스물 넷 (Twenty Four)
“Dimana Seojin?” tanya Nam Gil.
“Diapartemennya,” jawab Namjoon tenang supaya ayahnya tidak mencurigai yang telah terjadi pada Seojin.
“Sudah seminggu Seojin tidak kemari, apa terjadi sesuatu?” tanya Nam Gil penuh selidik.
“Molla, akhir-akhir ini dia sibuk dengan pekerjaannya di Hotel Jeon.”
“Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku Namjoon?”
Sebisa mungkin ia tidak terlihat gugup atau merasa terintimidasi oleh ayahnya sendiri. “Tidak, memangnya kenapa?”
“Aneh saja kau tidak mengetahui apa yang terjadi dengan adikmu,” Nam Gil menyeruput kopinya pelan.
Namjoon hanya tersenyum seadanya.
***
Sudah seminggu Seojin tidak keluar dari apartemennya bahkan Namjoon tidak bisa masuk, lock pintunya pun sudah diganti oleh Seojin. Ia ingin tenang namun semua orang merasa jika tenangnya Seojin membawa bahaya untuk dirinya sendiri.
Jungkook dan Jimin pun sengaja menyewa apartemen disebelah Seojin hanya untuk menjaga-jaga jika terjadi sesuatu pada Seojin. Bahkan mereka tak pernah melihat Seojin keluar sama sekali sejak mereka tinggal disana, mereka hanya mengetahui dari penjaga apartemen jika Seojin keluar saat tengah malam hanya untuk membeli bahan makanan.
“Apa tadi malam ia keluar?” tanya Namjoon
Jungkook mengenggeleng. “Sepertinya ia mengetahui jika kita berada disekitarnya.”
“Apa Taehyung baik-baik saja?” tanya Jimin.
“Seperti yang kau tau, ia kembali kedunianya lagi, mabuk-mabukan dan bermain dengan wanita. Bahkan sekarang ia sedang di Eropa hanya untuk mengejar minum dan wanita saja,” ucap Jin lelah.
“Hyung, aku takut terjadi sesuatu pada Yoongi hyung dan Taehyung,” ucap Jimin.
“Mereka sama seperti Seojin, mengeram diri mereka sendiri. Kita tidak bisa menghampiri mereka untuk saat ini, biarkan mereka menenangkan dirinya sendiri,”
Malam telah tiba, Seojin keluar dari apartemennya dengan menggunakan setelan olahraganya membuat Jimin yang sedang mengintaipun terkejut. “Malam-malam seperti ini ia olahraga,”gumam Jimin.
Jimin pun mengikuti Seojin dari jarak 5 meter karena takut jika Seojin mengetahui keberadaannya dan akan melakukan hal yang lebih parah dari mengurung diri sendiri.
Setelah lama Jimin mengintai Seojin yang sering melihat kebelakang karena ia merasa ada yang mengikutinya dan keesokan harinya Seojin tak lagi berolahraga karena takut ada yang mengikutinya kembali.
Namjoon yang mendengar Seojin tak keluar lagi pun membuatnya merasa marah dan kesal pada Jimin yang membuat Seojin takut.
Ia menghampiri apartemen Seojin, dan terus menerus memencet bel membuat Seojin semakin engan untuk membukanya.
"YA!!! Kim Seojin, buka pintunya. Aku ingin berbicara denganmu, jangan seperti ini terus. Keluarlah, eomma-appa menanyakanmu setiap hari, aku bingung harus selalu berbohong pada mereka jika kau baik-baik saja. Jika kau tidak membukanya juga aku akan mengatakan yang sebenarnya pada appa supaya kau tidak akan bisa tinggal di korea lagi selamanya, kau tau bukan jika appa tidak akan pernah bercanda dengan ucapannya,"
Seojin pun membuka pintunya sedikit dan menyuruh Namjoon untuk masuk tanpa ada orang lain yang mengikutinya.
