열 다섯 (Fifteen)
pemanasan sebelum baca, tarik nafas ... keluarkan... tarik nafas lagi ... keluarkan lagi ... hadeuh mass kenapa wajahmu begitu menggoda imanku, kita kan teman...
Happy reading chingu :*
****
Seojin terbangun dari tidurnya dan langsung berhadapan dengan dada bidang seorang pria yang membuat tidurnya nyenyak bahkan ia sempat-sempatnya mencari tempat yang membuatnya lebih nyaman di dada pria ini.
Ia tersadar bahwa yang sedang ia peluk itu, Taehyung. Ia dengan cepat membesarkan matanya dan melihat tubuhnya yang tertutup oleh selimut hingga leher, sedangkan Taehyung hanya sebatas pingangnya.
Ia terus mengingat apa yang terjadi diantara mereka saat malam kemarin. Mereka minum hingga mabuk, lalu .. memesan kamar dan ... dan ... ia tidak mengingatnya lagi.
Dengan cepat ia mendorong tubuh Taehyung menjauh, ia lalu berteriak dengan kencang membuat si pelaku pembuat keji itu terbangun dan marah-marah tak jelas.
"Bisakah kau diam! Aku sangat mengantuk dan aku lelah menanganimu semalam!"perintah Taehyung dengan suara beratnya.
Menangani?
Apa maksud pria mesum ini? Menangani apa maksudnya?
Taehyung tidak memakai baju dan ia bukan anak kecil lagi yang tidak mengerti apa yang terjadi dengan wanita dan pria yang mabuk dan tidur sekamar seperti mereka ini.
Ia terus saja mengeratkan selimut karena takut dengan kenyataan yang ia pikirkan dari otak liarnya.
"Aku tidak melakukannya, berhenti bersikap seperti seorang gadis" Seojin tidak melepaskan tatapannya yang menyalang kearah Taehyung yang tidur dengan menghadapnya itu.
"Berhentilah menatapku dengan tatapan membunuhmu itu, aku benar-benar tidak melakukannya, karena terlalu sibuk mengurus wanita gila yang mabuk" sindirnya dan membuat Seojin berpikir apa ia berbuat aneh dengan pria yang mengatainya gila ini?
Ah, molla molla, ia tidak akan memusingkannya lagi.
Ia mengintip tubuhnya yang tertutupi selimut itu dan ia menghela nafas lega. Ia masih di balut dengan pakaian yang kemarin walaupun sudah tidak serapi kemarin. Ia bangkit dan menjauh dari Taehyung yang masih meringkuk di atas kasur.
"Cepat bangun! Kau memiliki jadwal yang lain hari ini" Seojin mengingatkan Taehyung yang masih asik itu.
Ia mencuci wajahnya dan saat kembali ia melihat Taehyung tetap dengan posisi awalnya. Ia memunguti kemeja dan celana bahan Taehyung yang berserakan dimana-mana sudah seperti sampah.
Jika di pikir-pikir mereka seperti sudah melakukan hal yang iya iya di sini.
Sebentar ... ini celana Taehyung, lalu ... Taehyung tidur? Molla molla memikirkan Taehyung sudah seperti wanita jalang.
Ia melempar kemeja dan celana Taehyung kewajah tampannya itu dengan sedikit tenaga. "Cepat pakai!!"
Taehyung yang masih mengantuk pun hanya mendumel saja dan menuruti Seojin untuk memakai pakaiannya, setelah rapi dan sudah segar dari sebelumnya, ia menghampiri Seojin dan menatap leher Seojin dengan senyum miringnya dan berjalan lebih dulu. "Ternyata karyaku indah juga saat berada di lehermu" kekehnya.
Seojin dengan cepat mengambil ponselnya dan berkaca melalui layar ponselnya, ia melebarkan matanya seperti ingin keluar dari tempatnya. Benar-benar berengsek. Apa ini yang di maksud menangani?
Jadi ... apa dia benar-benar melakukannya?
"TAEHYUNGGGGGG....." teriak Seojin dengan kencang dan berlari mengejar pria itu dan menghajarnya hingga tak tersisa tulang sedikit pun.
