열한 (Eleven)
Di scane Yoongi dan Seojin pake lagu diatas yaa.... sensasinya kerasa banget..
Selamat membaca.... haengboghan dogseo :*
***
"Oppa...." Panggil Seojin
Mereka berhenti di lampu merah. "Jangan berbicara, aku sedang kesal"
Seojin langsung terdiam, ia hanya bisa menitikkan air matanya.
"Jangan menangis, aku merasa seperti bukan seorang kakak bagimu" Namjoon melirik Seojin yang sedang menatapnya.
"Aku tidak bisa melindungimu...." lanjutnya dengan lirih.
"Kau....selalu....melindungiku, hanya... akunya...saja yang terlalu nakal"
"Kau memang nakal, apalagi semenjak mengenali pria pendek yang mirip terigu itu!" Namjoon terkekeh setelah mengatai temannya sendiri.
Seojin tersenyum dan memukul pundak Namjoon yang sedang mengemudi. "Kau masih saja mengatainya pendek"
"Itu fakta, kau sering bertemu dengannya bukan? Jika dia tidak bertambah tinggi, setelah masuk militer"
"Ia sudah militer?" Namjoon mengangguk.
"Setelah putus denganmu, ia mendapatkan panggilan. Dan setahun kemudian aku yang mendapatkannya"
"Aku ingat, saat kau mendapatkan panggilan kau menangis dan mogok makan." mereka pun tertawa lebih tepatnya menertawakan perlakuan Namjoon yang seperti anak kecil.
"Oppa, kau membeli apa untukku?"tanya Seojin yang menagih oleh-oleh dari Indonesia.
"Oleh-oleh maksud mu?"
"Eung...." Seojin mengangguk dengan antusias. (*Ya,( informal))
"Aku membelikan mu baju"jawabnya dengan enteng.
Seojin membuang nafasnya dengan lelah, "Baju yang bertulis I LOVE BALI!"tebak Seojin. Namjoon mengangguk mantap.
"Oppa, kau selalu membelikanku baju yang seperti itu, I Love USA, I Love Japan, I Love London, I Love Namjoon." Ucap Seojin lelah.
Namjoon tertawa puas hingga menampilkan lesung pipitnya yang jarang ia tampakkan.
"Apa ada yang lain yang kau beli?"
"Ada...."
"Sendal?" tebak Seojin lagi.
"Kenapa kau selalu mengetahuinya"
"Karena kau selalu membelinya, oppa........" rengek Seojin yang mengerakkan pundaknya.
"Aku bingung memilih barang yang cocok untukmu, karena aku sering membelikanmu barang. Jadi aku tidak tahu harus membeli apalagi"
"Ya sudah, aku akan memakai barang yang kau beli itu"
"Tentu saja kau harus memakainya, jika bisa saat kau bekerja dan berjalan-jalan keluar setiap hari"
"Oppaaaa............."
***
Mereka sudah berada di Ilsan kelahiran sang kakak, Namjoon. Karena saat Seojin lahir mereka sudah pindah Ke Seoul. Mobil Namjoon membawa mereka ke perkarangan rumah yang begitu asri dengan banyak tumbuhan yang begitu indah.
Rumah nenek dan kakeknya yang begitu ia rindukan. Saat mobil Namjoon sudah berhenti, Seojin dengan cepat keluar dan berhamburan memeluk sang nenek yang sedang menunggu kedatangan cucu-cucunya. Namjoon sudah memberitahu sang nenek bahwa mereka datang hari ini.
"Halmeonieeee......" Seojin merentangkan tangannya dan memeluk sang nenek dengan begitu erat hingga nenek nya terbatuk-batuk.
Jika sudah bertemu dengan keluarganya, ia tidak mengingat umurnya yang sudah berumur dua puluh tujuh tahun, ia selalu merasa jika umurnya masih delapan belas tahun.
Namjoon menarik baju Seojin untuk melepaskan pelukan yang akan membuat neneknya sesak nafas dengan kasar. "Kau membuatnya terbatuk, bodoh"
Pletak..
