세 (Three)

Sudah seminggu ia berada di hotel, setelah menghadiri peresmian hotel di Busan. Ia sudah tidak mendapatkan teror lagi dari dua hari kebelakang, ia sudah seperti buronan yang di telepon berkali-kali oleh Yoongi yang mengatakan bahwa Taehyung memiliki meeting bersamanya dan Taehyung hanya mengatakan;

"Urus saja olehmu."

Dan Yoongi benar-benar melakukannya, ia adalah penggila kerja setelah di tinggal oleh wanita. Walaupun jadwal miliknya penuh ia tetap melaksanakannya karena menurut dirinya memajukan perusahaan milik ayahnya itu adalah pekerjaan yang harus ia lakukan, sebab perusahaan itu akan jatuh ke tangannya cepat atau lambat.

Ia sedang berjalan di lobi hotel dan ia berpapasan dengan pria yang ia hindari yaitu Min SeoJoon --ayahnya.

Ia mematung. "Aboeji," panggilnya pelan.

Ia terkejut melihat ayahnya berada disini, menemukan tempat persembunyiannya.

"Rupanya kau bersembunyi disini!" ucapnya, ia menyuruh bawahannya pergi hanya dengan gerakan jari.

"Untuk apa kau kemari?"

"Aku, kemari? Tentu saja untuk melakukan hal yang berguna, bukan seperti mu yang menyimpan sandraan mu di kamar hotel," ucapnya dengan senyum licik.

Taehyung mengepal tangannya kuat yang berada di dalam saku jaket hingga kukunya merasa sakit.

"Selagi aku menemukan mu. Aku akan menagih janji mu yang akan membawa wanita ke hadapanku. Jika aku menunggumu, kau mungkin tak akan pernah membawanya dan bawa dia kemari sekarang!"

"Dia sedang bekerja," ucapnya asal, ia ingin Seojoon tidak memintanya sekarang ia belum mencari orang yang akan di gunakan pada kejadian yang tak terduga seperti ini.

Biasanya ia sudah menyimpannya namun karena ia terlalu santai ia melupakan sesuatu yaitu mencari cadangan wanita.

"Alasanmu saja!!"

Seorang resepsionis yang sedang melewati mereka dan tanpa berpikir panjang Taehyung menarik wanita itu ke sampingnya dan wanita itu terkejut setengah mati saat ia di tarik seperti seorang yang diculik. Ia akan melakukan akting dadakannya ini, untuk menipu ayahnya sendiri.

Taehyung memeluk pinggang resepsionis itu dengan posesif. Ia bingung dengan keadaan nya sekarang, ia melihat kearah tamu yang sedang memuluknya dan juga seseorang didepannya yang memasang wajah datar dan tegasnya.

"Mianhae, aku menganggumu, sayang," ucapnya lembut dengan mengecup pucuk kepala wanita yang berada di pelukannya ini.

Sayang???? Batin wanita itu, ia semakin tak mengerti dengan keadaan ini. Apa ini sebuah drama keluarga, ia melihat ke sekitar takutnya memang ada kamera yang sedang menyorotinya.

"Sayang, pria ini ayahku. Pura-puralah kau menjadi kekasih ku aku akan membayarmu nanti," pintanya dengan penuh penekanan walaupun ia sedang berbisik ke arah wanita ini.

Wanita ini menatapnya tak setuju, ia ingin protes namun bibirnya ditutup oleh bibir lagi supaya ia tak banyak bicara. Hingga membuat wanita itu diam beribu bahasa.

"Sayang, kau pasti terkejut. Aku belum pernah mengenalkan mu. Aboeji ini kekasihku..." ucapnya yang melihat name tag wanita ini.

"Seojin-ah dia aboejiku," lanjutnya dengan suara yang dibuat-buat oleh nya supaya Seojoon menyudahinya.

Seojoon hanya menatap Seojin dari atas hingga bawah, tidak ada yang menarik dari wanita ini, tapi Taehyung memilih wanita yang seperti ini.

"Kau menyewa jalang, huh? Ck, sudah ku katakan aku tak akan cepat percaya kepadamu. Dan aku sudah mengatakan bahwa aku tak ingin melihat jalang, apalagi dia menyamar sebagai resepsionis seperti ini, supaya aku percaya begitu saja denganmu?" ucap Seojoon yang merendahkan Seojin.

Ia tidak mengetahui jika Seojin benar-benar bekerja disini. Dan ia bukanlah jalang seperti yang dimaksud pria yang di hadapannya. Ia adalah wanita yang menjungjung tinggi kehormatan dan juga harga diri. Ia ingin menangis sekarang juga karena ia telah di lecehkan oleh orang lain. Bahkan untuk berkata pun ia tak bisa karena pria yang menariknya tidak memberinya waktu untuk berbicara.

"Kau di bayar berapa, oleh nya?" tanya Seojoon sambil menunjuk ke arah anaknya sendiri.

"Maaf tuan, ada kesalah pahaman yang terjadi di sini," ucap Seojin yang sudah tak tahan lagi karena ia terus menerus di lecehkan.

