열네 (Fourteen)

Curhat yoookkkk. :') 

*** 

"Huft.... kau benar-benar melakukannya Tuan Min!!!" ujar Seojin dengan kesal, kepada Taehyung yang meminta dirinya untuk menjemput majikan yang sedang mabuk di Busan.

"Ya! " Seojin teriak di sebelah pria gila yang dengan enaknya tertidur dengan nyenyak dan lagi-lagi sudah menganggu tidurnya.

"Berhenti menyusahkan ku bodoh!!!" cecar Seojin

"Aku memiliki kehidupanku sendiri, bukan mengurus kehidupanmu. Sudah berapa kali aku katakan, AKU LELAH TAEHYUNG" Seojin mencak pinggang dan mengatur nafasnya dengan benar.

Percuma saja marah-marah jika yang sedang dimarahi hanya tidur dengan enaknya di sofa,

"Kau memang ingin melihatku mati?!" ucap Seojin merendah.

Taehyung membuka matanya perlahan. "Kau boleh saja mati, asal jangan di hadapanku!!" balas Taehyung yang menatap Seojin datar.

"Apa kau tahu? Kau itu menyebalkan?!"

"Aku mengetahuinya...." jawabnya dengan kembali menutup matanya yang terasa berat.

"Aku mohon.....lepaskan aku..."Pinta Seojin dengan putus asa.

Taehyung diam sejenak, dan bergerak mengubah posisi tidurnya. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu!!"

"Kau egois!!" Seojin pun pergi meninggalkan Taehyung yang diam mencerna perkataan Seojin dengan wajah kosongnya.

Tak lama kemudian, Seojin keluar dari kamarnya dengan menggunakan setelan olahraga, ia ingin mengontrol pikirannya dengan cara berolahraga.

Ia pun berolahraga dengan membawa Yeontan yang sudah ia ikat lehernya. Ia berlari dengan tak menentu arah dan hanya pasrah kemana kakinya yang membawanya pergi.

"Ya.... tunggu aku!!!!" Teriak Taehyung dari jauh.

Ia masih dalam keadaan mabuk dan berlari dengan sempoyongan, dan ia berlari begitu pelan menurut Seojin, tapi menurut Taehyung ia sudah berlari dengan sangat kencang dan menggunakan seluruh kekuatannya. Bahkan Tazmania saja kalah dengan lariannya kali ini..

Dasar orang mabuk....

****

"Cepat bawa anakku!!" perintah Taehyung tak ada bantahan.

Tapi Seojin tetaplah Seojin yang akan membantah setiap perkataan Taehyung. "Dia anakmu, seharusnya kau yang membawa!!" protes Seojin

"Kau kan pengasuhnya, jadi kau yang bawa. Cepat! Kita akan take off lima belas menit lagi"

Seojin-pun pasrah dan membawa Yeontan lalu mengikuti langkah Taehyung yang lebih cepat. Mereka akan pergi ke London, bukan mereka, tapi Taehyung yang memiliki acara disana. Tapi ia ingin membawa Seojin dengan paksaan yang sangat sangat memaksa.

Dan ini adalah kali pertama Seojin pergi keluar negeri setelah lima tahun yang lalu dengan Min Yoongi. Ia membuang nafas lelah.

Selama perjalanan Seojin hanya diam memandang hamparan awan yang begitu indah dan membuatnya ingin tidur di awan tersebut seperti kartun Doraemon yang sering ia tonton saat ia kecil. Dan Taehyung menjadi banyak berbicara bukan kepadanya tapi kepada Min Yeontan anak kesayangannya.

Sesampainya di London, mereka langsung pergi menuju hotel tempat mereka menginap selama berada disini. Seojin merasa ketakutan namun ia bisa bertahan selama ini.

Mereka memasuki lobi dan bertanya kepada resepsionis di sana dan menujukkan kamar yang sudah di pesan oleh Direktur utama Min Yoongi sebelumnya, karena ini memang perjalanan bisnis direktur utama namun karena jadwal yang ia miliki berubah ketika petinggi dari Jepang memintanya untuk datang ke Jepang, dengan terpaksa ia memberinya kepada Taehyung.