Nenek memukul lengan Namjoon keras. "Cucu nakal" nenek terus menerus memukul Namjoon.
"Halmeonie.."Rengeknya.
"Jangan merengek kepadaku, itu tidak akan mempan"
Seojin menertawakan kakaknya yang selalu kalah, ia merangkul neneknya untuk pergi kedalam bersama.
"Yang bersalah jelas dia, yang kena getahnya yang tidak bersalah. Hidup kadang tidak adil" gerutunya yang selalu seperti itu jika membawa Seojin bersamanya, jika ia tidak ada, nenek selalu menanyakannya.
"Joon kemana? Apa dia sibuk? Halmeonie punya barang baru dan belum di rusak olehnya. Halmeonie rindu memarahinya"
Tidak habis pikir kenapa neneknya selalu ingin memarahinya dan memintanya merusak barang, saat ia merusak tanpa sengaja pasti ia tidak akan pernah berhenti mendengarkan cerita panjang asal usul barang yang ia beli dan berapa yang harus ia keluarkan.
Sudah seperti dirinya saat memarahi Seojin. Ternyata pepatah yang mengatakan bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya, itu benar.
"Joon-ah, jangan terus menggerutu. Cepat masuk, halmeonie memasak banyak makanan"
Mereka tidak banyak menghabiskan waktu bersama nenek dan menunggu kakeknya yang pulang dari pikniknya itu, mereka harus melakukan hal yang lain, bukan mereka sih tapi Namjoon yang memaksa untuk membawa Seojin ketempat yang lain. Karena pergi kerumah neneknya bukanlah tempat utama yang akan ia tunjukan.
"Halmeonie, aku akan datang lagi dan menginap disini sepuasnya, jalgayo halmeonie..."
"Diamlah disini, biar dia saja yang pergi sendiri, jangan bawa cucu perempuanku"
"Tidak bisa, aku harus membawa Seojin kesuatu tempat"
"Lain kali saja, kau kan sering bersamanya"
"Halmeonie..."rengeknya yang sudah hampir kalah dengan sang nenek.
"Dasar cucu lelaki, selalu saja membawa cucuku. Kau tidak tahu jika aku merindukan kalian"
"Maafkan kami, kami harus pergi. Lain kali, aku akan diam lebih lama disini dan merusak barangmu"
"Kau selalu berjanji dan akan selalu melupakan janjimu"
"Aku tidak akan melupakan janjiku."
"Ya sudah, cepat pergi sebelum aku menahan kalian lebih lama lagi, hati-hati dijalan. Dan kalian sudah berjanji akan menginap disini"
"Ne halmeonie, kami pergi. Jaga kesehatanmu jangan sering memarahi harabeoji, neh...." Seojin memeluk neneknya kembali.
Mereka pergi menuju taman bermain yang berada di Ilsan, mereka memasuki kawasan taman bermain dan Seojin melihat orang yang tak asing lagi baginya.
"Triple Jeeee......."Teriak Seojin dan berlari menghampiri orang yang mereka panggil, ada Jungkook, Jimin dan Jin.
Mereka bertiga tersenyum kearah gadis yang memanggil mereka, dan mereka sudah merencanakannya bersama Namjoon tadi pagi dan langsung mengambil libur bersama, karena direkturnya pun sudah menyetujuinya dan ikut bersama mereka, tak lain Direktur Jeon Jungkook.
"Kenapa kalian disini?"
"Tentu saja untuk bersenang-senang" Balas Jimin dengan nada sombongnya.
Seojin mengelos dan berjalan sendiri dengan riang ke arah toko permen dan membeli catton candy untuk dirinya sendiri.
"Hanya membeli satu?"Tanya Jimin yang menunggu di luar.
"Kenapa, kau mau?"
"Tentu saja..."
"Ya sudah, beli saja sendiri..." Seojin pergi lebih jauh dari mereka. "Kajja... kita naik rollercoaster" ajak Seojin.