"Sudahlah aboeji jangan terus menerus mengatakannya jalang seperti itu, karena ia bukanlah wanita yang kau maksud itu," ucap Taehyung yang merasa jika dirinya sedang terancam jika wanita ini mengatakan yang sebenarnya karena Seojoon terus menerus mengatakan jalang pada wanita ini.

"Jalang tetaplah seorang jalang, Taehyung. Apa yang kau mau dari anak ku, uang?? Aku akan memberikan berapa pun yang kau inginkan, tinggal kau katakan berapa jumlah yang kau inginkan?"

Ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi, masa bodo dengan yang di ucapkan Jimin setiap kali Seojin kalut seperti ini.

"Orang sabar itu kuburannya lega, ditambah Wifi dan AC apalagi ada TV yang besar di sana."

Ia akan melanggar nya untuk hal ini. "Maaf tuan, saya bukan wanita yang haus akan harta dan haus akan hasrat seksual seperti yang kau maksud. Jadi ini adalah kesalah pahaman Tuan."

Seojoon tertawa menakutkan. "Ternyata seorang jalang bisa membela diri. Jadi apa yang salah disini?" ucap Seojoon menantang.

"Tuan, saya sudah bekerja disini 5 tahun dan saya bukan seorang jalang seperti yang kau maksud,  saya tidak seperti yang kau maksud itu Tuan," ucapnya yang tanpa sengaja menitikan air matanya.

"Untuk apa kau menangis, untuk membuat drama ini terlihat seperti nyata? Jalang tetaplah jalang, tidak akan pernah menghilang dari kata itu walaupun kau sudah bekerja untuk menutupi kalau kau adalah seorang jalang. Dan saya ingatkan Nona,  karena dia akan terus memperlakukan mu sebagai bonekanya yaitu sebagai pemuas nafsu, kau mengerti?"

"Jadi, apa kau di bayar besar oleh nya?" lanjutnya lagi. Membuat emosi Seojin meledak-ledak.

"STOPP! anda sudah merendahkan ku dan juga saya tidak tertarik dengan anak mu ini apalagi uang mu itu. Saya tegaskan sekali lagi saya bukanlah JALANG!" ucapnya adegan tegas lalu menunduk hormat lalu ia pergi dari hadapan kedua pria itu yang membuatnya ingin menangis dengan keras. Apalagi ia disamakan dengan wanita yang selalu berada di club, meminum wine saja jarang apalagi sampai tidur dengan berbagai pria seperti itu. Ia masih perawan, masa bodo dengan jaman yang sekarang bahwa seks adalah segalanya. Baginya itu tidak penting, ia hanya ingin suaminya kelak yang akan mendapatkan yang pertama bukanlah pria berhidung belang.

Ia tidak akan mempan dengan orang yang mengatakan bahwa ia adalah wanita kuno yang masih menyimpan hak semacam itu, namun itulah kenyataannya. Bahwa ia di didik oleh Nam Gil dan Eun Ha yang mementingkan kehormatan dari pada hidup bebas seperti itu, terkecuali Namjoon. Seojin tahu jika kakaknya itu selalu pergi club dan entah apa yang ia lakukan di sana selain minum.

****
Seojin pergi kearah ruangan Seokjin karena hanya ruang milik Seokjin lah yang membuatnya tenang, tidak seperti milik Jungkook yang terlalu glamour dan Jimin yang terlalu banyak barang .

Ia membuka ruangan Seokjin tanpa mengetuk dan membukanya dengan kencang membuat penghuninya terkejut karena pintu yang terbuka dengan kencang. Ia menangis di depan pintu lalu duduk dengan lemas dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tak merasa malu karena hanya ada Seokjin yang tak jauh dari hadapannya.

Lalu keluarlah orang lain dari kamar mandi dan juga yang sedang bermain game di komputer Seokjin. Seojin tak memperdulikan dua makluk yang tak jauh adalah Jimin dan Jungkook. Ia hanya ingin menangis untuk saat ini.

Ia mengingat kejadian lalu, saat ia sama di rendahkan oleh ayah dari mantannya, Yoongi. Dan tangisannya semakin menjadi untung saja ruangan ini kedap suara. Tidak ada yang mendengarnya selain orang yang berada di dalam.

Mereka bertiga saling tatap dan berjalan ingin menghampiri Seojin. Ia berteriak. "JANGAN MENDEKAT!"

Mereka dengan refleks mengangkat kedua tanganya pasrah dengan Seojin. "Menangislah, setelah kau selesai, kami akan mendengarkan mu," seru Seokjin.

Seojin menangis semakin kencang, "Jangan ... Dengarkan ... Aku ... M-menangis ... Hiks... Hiksss."

Mereka dengan cepat kembali ke aktivitas mereka, Jimin pergi masuk kamar mandi namun pintunya tak ia tutup karena memang ia sudah selesai dengan pekerjaan nya, Jungkook
Memakai earphone yang tak ia sambungkan dengan ponselnya, sedangkan Seokjin membuka kembali dokumennya lagi.

