육 (Six)

jangan lupakan Vote dan commentnya guys

jika ada typo mohon beritahu nanti aku koreksi lagi.

gomawo :* 

**** 

"Dimana Seojin?" Tanya Namjoon saat berpapasan dengan Jungkook yang sedang berlari di daerah apartement Seojin.

"Aku tidak tahu, memangnya ada apa?" balasnya dengan wajah yang menahan kesal karena bertemu dengan Namjoon bukan bertemu dengan Seojin.

Ia memang sengaja berolahraga di daerah apartemen Seojin hanya untuk sekedar bertemu dan ia akan memakai alasan jika ia tidak sengaja bertemu dengan Seojin dan mengajaknya sarapan bersama atau berjalan bersama.

Itu modus yang dilakukan Jungkook sebagai teman.

"Dia pergi dari rumah tadi pagi"

Jungkook yang sedang menggerakkan badannya pun berhenti sejenak. "Pergi?" lalu ia melanjutkannya lagi. "Dia bukan pergi tapi kabur untuk tidak mendengar ceramahanmu yang belum selesai semalam" Jawab Jungkook enteng.

"Sialan kau anak kecil"kesalnya dengan memukul belakang kepala Jungkook.

Jungkook hanya menatap Namjoon kesal. "Dia bekerja jam berapa?" Namjoon meminum minumannya yang ia beli di supermarket sebelum bertemu dengan Jungkook yang sedang melirik kanan kiri seperti sedang mencari seseorang.

"Sore, memangnya kenapa? Kau ingin membuktikannya kesana?"

"Usulanmu bagus sekali, tapi aku mencium bau bau mencurigakan pada Seojin"

"Apa yang mencurigakan? Dia pergi dari rumah itu hal biasa, bahkan ia akan pulang saat kau sudah tak berada di apartemennya lagi. Apa nya yang mencurigakan?"

Namjoon menendang bokong Jungkook yang sedang menungging sambil merenggangkan tubuhnya dan ia tersungkur akibat tendangan Namjoon. "Ya, kenapa kau menyebalkan sekali, Jungkook"

Seharusnya Jungkook yang mengatakan demikan. Ia kesal kepada Namjoon dan kesal mengapa ia harus bertemu dengannya hari ini bukan dengan Seojin. Jungkook hanya menatap Namjoon tanpa ingin membalas perbuatannya itu.

"Aku mencium hal yang mencurigakan, dia seperti sedang berdekatan dengan seorang pria. Aku merasakan parfum mahal saat aku datang semalam dan juga aku merasakan jika dia sedang menyembunyikan sesuatu."

"Parfum mahal? Kenapa kau mengatakan parfum mahal, apa kau tidak sanggup untuk membeli 'parfum mahal' tersebut" ucapnya dengan menekankan kata parfum mahal dengan dua jari yang terangkat dan bergerak.

Namjoon mendecak kesal. "Aku tidak akan mengizinkanmu mendekati Seojin" ancamnya.

"Ya, hyung kenapa kau seperti itu, dia memang sedang dekat dengan seorang pria dan aku tidak mengetahui siapa dia" Ucap Jungkook yang lepas kendali. Ia membuang muka dan meramalkan segala doa untuk tidak mati di tangan Seojin karena memberitahu rahasianya. Dan ia tahu jika Seojin tidak akan segan-segan dengan lawannya.

"Siapa yang mendekatinya?" desak Namjoon.

Jungkook tak menjawab ia tetap pada kegiatan sebelumnya yaitu berdoa. "Jawab aku Jeon Jungkook!" ucapnya tegas.

"Entahlah, aku tidak tahu" jawabnya dengan cepat.

"Aku benar-benar tidak akan mengizinkanmu berdekatan dengan Seojin dan..." Ancam Namjoon yang di potong oleh Jungkook dengan cepat karena ia tahu kelanjutan dari ucapan pria tersebut. Dan itu adalah kelemahan seorang Jeon Jungkook saat di ancam oleh Namjoon; Dilarang berdekatan lebih dari satu kilo meter.

Jungkook mendengus kesal." Aku benar-benar tidak tahu, hyung siapa namanya. Tapi yang aku tahu dia bertemu dengan pria itu secara tak sengaja dan itu tidak diinginkan Seojin karena ia tidak menyukainya." Ceritanya dengan singkat dan tidak memberitahu jika Seojin di lecehkan lagi.

