa Danu harus meminta pertolongan kepada Aldebaran?

"Aku akan membunuhmu jika kau tidak melakukan apa yang aku suruh. Kau tidak punya pilihan lain," ucap Ezra seraya mencengkeram rahang Gema dan membuat pemuda itu merintih kesakitan.

Danu tidak tuli untuk mendengarkan perkataan si pemuda besar dan dia juga tidak sedang bercanda untuk mengancam orang yang lebih lemah. Sebelum Danu bertindak gila, dia mendengar suara seseorang mendekat. Danu tersenyum lega, orang ini mungkin bisa melaporkan kejadian ini kepada Aldebaran.

Dua orang pemuda dari kelas Halley sedang berlari cepat, mereka pasti mendengar suara-suara mengerikan itu. Danu sangat senang karena keduanya mempunyai pin berlambang OSIS Aldebaran dan dia berharap bisa memberi kesaksian jika orang yang bernama Ezra dan Raihan mengelak.

"Apa kalian sangat bersenang-senang saat ini?" tanya seorang pemuda tinggi. Raut wajahnya tidak terlihat marah dan segera mendekat ke arah Ezra.

"Menjauh dari tempat ini, Aru!" bentak Ezra seraya menunjuk pemuda tinggi yang bernama Aru.

Danu ingin membantu kakak kelasnya tapi seseorang menahannya dan dia adalah orang yang datang bersama dengan Aru.

"Kau harus pergi dari sini," ucapnya tegas. "Urusan Aldebaran!"

"Tapi kakak itu terluka," kata Danu seraya melirik ke arah Gema yang saat ini wajahnya diinjak oleh Raihan dengan keras. "Mereka sangat jahat."

"Jangan meremehkan Aldebaran." Pemuda ini menggertakkan giginya kemudian menatap Danu dengan tajam. "Masalah ini jauh lebih serius daripada apa yang kau bayangkan. Pergi!"

"Tapi--"

"Jika mereka melihatmu, kau juga berakhir seperti Gema," potong pemuda itu dengan cepat. "Jangan katakan apapun kecuali kepada Aldebaran. Apa kau mengerti?"

Pemuda itu mendorongnya hingga mereka berakhir di area Gedung Utama A. Danu tidak bisa melupakan apa yang terjadi hari ini, tapi dia juga tidak bisa membantu Gema.

"Kenapa kakak tega membiarkan Kak Aru bertarung sendirian?" tanya Danu dan buru-buru menutup mulutnya karena bersikap tidak sopan kepada orang yang lebih tua.

"Orang itu tidak akan bertarung dengan Ezra atau Raihan," jawab pemuda itu. "Jangan panggil dia Aru, namanya Garuda."

"Apa Aldebaran bisa menyelamatkan Kak Gema?"

"Gema adalah salah satu siswa yang berprestasi di Bimasakti. Kami tidak punya alasan untuk tidak membantunya."

Danu mengangguk. "Siapa nama kakak?"

Pemuda itu mengangkat kedua alisnya karena pertanyaan yang tidak berhubungan. "Jangan biarkan siapapun tahu apa yang kau lihat dan dengar. Bukan hanya Gema, sekarang kami harus membantumu."

"Tidak ada yang sadar kalau aku ada di sana," kata Danu dengan percaya diri.

"Apa kau tidak sadar Raihan menatapmu? Sebentar lagi mereka pasti mencarimu." Pemuda itu menepuk bahu Danu berulangkali. "Namaku Dika."

Danu merasa kepalanya dipukul oleh palu.

Sekilas info keluarga

Liam (XI MIPA 1) > Calvin (X BAHASA  1) > Luna (X IPS 1)

Ivy (XI MIPA 1) > Keanu (X MIPA 1) > Kenan (X MIPA 1)

Arjuna (XI IPS 2) > Khrisna (X MIPA 3) > Khansa (X MIPA 4)

Keila (XI MIPA 4) > Wisnu (X MIPA 2)

Love
Fiby Rinanda🐝

22 Maret 2020
Revisi : 10 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top