Mereka sudah berada di depan kamar. "Kenapa hanya memesan satu kamar saja?" Protes Seojin di depan pintu.

"Bukan aku yang memesan tapi direktur utama, aku hanya menggantikan tugasnya saja"

"Ya sudah, pesan saja lagi satu kamar?!"

"Aku lebih nyaman disini..."jawab Taehyung yang berjalan kearah ranjang.

Dan terjadilah perang dunia ke lima karena ucapan Taehyung itu.

"Pesankan saja untukku!" Paksa Seojin.

"Aku lelah, lebih baik istirahat saja, kita hanya berada disini selama tiga hari tiga malam. Jangan membuang-buang uangku"

Seojin-pun menggerutu di belakang Taehyung yang sudah masuk kedalam kamar terkutuk itu.

Ia akan tidur bersama manusia gila itu? Satu ranjang dengannya?

Memikirkannya saja sudah membuatnya ingin mencekik Taehyung, ia takut Taehyung akan melakukan hal keji terhadapnya.

Seperti yang dilakukannya dengan wanita lain.

Ia tidak sanggup.

Ia tidak kuat.

Ia tidak bisa.

Dan intinya ia tidak ingin melakukan perbuatan keji itu jika bukan dengan pria yang ia cintai dan mencintainya.

Taehyung sudah merebahkan tubuhnya di kasur dan membiarkan Seojin merapihkan barang bawaan mereka. Ia sudah merasa seperti sedang berbulan madu, bukan sedang menemani pria gila itu untuk berbisnis.

"Tidurlah, nanti malam kita mengahadiri acara di hotel ini" Perintah Taehyung yang menutup matanya dengan tangan kirinya. Dan tangan satunya ia gunakan untuk bantalan kepalanya.

Seojin mendekati kasur dan sedikit menurunkan harga dirinya untuk tidur di samping pria gila ini, namun bukan menurunkan saja, harga dirinya di jatuhkan oleh Taehyung dengan cepat.

"Kau tidur di sofa!" ucap Taehyung yang tidak membuka matanya sama sekali.

Seojin mengepal kedua tangannya dengan kuat dan meninju angin, sebenarnya ia ingin meninju Taehyung langsung, namun ia sadar kekuatannya akan kalah dengan seorang pria, mungkin saja saat ia meninju Taehyung, ia malah merasa seperti sedang di gelitiki dengan tinjuan Seojin, kan tidak lucu.

Seojin menidurkan dirinya di sofa setelah mengambil bantal yang sedang di pakai Taehyung dengan sengaja ia tarik dan membuat Taehyung terus saja mendumel, memaki, menggerutu karena tidurnya terganggu.

Seojin seakan tuli mendengar semuanya yang keluar dari mulut sexy Taehyung dan menikmati tidurnya yang hanya disofa saja.

Ia harus bersyukur setidaknya ia sudah membuat Taehyung mendumel sendirian seperti yang sering ia lakukan saat mendapati Taehyung mabuk.

"Pria tidak tahu diri..." ucap Seojin dalam hati dan tersenyum meremehkan.

***

"Min Yeontan kemarilah.."Panggil Taehyung yang berada di balkon yang sedang menunggu perempuan yang menghabiskan waktunya dan memperlambat waktunya hanya untuk keperluan seorang wanita saat sudah bertemu dengan make-up

Seojin mendadak menjadi sekretaris dan translater untuk Taehyung yang memang payah dalam berbahasa luar. Ia hanya bisa menggunakan bahasa alien, itu juga ia yang mengatakannya sendiri. "Preketek...preketek.....preketek.... agjkoxmwoiqtinmlisnaln...." Jelas Taehyung yang memaksa Seojin tadi sore.

"Orang gila" gerutu Seojin yang sedang megaplikasikan lipstik di bibirnya, lipstik yang diberi Taehyung dari sini, tapi yang membelinya orang suruhan Taehyung, dan ia hanya mengeluarkan uang saja untuk membeli keperluan Seojin disini.