"Tapi kau harus berjanji, hyung. Jangan katakan pada Seojin jika aku memberitahumu. Dan yang aku ingat, dia tidak pernah menyebutkan namanya, tapi ia terus mengatakan dengan sebutan, brengsek" lanjutnya dan menatap Namjoon saat mengatakan brengsek.

"Kenapa kau menatapku saat menyebut brengsek, brengsek. Apa kau mengataiku, huh?" ucapnya dengan mencekik Jungkook dan menguncang-guncangkan badannya dengan kencang. Jungkook berusaha melepaskan cekikan Namjoon dan membuat tubuhnya merasa lemas karena guncangan yang dahsyat dari Namjoon.

Terdengar lebay, biarlah karena itu adalah Jungkook saat bersama dengan Namjoon.

"Hyung, mianhaeyo. Jeongmal mianhae. Ini adalah sebuah naluri" Jungkook langsung bernafas lega saat ia berkata demikian dan Namjoon langsung melepaskan aksinya itu.

"Naluri?" tanyanya pada diri sendiri.

"Iya, hyung itu adalah naluri....." Jungkook langsung lari dengan cepat untuk menjauh dari Namjoon dan tidak melakukan hal-hal seperti tadi lagi.

Naluri......

Naluri....

Nalur....iiiii....

Nalu.....

Ia berpikir keras dengan naluri yang dimaksud oleh Jungkook dan ia tersadar saat Jungkook sudah menghilang. Jika naluri yang di maksud Jungkook, jika dirinya adalah pria brengsek yang dikatakannya.

Ia mengumpat. Sialan kau Jeon Jungkook!!!!

****

Siang berganti malam dan Seojin masih berada di Daegu tanpa membawa ponsel beserta dompetnya. Ia sudah meminta Taehyung untuk pulang tapi ia tidak di gubris sama sekali karena permintaannya itu bagaikan angin lalu bagi Taehyung.

"Taehyung, aku harus bekerja!!" setidaknya ia masih memiliki alasan untuk pulang dengan cepat saat sore tadi.

Dan pria psikopat bernama Taehyung ini hanya mengatakan "Gajimu di hotel itu kecil, aku akan membayarmu lebih dari itu asal kau bersamaku malam ini dan aku akan menyewamu"

Menyewa?

Dia kira Seojin barang yang seenak jidatnya di sewa-sewa, jika ia sebuah sepeda ia senang hati menyewakannya tapi yang di maksud pria ini dengan kata 'menyewa' itu adalah kata yang paling menyeramkan. Dan Seojin ingat bahwa Taehyung tetap mencapnya sebagai wanita jalang, dan Seojin sudah tidak bisa membela dirinya sendiri semakin ia membela diri semakin jatuh juga harga dirinya di hadapan pria psikopat, gila, brengsek ini.

Ia ingin pulang sedari tadi, jika ia membawa dompet atau uang di sakunya ia akan sukarela pulang sendiri tapi karena ia tak membawanya ia hanya bisa menahannya saja. Jika ia meminjam uang pun sama saja jika dia memberi daging pada singa, dan ia juga tidak bisa kabur, ia bisa saja memanggil Namjoon atau Jungkook untuk menjempunya di Daegu tapi ponselnya juga tertinggal, dan ia hanya bisa menurut pada Taehyung kemana pun pria ini pergi dan membebankan semuanya pada Seojin.

Mereka sedang berada di E-World 83 tower atau di kenal dengan Daegu tower, Taehyung juga mengajaknya berkeliling sebelumnya dari jalan ke Donghwasa lalu ia di bawa ke Daegu Arboratum untuk melihat flora di sana dan Seojin tampak berpikir orang gila seperti Taehyung mengajaknya kesebuah taman yang penuh dengan tumbuhan? Apa itu pertanda jika orang gila ini sedang membutuhkn ketenangan? Seojin tidak memikirnya jauh, untuk apa memikirkan pria gila ini tidak ada untungnya.

Hingga berakhirlah mereka di atas menara di lantai 77, mereka berdua memandang kota Daegu dari atas, Seojin hanya melamun memandang kota Daegu di malam hari dan mengingatkan pada seseorang yang lahir di kota yang sama dengan tempat dimana dirinya berada sekarang, bahkan ia juga pernah di bawa kemari oleh Yoongi dan mereka saling berpelukan hanya untuk memandang kota Daegu yang dingin saat malam hari dan mereka juga banyak berbincang dan bercanda dalam keadaan apapun.