Tapi nyatanya itu hanya sebuah omongan saja, Seojin mana berani melakukan hal seperti itu, ia hanya menghampiri Taehyung dengan tangan yang setia menempel di leher kanan dan kirinya yang terdapat tanda merah ke ungu-unguan bahkan seperti ia habis babak belur.
Mereka pergi dari sana dan berjalan menuju hotel tempat penginapan mereka yang mereka tinggali. "Jangan kau tutupi, itu adalah karyaku yang paling indah" Taehyung terkekeh melihat kelakuan Seojin yang seperti perawan itu.
Kau tidak tahu saja Taehyung, Seojin memang seorang gadis perawan dan hanya Yoongi saja yang pernah membuat tanda seperti ini, tapi ia menandainya di tempat yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, di belakang leher Seojin bukan seperti buatan Taehyung yang katanya paling indah itu.
Cih indah apanya, semuanya sama tidak ada yang berbentuk prisma ataupun layang-layang kan, jadi kenapa ia harus bangga? Apa ia tidak pernah mendapatkan penghargaan hingga ia bangga dengan karyanya yang sama dengan karya orang lain.
Sudah seperti plagiat saja.
"Ini leher Taehyung ..., bukan kertas yang seenaknya digambar olehmu, bodoh." Ucap Seojin kesal.
Taehyung hanya tertawa, "Tapi bagiku, lehermu itu sama seperti buku gambar yang enak untukku lukis."
"Jangan bilang kau banyak menciptakan karya anehmu itu?!" Seojin parno dan segera berlari ke kamar dan memasuki kamar mandi, tak lupa juga ia menguncinya, takut-takut si pencipta aneh itu masuk dengan seenak jidat lebarnya.
Ia dengan cepat membuka pakaiannya dan melebarkan matanya lebih dari yang ia lakukan saat mengetahui jika ia tidur dengan Taehyung.
"TAEHYUNGGGGGGG........"teriaknya dengan lebih kencang.
Taehyung tertawa puas dengan di temani Yeontan yang sama-sama sedang merebahkan dirinya. "Kau pasti bangga dengan karya-karyaku itu"gumam Taehyung.
***
"Seojin ... disini...." panggil Jungkook kepada Seojin yang baru saja masuk cafe.
Seojin mengambil tempat di sebelah Seokjin, "Kemana saja kau akhir-akhir ini?" Tanya Jimin yang juga berada di meja yang sama.
"Kau pergi bersama si berengsek atau dia mengganggumu lagi? Sampai kau mengungsi ditempat lain?" timpal Jungkook.
Seojin tetap tenang dan hanya menyeruput ice americano yang sudah dipesan oleh Jungkook sebelum dirinya datang.
"Seojin, dia mem...."
"Diam! Jangan mengungkitnya, aku sedang ingin mencekik seseorang sekarang?!" potong Seojin yang meragakan kedua tangannya yang seperti mencekik, membuat ketiganya bergidik ngeri membayangkan jika itu mereka.
"Jadi, kenapa kau jarang masuk kerja? Apa kau sibuk mengurusi hotel milikmu juga?" tanya Seokjin dengan lembut namun terkesan takut karena menatap wajah datar Seojin.
"Aku mempunyai pekerjaan lain."
"Kau kerja paruh waktu?" tanya Jimin cepat.
"Kau kan kaya. Apa kau bangkrut?" kali ini Jungkook yang bertanya.
Dan keduanya mendapatkan tatapan tajam dari Seojin. Keduanya hanya menampilkan gigi mereka yang siap di cabut oleh Seojin.
"Aku menjadi sekretaris, translater dan juga pengasuh anjing" ia masih dengan menyeruput minumannya.
"Mwo?! Pengasuh?"
"Ckckck ... baby sister"
"Oppa, apa aku boleh mencekik seseorang?"tanyanya pada Seokjin yang hanya diam karena takut.
Seokjin menggaruk dagunya yang berlagak sedang berpikir. "Lebih baik, kau membunuhnya saja sekalian" Seokjin menatap Seojin dengan senyum manisnya.
"Baiklah, aku akan melakukannya!" lalu Seojin menatap dua pria yang berada di hadapannya.
"Hyung!!!" protes keduanya.
Tidak ada yang mendengarkan dua curut itu, bahkan Seojin memesan roti dan meminjam pisaunya sekalian, dan membuat mereka semakin parno dengan aksi anarkis Seojin.