Setelah selesai dengan dandanannya ia melihat dirinya di depan cermin yang menampilkan wanita cantik dan sexy. Maaf bukan sexy yang dipikirkan kalian, tapi sexy yang.... seperti itulah pokoknya, berbeda dari sexy nya orang yang berada di club malam.

Taehyung masuk kembali dan melihat Seojin yang sudah siap. "Kajja sekretaris Min" Taehyung mengeluarkan senyumannya yang mematikan.

Seojin diam saja. "Ya! Cepat! Kita akan terlambat!!" teriak Taehyung padahal Seojin berada di hadapannya.

Seojin memejamkan matanya saat Taehyung berteriak di depannya untung saja hujan tak ikut turun bersama saat Taehyung berteriak dan riasannya masih terselamatkan.

"Ya! Jangan berteriak diwajahku, bodoh!!" balas Seojin dengan berteriak.

"Kau juga berteriak di wajahku:" ujar Taehyung yang memasukkan tangannya di saku celananya.

"Berarti kita impas" balas Seojin dan pergi dari hadapan Taehyung.

"Cepat! Kita akan terlambat!" ucap Seojin yang sudah berada didepan pintu.

Mereka pun pergi bersama ke ballroom, Seojin benar-benar berguna bagi Taehyung. Ia mengartikan bahasa inggris kepada Taehyung yang hanya menjawab dengan bahasa korea. Ia akan menjadi kambing hitam jika Taehyung bertemu koleganya yang sama-sama dari korea atau perempuan yang mengajaknya berbicara, ia akan menjadi lancar berbahasa inggris dan ia mengatakan kepada Seojin jika itu adalah naluri yang mengalir begitu saja di dalam dirinya.

"Cih, bilang saja malas berbicara dengan sesama jenis dan orangtua" gumam Seojin dari belakang.

Seojin memang sedari tadi diam di belakang Taehyung yang keasikan dengan kolega perempuan, ingin rasanya Seojin membawa pisau dari dapur dan memotong leher Taehyung itu. Sesaat ia berpikir, kenapa dirinya seperti psikopat jika sedang bersama Taehyung. Ternyata Taehyung berdampak buruk terhadap dirinya.

Siapapun yang bersedia dengan Taehyung tolong datang kepada Seojin dan menyeret paksa Taehyung saja supaya ia bisa jauh-jauh dari diri Seojin yang malang ini.

Seojin menghela nafas lelah. Lalu ia menepuk bahu Taehyung tiga kali. "Maaf tuan, bukankah kau harus berbicara dengan yang lain??" bisik Seojin dari belakang.

Taehyung melirik sekilas kebelakang. "Sorry, saya harus mengajak pacar saya yang sedang kesal" bisik Taehyung kepada perempuan yang membuatnya lupa waktu itu.

"Kajja..." ajak Taehyung yang berjalan terlebih dahulu dan membawa mereka keluar dari sana.

"Kenapa kita keluar?" Tanya Seojin yang masih mengikuti Taehyung dari belakang.

"Aku ingin minum" balas Taehyung yang masih memimpin jalan tanpa menoleh sama sekali kearah Seojin yang berada di belakang.

Seojin menghentikan langkahnya. "Kemarin kau mabuk berat?!" ucap Seojin dengan suara yang sedikit dikeraskan.

Taehyung berhenti dan menghadap Seojin yang berada jauh di belakangnya. "Aku tidak bisa hidup jika tidak minum!"

"Apa kau tidak kasihan pada dirimu sendiri?" mereka masih terus berbicara dengan jarak jauh dan suara yang sama kencang.

Taehyung maju kearah Seojin. "Untuk apa aku mengasihani diriku ini?!" Ucap Taehyung yang menatap mata Seojin dalam.

Seojin dapat melihat bahwa Taehyung memang memiliki masalah yang begitu berat.