Ia merindukannya, sangat merindukan pria pucat itu, merindukan moment-moment dimana mereka lalui berdua jika sedang memandang seperti ini, pasti orang yang ia rindukan akan memeluknya dari belakang sambil mengoyang-goyangkan badannya kekanan ke kiri dengan gerakan pelan dan membuat Seojin selalu tersenyum dengan keadaan tersebut.

Ia menghembus nafas lelah. Taehyung memandangnya aneh dan ia hanya mengejutkan Seojin dari belakang.

DORRR....

Tepukan Taehyung keras dan juga suaranya yang briton itu membuat Seojin semakin terkejut dan ia hanya mencak-mencak kesal dan Taehyung hanya diam seperti tidak terjadi apa-apa padahal ia yang membuat Seojin terkejut.

"Apa kau ingin membunuhku?" Seojin melotot menatap Taehyung yang berada di sampingnya.

"Ide bagus," Taehyung yang melipatkan kedua tangannya di dada dan memiringka kepalanya seperti sedang berpikir.

"Apa yang bagus?"

"Kau memberiku ide untuk membunuhmu, padahal niatku tidak seperti itu dan aku berubah pikiran sekarang"

"Pria gila"gumamnya.

"Kau genius, aku memang gila. Apalagi saat aku berada di ranjang"

Seojin bergidik ngeri mendengar perkataan pria gila ini yang benar-benar gila.

Mereka berdua terdiam dan memandang kota Daegu, Seojin terus membuang nafasnya berat.

Taehyung hanya menatap dari ekor matanya saja setiap kali melihat Seojin membuang nafas berat, sekitar mereka memang hening tak ada yang bersuara kecuali yang di ujung sana yang sedang bermesraan sambil berpelukan bahkan berciuman.

Tidak tahu tempat.

Pikir Seojin. "Kau selalu membuang nafas, sedari tadi!"

Seojin hanya diam tidak membalas perkataan Taehyung, jika ia tidak membuang nafasnya berarti ia mati. Pria aneh.

Hening...

"Aku lahir di kota ini dan aku adalah anak yang paling tampan di kota ini dan aku juga mengalahkan ketampanan hyungku yang hanya memiliki kulit seperti terigu itu" ucap Taehyung yang entah kenapa menceritakan dirinya.

Seojin diam karena orang yang di masa lalunya juga lahir di kota ini dan ia juga mengatakan "Dirinya adalah orang yang paling tampan dan berkulit putih dari pada adiknya yang berkulit seperti pantat sapi"

Seojin terkekeh. Taehyung melirik Seojin yang sedang terkekeh, ia terpana melihat senyuman yang tertera pada bibir Seojin semenjak pertemuannya dengan Seojin ia tak pernah melihat sekalipun Seojin tersenyum atau pun terkekeh dan kali ini ia melihatnya dan itu begitu manis. Ia tak terkendali dan langsung mencium Seojin dengan menekankan tengkuk wanita itu dengan keras supaya memperdalam ciumannya dan ia tidak mengingat tempat, mereka sedang ditempat umum, walaupun banyak pasangan yang sedang sepertinya, namun mereka bukanlah sepasang kekasih seperti yang di lakukan yang lain.

Seojin memberontak dan mencoba meepaskan ciuman panas Taehyung, setelah usahanya berhasil ia langsung menyemburkan protesan yang panjang dan inti dari aksi protesnya itu hanya "Ini tempat umum, Taehyung"

Dan Taehyung semakin menyebalkan. "Baiklah, kau ingin tempat yang privasi kan? Aku akan melakukannya dengan senang hati" Taehyung menarik Seojin dan mengajaknya makan malam terlebih dahulu.

Mereka duduk di meja yang kosong dan menunggu pelayan datang kearah mereka. Seojin hanya menatap Taehyung aneh.

"Kita makan malam terlebih dahulu, lalu nanti aku akan memakanmu setelah ini"

Memakanku?

Benar-benar pria gila, ia terus menyumpahi lelaki di hadapannya ini. Saat pelayan datang Taehyung langsung memesan makan mahal sedangkan Seojin ia kebingungan, bukan karena nama makanananya namun ia bingung siapa yang akan membayarnya, ia tidak membawa dompet.dan ia berpikir kenapa harus repot-repot berpikir, pria ini kan kaya, pasti ia yang akan membayarnya.

