십팔 (Eighteen)

Apa yang dikatakan Seojin benar adanya, setelah kepergian Eun Ha dan Nam Gil mereka yang berada diruangan Seojin melakukan pesta dengan memakan makanan enak dan juga berisik, yang lebih parahnya mereka tak menawari Seojin sama sekali dan hanya mengejek Seojin yang tidak boleh memakan makanan dari luar.

Malam telah tiba dan karena obat yang di minum Seojin sudah bereaksi yaitu membuat sang empu mengantuk dan tertidur. Meninggalkan empat manusia aneh yang sedang mencari tempat untuk mereka tidur.

Seokjin mengambil alih sofa seutuhnya untuk ia tiduri, Namjoon di karpet bersama Jimin yang sedang berebut selimut dan tak lama mereka juga ikut tertidur menyusul Seojin dan Seokjin yang lebih dulu memasuki dunia mimpinya. Hanya Jungkook yang masih terjaga.

Ia berdiri dan mendekati ranjang Seojin lalu duduk di sisi ranjang dan menatap Seojin dalam yang tertidur dengan begitu damai.

"Ini hal yang paling parah, kau mencoba membunuh dirimu lagi. Jangan lakukan hal seperti ini, aku terluka, sangat terluka" ucapnya dengan begitu tersiksa melihat sahabatnya seperti ini.

Jungkook mengenyampingkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Seojin. "Cepatlah sembuh, sweetheart" ia mencium kening Seojin lama dan tak menyadari jika ada sepasang mata yang melihat aksinya.

Siapa lagi jika bukan pawang singa yang tak sengaja melihat Jungkook mencium kening adiknya. Ia pun kembali tertidur dengan senyum yang tercetak jelas di wajahnya yang manis itu.

"Kau di cintai oleh banyak orang Seojin-ah" ucap Namjoon dalam hati.

***

Dua minggu sudah terlewati dari kepulangan Seojin dari rumah sakit yang menginap selama seminggu, dan seminggu lagi ia menginap di apartemen Seokjin yang dengan senang hati mengurus orang sakit seperti dirinya dengan tulus. Tak jarang juga menimbulkan kontroversi dari ketiga mahluk yang lain.

Mereka datang ke apartemen Seokjin hanya untuk marah tak jelas kepada Seokjin yang mendapatkan Seojin menginap di apartemennya bahkan Namjoon yang notabenya adalah kakaknya saja tidak mendapatkan kesempatan seperti Seokjin.

Seojin sudah berada di aprtemennya sendiri yang lebih bersih dan juga .... kosong. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru dan menemukan sebuah fakta bahwa selama ia tidak berada di sini, Taehyung juga tak tinggal disini.

Pintu apartemen pun terbuka dan menampilkan sesosok pria yang sedang ia pikirkan, tampilan Taehyung kali ini sangat ... berantakan, entahlah yang jelas kali ini penampilannya sangat mengenaskan seperti tidak pernah menganti pakaian atau tidak mandi selama dua minggu.

"Kau pulang ternyata" Taehyung melepaskan sepatunya dan berjalan melewati Seojin yang sedang memperhatikan Taehyung dengan kepala yang ia miringkan.

"Ada apa denganmu?" tanya Seojin yang sudah gatal untuk bertanya kepada Taehyung.

"Apa kau mengingat pria itu?" tanya Taehyung.

Seojin menatap Taehyung bingung, "apa maksudmu?"

"Kau pernah mengatakan, kau akan kambuh saat mengingatnya, bukan?" Taehyung mengambil minum dan duduk di sofa.

Seojin terdiam masih dalam posisi berdiri di dekat sofa. "Dari pada kau mengingatnya, lebih baik kau mengingatku. Mengingat pria tampan dan seksi ini"

Seojin dengan cepat memasang wajah datarnya dan pergi meninggalkan Taehyung yang sedang memuji dirinya sendiri. Seojin menyesal telah bertanya kepadanya.

"Seojin-ah"panggil Taehyung lembut, Seojin terdiam.

"Selain memikirkannya, apalagi yang kau hindari?" Seojin membuang nafasnya kasar dan meninggalkan Taehyung yang bertanya kepadanya.

Tak lama kemudian Seojin keluar kamar dan duduk di samping Taehyung, "apa yang ingin kau ketahui tentangku?" Seojin menatap Taehyung.

Taehyung melirik sekilas dan kembali fokus kepada ponselnya.

"Kau yang membawaku kerumah sakit kan?" tanya Seojin.