Jimin seketika langsung parno saat mendengar ajakan Seojin yang tak tanggung-tanggung.
"Kajja...."mereka berucap bersama kecuali Jimin yang hanya diam saja.
"Jimin-ah, are you okay?" Tanya Seojin.
Jimin mengangguk pelan, "Hahahaha.... aku hanya bercada, kita pemanasan saja dulu, bagaimana?" Seojin ternyata memang sedang menjaili Jimin yang memang penakut itu.
"Ck, aku sudah mendambakan rollercoaster dan berteriak-teriak. Hyung, kenapa kau harus sepenakut begitu" gerutu Jungkook yang tidak terima.
"Sudahlah, Kook-ie. Kita beri dia kesempatan satu kali untuk menaiki bianglala lalu dia harus mengikuti kita kemana-saja"
"Itu nggak adil, hyung."rengek Jimin kepada Seokjin yang memberi solusi namun tidak berarti bagi Jimin.
"Ya sudah kau bersenang-senang sendiri saja...." Seojin sudah lelah mendengar rengekan Jimin.
Mereka pun menghampiri bianglala dan mengantri karena banyak sekali pasangan yang datang kearah sana.
Saat mengantri Seokjin yang merasa bosan karena menunggu antrean, ia pun melontarkan pertanyaan kepada Seojin.
"Jin-ah.," panggil Seokjin yang berada di belakang Seojin.
Seojin hanya bergumam saja. "Seojin, kenapa nama kita hampir sama?"
"Karena nama kita pasaran" Jawab Seojin ketus.
Ia tahu jika Seokjin sedang kesal dan melontarkan lelucon atau gombalan yang menurutnya tidak bermutu sama sekali.
"Seharusnya kau jawab tidak tahu, aku sedang ingin menggombal mu, bodoh" Kesal Seokjin.
"Ya... kenapa kau mengataiku bodoh"Seojin tidak terima dikatai bodoh oleh orang lain, cukup Namjoon seorang saja tidak ada yang lain.
"Kau tersingung?" balas Seokjin dengan angkuh.
Dan terjadilah adu mulut diantara keduanya hingga mereka didalam bianglala. Seokjin kadang mengeluarkan sikap menyebalkannya, seperti sekarang. Seojin hanya mendiaminya selama berada di bianglala bahkan mereka sedang berada di atas.
"Aku hanya bercanda, kau tidak bodoh, kok" Seokjin pun memeluk Seojin dari samping karena tempatnya di sisi Seojin.
"Jika kau tidak berbicara juga, aku akan melemparmu kebawah!" Sikap menyebalkan Seokjin kembali.
Seojin menatap Seokjin tajam, 'Hehehe... aku tidak serius" Seokjin nyengir.
Semua yang berada disana tertawa jika orang yang paling tua kalah dengan seorang wanita. Setelah selesai dengan bianglala, mereka langsung menuju keantrean rollercoaster.
"Sebentar..." Jungkook menghentikan langkahnya.
"Bukankah itu Hoseok hyung?" Tunjuknya pada orang yang sedang berbaris di tempat kuda-kudaan khusus anak-anak.
"HOSEOK HYUNG....."Teriak Jimin dengan melengking, yang dipanggil pun dengan cepat melirik ke arah suara.
"Omo.... kenapa kalian disini?"Tanyanya yang sudah berada di hadapan Jimin dkk.
"Ingin bersenang-senang..." balas Namjoon.
"Anak ilang ya?" tanyanya pada Seojin yang hanya diam di belakang Namjoon.
Mereka tertawa terutama Jimin yang paling puas menertawakannya. "Dia adikku.." Namjoon mengatakan setelah perutnya keram akibat tertawa.
Hoseok membulatkan mulutnya. "Cantiknya, kenalkan aku Hoseok, dan mereka memanggilku Hobie" ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Seojin imnida" Seojin menerima uluran tersebut.