Ia selalu positif thingking, karena itu adalah kelebihannya.

Setelah memesannya makanan tak lama kemudian di hidangkan dan mereka makan dalam diam lagi-lagi Seojin terseret pada kenangan masa lalu yang selalu menghantuinya itu, dan ia terseret kembali oleh perkataan Taehyung yang membuatnya kembali ke alam sadarnya.

"Kau yang membayarnya!!" ucap Taehyung yang sedang memotong steak yang ia pesan.

"Mwo, kenapa aku?"

"Karena kau melepaskan ciuman panasku"

"Baiklah, aku bisa membayarnya, tapi kali ini aku tidak bisa karena kau dompetku tertinggal bahkan ponselku juga.Dan itu akibatmu" jawabnya dengan menggebu.

Taehyung menghentikan gerakan garpu dan pisaunya lalu menatap Seojin tajam. "Kau menyalahkanku?"

Taehyung berkata tajam, karena ia tidak menyukai dengan jika ada orang yang menyalahinya, karena ia adalah orang yang paling sempurna tanpa kesalahan sedikitpun.

"Iya, aku menyalahkanmu. Ini semua akibatmu, akibatmuuu..... aku ingin pulang!!" Taehyung memanggil pelayan dan meminta bill lalu ia membayarnya dan menarik paksa Seojin walaupun ia tak menyentuh makanannya sama sekali. Taehyung membuka pintu samping kemudi untuk Seojin, bukan seperti yang dilakukan Jungkook atau Jimin yang memperlakukannya seorang putri, Taehyung malah mendorongnya untuk masuk dengan paksa. Ia membawa mobilnya dengan kecepatan yang tinggi dan Seojin hanya memegang erat seatbelt dan memandang mobil lain yang berhasil di lewati oleh Taehyung karena begitu cepat di jalankannya.

Mereka sampai dengan cepat di apartemen Seojin dan ia langsung keluar tanpa terimakasih ataupun permintaan maafnya atas perkataannya tadi, karena ia tidak merasa bersalah ia tidak mengucapkannya dan hanya berjalan memasuki lift dan di ikuti oleh Taehyung, Seojin hanya diam tak ingin mengangkat bicara karena percuma saja jika ia mengucapkan satu kata ia hanya akan memaki pria ini dan ia lelah untuk memakinya ia membutuhkan istirahat penuh karena semalam ia mendengarkan ceramah panjang Namjoon lalu ia ingin istirahat dan malah di bawa kabur oleh Taehyung dan berkeliling kota Daegu hingga malam seperti ini, ia lelah benar-benar lelah, jika bisa ia ingin pergi jauh bertemu dengan neneknya yang sudah tenang di surga. Namun ia sadar takdirnya bukan disini dan masa depannya masih panjang dan masa depan sedang menunggunya untuk bahagia.

Ya, ia ingin sekali bahagia seperti dahulu, selalu bahagia tanpa penyesalan dan juga tanpa ada air mata di setiap malam.

Ia membuka apartemennya dan Taehyung tetap mengikutinya, ia menemukan paper bag di atas meja makan dan membukanya, ia hanya menemukan dompet dan ponsel miliknya yang tertinggal di hotel, dan pasti banyak yang mencarinya dan hanya menemukan barangnya saja.

Ia menghidupkan ponselnya dan terdapat notifikasi yang begitu banyak. Panggilan yang tak terjawab hampir menembus seratus kali panggilan dan pesan line yang tak kalah dari panggilan  yang begitu banyak. Itu pasti Namjoon yang melakukannya karena begitu mencemaskan Seojin.

Ia hanya membuka salah satu pesan yang paling atas yaitu pesan dari Jungkook.

From: J.Jungkook

Seojin eodiseo?

10:30 AM

Ya, dimana kau sekarang?

11:00 AM

Kim Seojin, kau sudah tua untuk acara kabur-kabur hanya karena mendengarkan ceramah Namjoon, hyung.

12:50 PM

Noona, pulanglah. Namjoon hyung sudah menggila di hotelku dan ia mengancam seua karyawanku.

13:00 PM

Noona.. aku akan memanggilmu seperti kemauanmu, hanya ada satu syarat, kau harus pulang!!!