"Ayahku hanya menginginkan ku menjadi direktur Utama setelah kakak ku menjadi Ceo dan ia hanya menekan dan memerintah anak-anaknya tanpa mengetahui apa yang diinginkan kami. Ia tuli untuk mendengar keluhan kami, ia hanya mementingkan diri sendiri dan perusahaannya. Bahkan kakak ku merelakan wanitanya demi keinginan ayah kami yang gila itu...... dan aku menjadi seperti ini akibatnya, kakak ku tertekan dan aku menjadi lebih gila dari yang dipikirkan." Ucap Taehyung dengan mata yang memancarkan kemarahan dan juga kesedihan yang begitu mendalam secara bersamaan.

Taehyung hanya menginginkan kehidupannya yang tak diatur bagai boneka ayahnya. Hanya itu yang diinginkannya.

Seojin diam. "Lupakan apa yang sudah kau dengar, anggap aku tak mengatakannya sama sekali" Taehyung membalik tubuhnya dan berjalan meninggalkan Seojin.

"Aku...." teriak Seojin dan membuat Taehyung berhenti dan memunggungi Seojin.

"Tidak bisa merasakan apa yang kau rasakan, tapi aku tahu kau kesal dan marah karena di perlakukan seperti itu" Taehyung masih diam dan Seojin masih setia di tempatnya dan berteriak untung saja orang sini tak mengerti bahasa korea yang sedang mereka gunakan.

"Tapi jika kau merusak tubuhmu, kakak mu tidak bisa berbuat apapun. Karena orang yang membuatnya kuat adalah kau. Dan kau adalah kakak mu. Kalian harus saling menguatkan, bukankah kalian ingin keluar dari jalur ayahmu?" Lanjut Seojin.

Seojin berjalan menghampiri Taehyung dan saat sudah berada di samping Taehyung. Ia tersenyum dengan begitu manis dan tulus, senyuman yang tidak pernah ia tunjukan kepada orang lain selain Eun Ha, Nam Gil, Nam Joon, Jung Kook, Jimin, Seok Jin, dan juga Yoon Gi.

"Kajja kita minum.."Ajak Seojin dengan senang hati.

Taehyung melirik Seojin aneh, pertama; ia menghawatirkan Taehyung yang sering minum dan yang kedua; sekarang ia mengajaknya minum.

Dasar wanita aneh......

"Aku juga ingin minum"balas Seojin yang mengetahui tatapan Taehyung kali ini.

***

Taehyung sudah menghabiskan empat gelas kecil dan Seojin baru saja dua gelas, mereka hanya diam semenjak mereka saling memberi nasihat.

"Aku sering melihatmu meminum obat..." ujar Taehyung yang sedang mengisi gelas kelimanya.

Seojin terkekeh pelan."Kau tidak akan menyangka jika aku memberitahu obat apa itu..."ucap Seojin pelan.

Taehyung melirik Seojin dan ia hanya memainkan bibir gelas dengan telunjuknya. "Aku memiliki trauma di masalalu dan membuatku harus meminum obat itu"

Taehyung terkejut. "Kau memiliki depresi?"

Seojin mengangguk pelan. "Apa karena orangtua mu atau karena keluargamu yang lain?" Tanya Taehyung.

Seojin menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Aniya... mereka begitu memperhatikanku dan selalu menjagaku, bahkan mereka membebaskan diriku untuk memilih apa yang aku sukai selama ini" jelas Seojin dan ia teringat bahwa orang yang berada di sampingnya itu keterbalikan dari yang ia rasakan selama ini.

"Ah mian... aku tidak bermaksud menyinggungmu.."

"Gwenchana, lalu jika bukan keluargamu, siapa yang membuatmu seperti ini?"

Entah kenapa malam ini mereka seperti teman lama yang saling bercerita satu sama lain.

"Orang yang telah meninggalkanku...."balasnya dan ia meneguk gelas ketiganya.

"Apa dia meninggal?"

"Ani, jika dia meninggal aku tidak akan terus seperti ini, dan karena dia masih hidup dan juga aku sering melihatnya jadilah aku yang seperti ini" ia tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.

"Apa dia kekasihmu?"