Pesanan Seojin tak lama datang. Seojin benar-benar seperti seorang psikopat. Ia membersihkan pisaunya dengan tisu berulang kali dengan pergerakan pelan keatas dan kebawah. Dengan penuh perasaan, bahkan matanya melirik Jungkook dan Jimin yang hanya memasang wajah memelasnya.
"Seojin-ah mianhae..." ucap Jungkook yang menggosok-gosok'kan tangannya seperti meminta ampun dan kakinya bergetar dengan hebat di bawah.
Jimin tak jauh berbeda dengan keadaan Jungkook, bahkan Jimin banyak mengeluarkan keringat dinginnya. Seojin tertawa menyeramkan dan membuat mereka bergedik ngeri tak luput juga dengan Seokjin yang salah mengatakan kepada Seojin. Ia kira Seojin hanya bercanda tapi nyatanya Seojin benar-benar melakukannya. Ia bahkan berpikir ia tidak akan sering berbicara atau menjawab pertannyaan Seojin yang akan membuat jantungnya copot seperti ini
"Seojin-ah saranghae, kami mencitaimu, jangan melakukan itu, Neh ... Kau anak cantik, manis dan kebanggaan kami semua. Jadi, lepaskan pisaumu, ya. Ini makan... " Puji Jimin dan mengambil potongan roti menuju bibir Seojin.
Seojin menerimanya. "Anak pintar" ucap Jimin yang mengusap pipi Seojin dengan ibu jarinya.
"Simpan yaaa..."Jungkook-pun melakukan hal yang sama hingga roti Seojin sudah habis dengan suapan Jimin dan Jungkook secara begantian.
Seojin masih tetap sama yaitu membersihkan pisaunya. Lalu menatap keduanya tajam, mereka ketakutan kembali.
Seojin terus saja menahan tawanya, ia memang sedang ingin bercanda dengan Jimin dan Jungkook dan nyatanya kebercandaannya membuat mereka ketakutan. Ia pun tak bisa menahannya lagi hingga tawanya pecah dan membuat pengunjung melihat kearah mereka karena tawa Seojin yang tidak mencerminkan sebagai seorang wanita.
"Ha ha ha, seharusnya aku merekam kalian, wajah kalian itu menggemaskan." ucap Seojin yang masih aja tertawa.
Jimin-Jungkook haya menatap Seojin datar. Pertama; ia sudah tertipu karena Seojin tidak akan bisa melakukan hal seperti ini kepada orang lain, mereka ingat tapi mereka lupa di waktu bersamaan. Dan yang kedua; mereka malu, karena tawa Seojin yang kencang dan tak tahu malu sambil memukul meja berulang kali.
Ingin rasanya mereka pindah tempat dan mengatakan bahkan Seojin bukan teman mereka tapi nyatanya lagi jika mereka lakukan itu bisa saja Seojin benar-benar akan melakukannya, apalagi ia akan membawa sekutunya yaitu Namjoon yang sama-sama akan melakukan hal yang lebih parah dari Seojin ini. Seojin membawa pisau bisa saja Namjoon membawa samurai dan melakukan seperti Seojin yang hanya membersihkannya saja.
"Aku merekam mereka...." ujar Seokjin, walaupun ia ketakutan tapi ia tidak ingin melewatkan wajah keduanya yang memang jarang sekali di tunjukkan jika bukan dengan Seojin.
"Jinjja?" Seokjin mengangguk. "Daebak, ini untuk senjata kita oppa" mereka berdua tertawa di atas penderitaan Jungkook dan Jimin bahkan keduanya harus ekstra menahan rasa malu karena tawa Seokjin dan Seojin menjadi dua kali lebih kencang dari sebelumnya.
"Tidak lucu!!" tegas Jimin, yang tidak bisa menghentikan tawa kedua manusia itu.
"Hehe mianhae," Seojin mengambil tangan Jimin dan menggenggamnya bakan ia beraegyo di hadapan Jimin supaya memaafkannya, karena iman dan keyakinan Jimin lemah, ia pun tersenyum kepada Seojin dan la dengan cepat memafaatkan Seojin dan melakukan aegyo berdua tak lupa juga dengan Seokjin yang merekamnya, dan akan ia kirim kepada Namjoon yang melihat adiknya baik-baik saja.