13:20 PM

Kau tidak datang untuk bekerja?

15:00 PM

Kau benar-benar marah? Jangan lakukan hal yang membahayakanmu, kami menyayangimu, Noona.

15:00 PM

Pulang lah....... 

15:01 PM

Noona, balaslah pesanku saat kau sudah membuka ponselmu saat kau pulang. Aku sudah memberimu izin untuk menenangkan pikiranmu. Kau harus membalas pesanku. Jika kau sudah benar-benar memegang ponselmu.

Aku menemukan ponselmu dan dompet di kamar hotel dan Nayeong yang mengatakan bahwa kau memesannya, lalu aku menitipkannya kepada Namjoon hyung untuk memberikannya kepadamu.

Dia begitu mengkhawarirkanmu..

17:15 PM

To: J.Jungkook

Gomawo Jungkook, geuligo hangsang mianhae

(*Terimakasih Jungkook, dan maaf selalu merepotkanmu)

22:30 PM

Ia pun mengirim pesan kepada Namjoon.

To: Namjoon Oppa

Oppa, mianhae. Jeongmal mianhae. Good Night jangan khawatirkan aku, aku tidak memikirkan untuk bunuh diri lagi sejak saat itu, jadi jangan khawatir. Aku akan datang ke hotel dan mendengarkanmu dengan telinga lebarku. :')

22:35 PM

Ia mematikan ponselnya kembali dan menghampiri kamarnya namun ia sudah di dahului oleh tamu yang tidak memiliki sopan santun tinggal di apartemennya tanpa meminta izin dan sekarang sedang tertidur di ranjang miliknya.

Namjoon saja yang sering menginap di tempat tinggalnya pun tidak pernah tidur di kamar miliknya dan ini orang asing yang gila, brengsek, arogan dan psikopat dengan enaknya tidur di kamarnya, rasanya ia ingin menyeretnya dengan paksa dan meleparkanya dari lantai 7 tempatnya tinggal.

Ia membuang nafasnya kasar. Ia harus tenang menghadapi pria macam Taehyung. "Kenapa kau di kamarku?"

Tenang, bukan Seojin yang harus tenang, namun Taehyung tidak menjawabnya.

Ketenangan Seojin habis. "YA, MIN TAEHYUNG. Pulanglah ini sudah malam, aku lelah!!" teriaknya

"Aku pun lelah, aku tidak ingin pulang, tenagaku habis karena seharian ini mengajakmu keliling Daegu, biarkan aku tidur di rumahmu"

"Ya sadarlah. Bukan aku yang memintanya. Kau yang menculikku dari hotel, kau tahu semalaman aku tak bisa tidur karena mendengarkan oppaku dan kau mengetahui semuanya yang terjadi di club. aku ingin istirahat, pergilah. Atau tidak pindah ke kamar sebelah"

"Aku tidak peduli kau dengan oppamu itu, yang jelas aku ingin tidur disini" ucapnya yang membalikkan badannya ke arah kanan membelakangi Seojin yang sedang mencak pinggang.

"Pindah kekamar sebelah, Teahyung!" perintah Seojin.

"Aku tidak ingin disana, terlalu menyengat bau pria."

Kesabaran Seojin benar-benar terkuras hari ini meladeni ucapan Taehyung.

"Heh, kau juga pria, bodoh!"

Taehyung diam dan membalikan badannya mengadap Seojin.

"Untung tidak ada pria lain yang menginap disini" gumam Seojin yang bermaksud kepada Namjoon yang akan membawa Jungkook atau Jimin atau Seokjin untuk menginap disini.

"Ternyata kau suka membawa pria ketempatmu, akan lebih seru jika pria itu ada disini dan kita bisa kolaborasi,"ucapnya yang meremehkan Seojin seperti seorang jalang.

Seojin menahan amarahnya dan pergi dari kamarnya menuju kamar sebelah dan tak lupa ia menguncinya untuk jaga-jaga kepada pria itu yang takutnya saat ia bangun nanti sudah tidak memakai sehelai benangpun dan sedang berduaan di ranjang bersama pria psikopat, brengsek itu.

**** 

Jangan lupa Vote Commentnya yaaa....

ini dia si pria brengsek, psikopat dan gila :'(

keliatan banget brengseknya, tapi gantenggggnya minta di cium :') 

wkwkwkwk.. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top