Mereka pun bersenang-senang bersama hingga malam hari, Seojin juga mempunyai teman baru Jung Hoseok yang tidak ia ketahui bahwa Hoseok spesies dengan Taehyung dan Yoongi –dimasa lalu– yang suka bermain dengan wanita.
***
Seminggu sudah berlalu, Taehyung sudah kembali dengan selamat, membawa Yeontan masuk ke apartemen yang sekarang serasa menjadi miliknya. Semenjak kejadian seminggu kebelakang, Seojin tidak banyak berbicara begitupun sebaliknya. Mereka berdua saling bisu dan hanya berbicara jika dalam keadaan mendesak saja.
Hari sudah malam, dan diapartemen hanya berisikan Yeontan dan pengasuhnya yang sedang tertidur dengan nyenyak hingga ia merasa tidak ingin bangun dari mimpi indah nya ini.
Kring...kring.. kring...
Ponsel Seojin terus berdering menandakan seseorang sedang memanggilnya, ia terus mengumpat kepada orang yang tidak tahu diri menelponnya dijam satu malam.
Ia dengan cepat mengangkat panggilan dan tidak melihat siapa yang menelponnya terlebih dahulu.
"Yoboseyo...."Sapa Seojin dengan suara seraknya dan mata yang masih tertutup.
"Dengan saya sendiri...Mwo? Daegu?.... ah, biarkan saja dia disana... apa? Dia ingin di jemput?.... ah, katakan saja, aku tidak bisa.... dia memaksa ku?.... baiklah aku akan kesana... Ne, gomabseunida..." ia membuang nafasnya dengan kasar dan mengumpat.
Taehyung sudah mengganggu tidurnya, dan ia sedang mabuk di Daegu, kenapa tidak di Amerika saja sekalian.
Ia terus mengerutu dan akan tidur kembali, namun lagi-lagi panggilan dengan nama yang sama datang kembali dan kali ini yang berbicara Taehyung langsung bukan bartender lagi.
"Cepat datang kemari!!" perintahnya dengan tegas, dalam keadaan mabuk suaranya semakin berat dan terdengar begitu menekan seorang Seojin.
Kenapa tidak memanggil supir atau menginap di hotel atau tidur saja di jalanan jika darurat.
Seojin terus mengerutu dan pergi mengambil mantelnya dan keluar untuk membawa mobilnya menuju Daegu untuk menjemput orang mabuk.
Sekarang sudah menunjukkan pukul dua pagi, ia memasuki club yang sudah dikatakan bartender saat memanggilnya tadi. Ia menajamkan matanya dan melihat Taehyung yang sedang mabuk berat dan bergelantungan seperti monyet di tubuh wanita.
"Jika sedang seperti ini, kenapa memintaku untuk menjemputmu, brengsek. Membuang-buang waktuku saja" gerutunya.
Ia ingin berbalik meninggalkan Taehyung yang sedang menjadi monyet itu. Namun, matanya malah mendapati pria yang tak asing lagi baginya, ia memakai topi untuk menutup wajahnya dan sedang.....mabuk.
Bahkan ia hanya diam saja saat banyak wanita malam yang sedang menggodanya, bahkan ia tak segan-segan memarahi wanita yang memegang wajahnya.
Seojin hanya memperhatikannya dari jarak yang lumayan jauh. Karena ia sedang menimang-nimang sesuatu yang berada dipikirannya.
Dasar pemabuk. Pikir Seojin.
"Seojin terus memperhatikan pria tersebut. "Tak pernah berubah, bahkan kau menjadi lebih gila dariku" gumam Seojin pelan.
Ia mencoba mendekati Yoongi yang sedang mabuk di depan bar, mungkin Yoongi tidak akan ingat bahwa ia bertemu dengan Seojin disini, itu lah yang selalu menganggu pikirannya, antara mendekat atau menjauh.
Namun hati dan pikirannya berkata lain, bahwa ia harus mendekati orang yang begitu ia rindukan ini.