"Tenang aku sendiri," Seojin pun memperbolehkan Namjoon masuk dan ia terkejut melihat isi apartemen Seojin yang berubah drastis.
Furniturnya sudah banyak yang diganti olehnya sendiri entah jam berapa ia membelinya dan tak ada yang mengetahui sama sekali jika Seojin membeli perlengkapan baru.
"Kenapa kau merubahnya?" tanya Namjoon dengan mendudukan dirinya disofa baru milik Seojin.
"Apa pantat mu bersih? Itu sofa belum aku coba!!" ucap Seojin kesal membuat Namjoon tersenyum ternyata adiknya tidak seburuk yang ia khawatirkan.
"Tentu saja bersih, tapi kenapa kau mengantinya?"
"Aku bosan dan aku menyuruh Eun Woo yang memilihnya," Seojin datang dengan membawa minuman kaleng dihadapan Namjoon.
"Kau berinteraksi dengan temanmu sedangkan dengan oppamu tidak sama sekali,"
"Aku memiliki alasan untuk tidak berinteraksi dengan dirimu oppa,"
"Apa yang membuat dirimu tidak ingin membalas pesan dan mengangkat teleponku?"
Seojin diam. "Aku tahu, apa karena aku berteman dengan mantan mu dan tidak memberitahumu sama sekali, apa itu yang kau sebut alasan?"
Seojin tetap diam. "Kau boleh marah atau kecewa padaku tapi jangan pada eomma dan appa. Mereka khawatir dengan dirimu yang tak memberinya kabar, mereka khawatir sesuatu terjadi lagi padamu."
"Maaf," isak Seojin.
Namjoon membuang nafasnya dan mendekati Seojin lalu memeluknya dengan erat. "Apapun yang terjadi, jangan membuat dirimu seperti ini. Kami menyayangimu, selalu seperti itu sejak lama. Kau keluar dari apartemen ya, apa lau tidak merindukan teman sepersengklekan mu? Jungkook, Jimin, Jin merindukanmu. Kau mau kan bertemu dengan mereka?"
Seojin mengangguk. "Aku akan berusaha membuang rasa takutku, tapi aku tak ingin bertemu dengan Taehyung dan Yoongi," pintanya dengan susah payah menyebut dua nama pria yang masuk list orang yang ia hindari.
"Mereka sama seperti mu, tidak keluar rumah sama sekali, kami saja tidak bisa mendatanginya."
Seojin mengangguk dalam pelukan Namjoon. "Oppa aku lapar," rengeknya.
"Aigooo, adik kecilku sudah tidak makan selama seminggu ya," godanya dengan mencubit pipi Seojin gemas.
"Aniyaa, terakhir aku makan sejam yang lalu, tapi aku bosan dengan makanan itu-itu saja," ucapnya lemah.
"Apa yang kau makan selama seminggu?"
"Nasi goreng, ramyeon dan makanan junk food saat aku keluar malam hari."
"Jangan pernah kau keluar dimalam hari jika kau sendirian, mengerti?"
"Ne arraseo, jadi apa oppa akan membeli makanan enak untukku?" tanyanya dengan menatap Namjoon penuh keimutan.
"Aigoo, jangan memasang wajah seperti itu, aku akan membelikannya untuk mu apa saja,"
"Apa saja?" Namjoon mengangguk senang.
"Aku ingin, makanan khas korea"
"Kau sedang merampok ku ternyata," Seojin tertawa dan ia memeluk kakaknya dan mencium pipi Namjoon.
"Oppa saranghaeee," ucapnya dengan suara yang ia buat lucu selucu mungkin.
***
Huaaa aku kembali dengan tidak manusiawi.
Sebenarnya aku lagi masa dimana aku kena writterblok dan aku harus melawannya. Aku juga lagi sibuk buat nyari univ dan masuk di univ negeri.
Doakan aku ya teman-teman 😘😘🙏
Maaf kalau banyak typo kalian bisa kasih tau aku. Jangan malu bertanya nanti kau sesat di jalan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top