"Cih, menyebalkan" gerutu Jungkook yang berada di sebelah Jimin dan melihat adegan langsung antara bawahannya dan juga sahabatnya.
Seojin hanya mendiamkan Jungkook, tidak melakukan permintaan maafnya seperti yang di lakukannya kepada Jimin. Jungkook sebenarnya iri. karena ia malu, jadi seperti ini menggerutu setiap saat hingga mereka berempat pergi dari sana karena sudah terlalu lama. '
Jungkook masih tetap sama menggerutu di samping Seojin yang tertinggal di belakang, karena Seokjin dan Jimin sedang asik berbicara hingga lupa dengan dua mahluk lagi.
"Dasar gadis ular ...,"
"Cih, menyebalkan sekali gadis pendek itu ...,"
"Untung saja ia temanku, jika bukan sudah habis dia ...."
Jungkok menggerutu di setiap jalan dan dengan jelas Seojin mendengarnya secara live.
Seojin langsung menempelkan dirinya di samping Jungkook dan memeluknya bahkan ia seperti berada di ketiak Jungkook dan terus berjalan, Jungkoook tersenyum kecil. "hehe.. mianhae, aku tau ini keterlaluan" ucap Seojin
Jungkook tetap diam dan senyum kecilnya tak terlihat sama sekali malah terlihat seperti sedang meremehkan Seojin.
Seojin terus saja menatap wajah sejuk Jungkok dan terus berjalan dengan posisi seperti ini, Jungkook memalingkan wajahnya karena mempertahankan raut wajahnya yang sedang kesal.
"Kau memakai sabun apa? Ketiakmu sangat wangi..." goda Seojin dengan mengendus-ngendus ketiak Jungkook.
Jungkook melepaskan Seojin yang terus saja menempel itu. "Byuntae kau gadis kecil."
Seojin kembali menempelkan badannya dan memeluk Jungkook kembali. "Hey ... aku tahu. Kau, Jimin dan Namjoon suka menonton yang seperti itu bukan?"
Jungkook menghentikan langkahnya dan menatap Seojin yang masih setia berada di ketiaknya.
"Aku mendengar jeritan kalian waktu meginap di apartemenku, itu sudah lama entah kapan aku lupa." Jelas Seojin dengan polos yang membuat Jungkook malu karena kertangkap basah, pipinya pun memerah.
"Uwooo.. ternyata kelinciku sudah besar ya..." ucap Seojin yang menampilkan Senyum killernya.
"Tentu saja, kau yang tidak menambah tinggi dan juga membesar" Seojin melotot dan melepaskan tangannya yang masih memeluk Jungkook.
Ia menendang pantat Jungkook keras "Ya, Kau!!!"
Jungkook dengan cepat berlari dan melewati Jimin dan Seokjin yang awalnya berada di depan.
"Ya! Jeon Jungkook jangan lari?" teriak Seojin yang ikut mengejar Jungkook karena sudah terlatih seperti rapmon (anjing putih besarnya di rumah) untuk berlari ia pun dengan cepat mengejar Jungkook dan membiarkan Jimin dan Seokjin yang kebingungan.
***
"Jungkook-ah ..." Panggil Seojin.
"Emm" Jungkook pergi kedapur dan mengambil dua air mineral di pendingin.
Sekarang mereka berada di apartemen Jungkook karena Seojin tidak mungkin membawa Jungkook keapartemennya yang sudah dihuni oleh mahluk lain.
Walaupun Jungkook sudah memaksa untuk di apartemen Seojin, Seojin tidak kehabisan akal untuk menjauhkan Jungkook dari penghuni apartemennya. Dan dengan alasan tidak masuk akalnya, Jungkook malah menyetujuinya untuk di apartemen miliknya saja.
"Sejak kapan kau menyukaiku?" tanya Seojin yang penasaran dengan yang akan di katakan Jungkook.
Ia sudah merasa ada pembatas di dalam diri Jungkook secara tidak langsung, entah apa yang membatasinya, yang jelas Jungkook tidak seperti yang ia kenal saat masa sekolah. Tapi sayangnya itu hanya ia katakan di dalam hatinya saja, karena ia juga takut saat ia sudah mengatakannya Jungkook akan semakin membatasi dirinya.