"Eung.... dia mencampakkan ku, dia....meninggalkanku, dan dia membatalkan pernikahan kami lima tahun yang lalu. Ia pergi selama tiga tahun dan kembali lagi, tapi kita tak saling sapa saat bertemu, dia seperti tidak mengenalku. Dan kami sering bertemu dan tak saling menyapa, menyedihkan.."

Entah arwah mana yang merasuki tubuh Taehyung yang sekarang sedang mengusap lembut kepala Seojin.

Seojin menunduk dengan tangan Taehyung yang masih mengusap kepala Seojin. "Dia tidak memberi alasan apapun saat meninggalkan ku" ia pun menangis dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Taehyung melepaskan jasnya yang masih melekat di tubuhnya dan memakaikannya di tubuh Seojin. Ia menggulung lengan kemejanya hingga batas sikut dan kembali minum. Ia membiarkan Seojin menyelesaikan tangisannya.

"Mungkin dia memiliki alasan, namun ia tidak ingin melukaimu dengan alasan yang ia punya. Seperti kakakku, dia juga akan menikah lima tahun yang lalu dan karena perintah ayahku yang gila, membuatnya harus menghentikan pernikahannya. Ayah memberi dua pilihan; menjadi Ceo dan membatalkan pernikahan atau menikah dan tidak pernah di anggap anaknya lagi..

"ia bisa saja mengambil opsi kedua tapi karena ia tidak ingin membuatku sama terpuruknya dengannya, jadi ia memilih opsi pertama yaitu menjadi Ceo dan membatalkan pernikahannya. Dan ia mengatakan kepadaku, setelah mendapatkan semua ia akan mengusahakan kembali cintanya dan mewujudkan apa yang telah di rencanakan oleh mereka"

Seojin hanya diam menyimak cerita Taehyung yang sungguh menyedihkan kenapa cerita kakaknya hampir mirip dengan kisah hidupnya, atau jangan-jangan Taehyung seorang pendongen yang bisa dengan mudahnya berhayal hanya untuk menghibur Seojin saja.

Ia melirik Taehyung. "Pasti ia sangat menyayangi kekasihnya itu?!"

"Sangat. Sampai sekarang ia masih sangat menyayangi dan bahkan begitu mencintainya. Tapi ia sudah mulai putus asa untuk kembali mendekatinya"

"Kenapa?"

"Mungkin karena ia sudah meninggalkan luka dalam dan takut akan penolakan dan memulai kembali seperti semula, mungkin itu sangat sulit untuk menjalin kembali jika mereka sudah pernah terluka"

"Menyedihkan sekali kakakmu itu..." ucap Seojin yang prihatin.

"Kau pun tak kalah menyedihkan dari kakak ku"

"Ah, benar. Karena kami memiliki kisah yang sama, boleh juga kalau kau kenalkan kepadaku, supaya kita bisa saling menyembuhkan"

"Orang gila! Kau ingin mengambil posisi kekasih kakakku? Ckck, dasar rubah betina"

Seojin tidak menanggapi dan kembali minum hingga mereka sudah sama-sama mabuk dengan menghabiskan masing-masing lima botol minuman berakohol berkadar rendah. Mereka sudah tak mampu untuk pulang ke hotel hingga mereka memesan satu kamar yang berada di club ini dan mereka tidur berdua di dalam ruangan ini.

Seojin terbangun dan mendapati jika ia sedang memeluk seorang mahluk hidup yang sudah bertelanjang dada dan menutupi setengah badannya dan juga badan Seojin yang tertutup hingga leher.

Ia sadar siapa yang sedang ia peluk dan mendorong dengan keras tubuh Taehyung.

"Andweeeeeeeeee....." 

**** 

Yeeee gimana curhatan ala Taehyung ?

apa harus pake kode dulu? 

Curhat dong TAE,,,, 

ah akhir-akhir ini mood aku lagi jelek jadi maafkeun yaa kalau nggak ngfeel :'( 

aku syedih mbak mas adek kakak enyak babeh emak abah... :'( 

butuh penyemangat. 

Dan aku cukup terhibur dengan dia :') 

yaa ampun humorku ancur banget :'( 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top