"Hmm"

"Apa kau terkejut melihatku seperti itu?" tanya Seojin dengan nada lirih.

Taehyung menghentikan gerakan ibu jarinya yang sedang senam di atas layar ponsel miliknya. "Biasa saja" jawabnya dan kembali menggerakan ibu jarinya yang sempat terhenti.

Seojin merasa kecewa, entah apa yang mendasarinya. Taehyung menyimpan ponselnya dan menatap Seojin untuk menjadi atensinya yang lebih berharga dibandingkan ponsel mahalnya itu.

"Jadi?"

"Apa!? Jadi apa?! Jangan berbicara aneh!!" omel Seojin.

Taehyung memutar bola matanya lelah. "jadi kau ingin bercerita bukan? Aku akan mendengarkannya, bahkan suara desahanmu saja aku mampu apalagi cerita panjangmu." goda Taehyung.

Seojin memukul Taehyung dengan bantal sofa. "bisa tidak, kau hilangkan pikiran dan mulut kotormu itu"

"Mulutku ini bersih, bahkan jika sudah menyapu bibirmu" benar-benar membuat Seojin darah tinggi berhadapan dengan pria macam Taehyung yang hanya satu di dunia, tidak ada yang menyerupainya.

"Apa yang kau hindari?"kali ini taehyung bertanya serius.

Seojin menatap Taehyung. "mengingatnya--,"

"Jangan mengingatnya, ingatlah aku" potong Taehyung cepat.

Seojin ingin mengingat Taehyung, namun tekanan darahnya akan semakin meninggi jika mengingat pria itu.

"Aku mengindari tempat yang pernah ku datangi dengannya, baik luar ataupun dalam negeri. Semua aku hindari, tapi sayangnya semua tempat tidak ada yang tidak pernah ku datangi, hal-hal manis dan semua hal. Aku menghindari semuanya."

"Hah.. hidupmu terlalu menyiksa"

"Benar, hidupku terlalu menyiksa dan monoton"

"Cah, seperti apa hal yang kau maksud itu?"

"Semua hal."

Taehyung mengeram kesal. "Iya, seperti apa?"

"Seperti..." ia berpikir sejenak, "tersenyum dan melakukan apapun yang berbau manis."

"Seperti ini!!" Taehyung pun tersenyum manis dan menggenggam kedua tangan Seojin lalu mencium punggung tangan wanita tersebut berulang kali.

Seojin terdiam, Taehyung melakukan hal yang sering dilakukan Yoongi kepadanya, ia dengan cepat melepaskan genggaman Taehyung karena nafasnya mulai memburu dengan cepat Taehyung mengambil obat dan memberikannya satu kepada Seojin. Ia memakannya dan kembali tenang.

"Kau harus terbiasa, dengan kau membiasakan diri mendapatkan perlakuan seperti tadi. Kau akan merasa jika itu bukanlah hal yang perlu kau hindari. Jika kau memiliki masalah, hadapilah masalah itu dan mengatakan bahwa kau mampu menyelesaikan masalah, bukan menghindar, yang akan membuatmu semakin terpuruk dan akan membuatmu semakin menderita. Jalani hidupmu kembali dan jangan melirik kebelakang yang akan membuatmu sakit. Lihatlah ke depan, masa depanmu dan kebahagiaan mu sedang menunggu mu." jelas Taehyung yang di akhiri dengan membuang nafasnya kasar.

Karena ini adalah kali pertama ia berkata panjang dan kali pertamanya juga memberi pencerahan kepada orang lain bukan menjadi orang yang selalu diberi pencerahan lagi.

Seojin terdiam mendengar apa yang di katakan Taehyung memang ada benarnya, bahwa ia seperti manusia pecundang yang tak berani melangkah lebih jauh.

"Kau benar, aku terlalu takut untuk melewati masalah itu" balas Seojin menunduk.

Taehyung mengangkat dagu Seojin dan menatapnya dalam. "Kau bukan takut, kau hanya bersugesti bahwa semua itu terasa sulit"

Setelahnya Taehyung mencium Seojin dengan sangat lembut dan lama, bahkan Seojin terbawa suasana, ia mengalungkan tangannya di leher Taehyung dan membiarkan Taehyung menciumnya.

Ini gila, karena kali ini ia menikmatinya dan Taehyung tersenyum di sela ciumannya.

"Ini adalah salah satu hal manis yang aku buktikan, dan akan ada hal manis lainnya untukmu, sayang" bisik Taehyung tepat di telinga Seojin dengan suara yang benar-benar berat.

***
Mimpi apa aku update jam seginii 😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top