"Kenapa kau tidak memiliki pacar?" tanya Seojin.
Jungkook melirik Seojin yang berada di sebelahnya yang sedang duduk cantik di atas karpet merah. "Kenapa kau selalu bertanya tentang pacar dari dulu?"
"Jawab saja," ucap Seojin yang meminum air dengan tenang, Jungkook hanya memperhatikan Seojin yang terlihat seperti berbeda.
"Aku sudah mengatakannya beribu kali, aku sedang menunggu seseorang"
"Bukankah menunggu itu melelahkan?"
Jungkook menatap langit-langit apartemennya lalu kembali menatap Seojin. "memang melelahkan, tapi aku percaya, suatu saat nanti apa yang aku tunggu akan datang menghampiriku, bukankah keajaiban itu selalu ada?!"
Seojin mengangguk menyetujui perkataan Jungkook. "Aku memang sempat menyerah, namun seseorang yang aku tunggu menguatkanku untuk terus mempertahankannya, jadi ... kenapa kau bertanya itu kembali?" lanjut Jungkook yang menaikkan sebelah alisnya di akhir kalimatnya
"Hanya ingin tahu saja, kenapa temanku yang satu ini lebih menyukai masa menjomblonya"
"Ya, aku tidak Jomblo!" protes Jungkook.
"Terserah lah, yang jelas kau memang tidak laku saja"
"Jin-ah, apa kau ingat saat disekolah dulu?!" alih Jungkook supaya Seojin tidak bertanya yang aneh-aneh,
"Ingat apa?" tanyanya lagi dengan wajah yang berpikir.
"Ingat saat kau menolak kapten basket yang terkenal itu"
Seojin tertawa. "Kau mengingat itu?"
"Tentu saja, setiap aku berkumpul dengan teman-teman sekolah sampai sekarang pun mereka selalu mengingat moment itu, mereka terus mengatakan 'Seojin saat itu masih terlalu polos' aku hampir mati karena tertawa dengan perkataan mereka yang mengatakan kau polos" Jungkook kembali tertawa.
Seojin hanya menatap datar manusia bernama Jeon Jungkook. "Apa kau tahu, kau itu banyak penggemar saat di sekolah?!" ucap Jungkook yang sudah mereda.
"Aku tahu itu, karena karismaku tidak terkalahkan"ucap Seojin bangga.
Jungkook menoyor kepala Seojin "Aku pun tak kalah denganmu!!"
"Tentu saja, karena kau terciprat karismaku karena sering bersamaku kemana pun"
"Hello ... Kim Seojin yang paling cantik. Jangan salah, aku juga tampan bahkan aku memiliki julukan saat dulu, Mr. Perfect. Karena aku multitalent dan banyak wanita-wanita yang menghampiriku"
"Ya... ya... ya.... sampai lokermu penuh dengan sampah"
"Ya! Lokermu juga tak jauh berbeda denganku, bodoh"
"Lokerku penuh dengan bunga dan coklat. Dan kau hanya kertas-kertas saja. Haha...tidak ada yang bisa di makan "
Jungkook hanya diam memperhatikan Seojin yang tertawa, dan ia sudah berjanji ia akan menjaga tawa itu dan mempertahankan pemiliknya untuk selalu tertawa. Tertawa itu mudah namun saat tawa itu menghilang maka tawa akan menjadi terlalu sulit untuk di tunjukkan dan akan menjadi sangat berharga saat orang yang kau cintai dan kau sayangi memperlihatkan senyuman yang kau tunggu dan kau rindukan.
Jungkook memeluk Seojin tiba-tiba membuat sang empu yang sedang tertawa pun menghentikan tawanya.
"Tetaplah seperti ini, aku merindukan Seojin yang ini" bisik Jungkook membuat Seojin tersenyum dalam pelukan Jungkook dan membalasnya.
***
ulululu Mas kookie :') aku mau juga kaya Seojin :'(
kembaran aku ini :D
lagi ngapain mas??
terakhir penutupan :")
Jangan lupa Voteu comeneu juseyo.. :*
Saranghae..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top