Ia mengambil posisi disisi Yoongi saat para wanita sudah tak ada yang berani mendekati Yoongi. Ia memegang pundak Yoongi, ia tetap sama memarahi siapapun yang memegang tubuhnya dan juga ia tidak melihat siapa yang sedang ia marahi sekarang.
"Sudah ku katakan bitch, jangan sentuh tubuh ku" ia menghempaskan tangan Seojin dengan kasar, Seojin tidak menyerah, ia tetap menyentuh pundak Yoongi dan tidak mengatakan sepatah katapun dan ia terus saja di bentak dan umpatan demi umpatan keluar dari mulut manis Yoongi yang sedang mabuk.
Ia begitu merindukan pria ini, biarlah cara ia melepaskan rasa rindunya dengan cara yang aneh, di marahi seperti ini tidak membuatnya sakit, yang membuatnya sakit jika Yoongi peduli kepada dirinya, walaupun hanya dengan kejadian saat di hotel.
Yang ia katakan memang kasar namun perlakuannya keterbalik'kan dari yang ia katakan. Yoongi semakin kesal dan melirik kesamping, lalu ia terdiam saat tangan itu menyentuh wajahnya.
Ya, Seojin menyentuh wajah Yoongi dengan senyum getirnya.
"Bogosipda" bisik Seojin, Yoongi bisa mendengarnya denga jelas, walaupun suara musik disini begitu kencang.
Yoongi merasa jika dirinya benar-benar sudah mabuk berat, hingga ia melihat Seojin yang sedang mengusap wajahnya dengan lembut.
Biarlah, jika ini hanya sebuah ilusi yang ia buat, biarkanlah seperti ini. Ia ingin menghilangkan rasa rindunya yang begitu mendalam.
Ia mendekatkan wajahnya dan mencium kening, hidung, kedua mata Seojin dan bibirnya. Ia menciumnya dengan begitu lembut seperti tidak ingin menyia-nyiakan mahluk yang begitu lembut ini.
Semua yang ia rasakan masih sama, dari rasa cintanya dan juga bibir Seojin yang masih mengeluarkan rasa manis walaupun kali ini sedikit terasa asin, karena Seojin menangis dalam ciumannya. Ia juga mengalungkan tangannya di leher Yoongi dan ia memengang tengkuk Seojin untuk memperdalam ciumannya, tidak ada penolakan sama sekali dari Seojin.
Ia melepaskan ciumannya. "Don't cry, dear....." ia mengusap airmata Seojin dengan ibu jarinya. "Saranghae...." ia tersenyum begitu manis dan Seojin benar-benar tidak bisa menahan airmatanya lagi.
Ia tidak ingin seperti ini, terbawa hanyut dengan perkataan yang dilontarkan Yoongi kepadanya, hatinya lemah untuk menerima semuanya, ia tidak tahan lagi, ia ingin kembali namun ia tidak bisa karena ia tidak ingin terluka dengan orang yang sama.
Yoongi terus tersenyum seolah ia tidak mabuk sama sekali, ia mencium kening Seojin kembali. "Saranghae...." bisiknya lagi.
"Hyung...hyung...." panggil seseorang.
Yoongi membuka matanya dan yang ia rasakan ini hanya sebuah mimpi dan Seojin hanya ilusi yang diciptakannya karena begitu merindukan sesosok Seojin.
"Hyung, kau menangis?!" ia dengan cepat menghapus airmata yang berada dipipinya, dan ia merasa jika ini bukan dari matanya.
Lalu siapa yang bersamanya tadi?
***
Halooooo... update cepetkan...
dua hari doang loh, yuk ah votenya jangan lupa..
bagian Seojin sama Yoongi lebih kerasa kalau kamu sambil dengerin lagu Spring Day coba deh sensasinya kaya musim panas yang lagi turun salju..
sudah hati sedang sendiri lalu kedinginan bhahaha perumpamaan yang aneh wkwkwk
Kakak beradik nih...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top