"Dasar brengsek. Hiks ... Hiks.... Sakit ... Appa, eomma, ... Sakit..." jeritnya dengan memukul dadanya kencang.

Seokjin menghampiri dengan berlari karena Seojin terus memukul dadanya. Pria itu mengambil tangan Seojin dan Seokjin memeluk Seojin dengan sayang.

"Kau boleh menangis, tapi tidak untuk memukul dirimu sendiri," ucapnya yang berusaha untuk menenangkan Seojin lalu ia mengajak Seojin untuk duduk di sofa karena sedari tadi ia duduk di lantai.

Tak lama Jungkook dan Jimin menghampiri mereka dan duduk di hadapan Seojin dan Seokjin. Seokjin masih dengan memeluk Seojin dan itu membuat Jimin ingin mengantikan posisi Seokjin. Setelah tenang, barulah ia menceritakan apa yang terjadi dari ia ditarik oleh tamu VVIP untuk mengikuti drama keluarga yang tidak diinginkannya.

Ia juga menceritakan jika dirinya di sebut sebagai wanita jalang dan haus uang. Ia menceritakan semua, ia tak melihat wajah orang yang mendengarkan ceritanya. Ia bercerita dengan wajah menunduk karena ia memang menghindari dari tatapan yang menurutnya menakutkan itu. Wajah ketiganya mengeras, mereka marah karena tak terima Seojin sebagai adik bagi Seokjin dan teman bagi Jungkook dan orang yang ia cintai bagi Jimin, di rendahkan seperti itu. Bahkan mereka juga tak berani mengajak Seojin pergi club jika tidak ada Namjoon di sana.

"Siapa dia?" tanya Jimin tegas, ia tak pernah seperti ini jika tidak ada hubungannya dengan Seojin.

"Aku tidak tahu, yang aku tahu dia tamu disini. Dia brengsek, kau jangan ikut mencari pria itu. Mungkin dramanya sudah selesai, jadi jangan di perpanjang lagi, oke?"

Jimin membuang nafasnya kasar. "Kau selalu seperti itu, menutupi masalah dari orang lain. Bahkan kami tak mengetahui mantan mu yang telah membuat mu depresi, dan sekarang kau akan menyembunyikan nya lagi?!"

Seojin menunduk kembali, "Mianhae, aku bukan tidak ingin memberitahu kalian, tapi dia bukanlah orang yang penting untuk aku beritahu siapa dia. Mianhae," ia menitikkan air matanya lagi.

"Sudahlah, kami tidak akan memaksamu untuk memberitahu siapa dia, asal kau melupakannya, kita akan senang. Karena dia, kau menjadi berbeda dari yang kami kenal. Jangan pernah menangis untuk hal seperti itu, tangisan mu begitu berharga untuk menangisi pria brengsek itu," ucap Seokjin dengan mengusap pucuk kepala  Seojin dengan sayang.

"Gomawoyo, suatu saat aku akan mengatakan semuanya, karena kalian selalu membantuku."

"Itu sudah tugas kami sebagai pria, Seojin-ah."

"Oppa, Jungkook, Jimin ... Aku...." ucapnya terpotong oleh Jimin.

"Yak! Kenapa kau langsung menyebut namaku, aku lebih tua darimu," protes Jimin.

"Kau tak pantas aku sebut oppa..." ucapnya terpotong kembali.

"Wae?"

"Aku belum menyelesaikan ucapanku, Jimmy...Karena wajah mu terlalu imut aku tidak bisa memanggilmu oppa"

Jimin sudah seperti diterbangkan ke awan mendengar perkataan Seojin. "Tetap kau yang paling imut, Jinie"panggilan yang paling jarang di pakai karena itu hanya panggilan dari Namjoon saja.

"Ahh. Chimmy... "Mereka berdua malah melakukan hal aneh, Jimin yang mencubit kedua pipi Seojin manja dan Seojin malah mengeluarkan wajah imutnya.

Seokjin dan Jungkook tersenyum karena Seojin bisa melupakannya walaupun sesaat, "Tadi kau ingin mengatakan apa? "Tanya Jungkook supaya mereka berdua berhenti .

Jimin melepaskan tangan nya di pipi Seojin. "Aku, aku ingin kalian merahasiakan ini dari Namjoon oppa, aku takut masalah ini semakin besar jika kalian mengatakannya kepada Oppa, kalian tahu bagaimana Namjoon kan. "

Mereka diam, pasalnya memang mereka ingin mengadu kepada Namjoon, jika adiknya itu mendapatkan pelecehan kembali setelah kejadian yang lalu dengan pria yang akan menikahi Seojin itu.

"Berjanjilah untuk tidak memberitahu oppa" ucapnya dengan mengangkat jari kelingkingnya.

"Seokjin oppa, kau harus berjanji. Karena kau suka sekali curhat kepada Namjoon"

"Aku berjanji, "ucapnya yang ikut mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking milik Seojin 

"Kookie, kau juga harus berjanji. Kau selalu menjadi mata-mata Namjoon selama ini. "

Jungkook merasa berat, karena ia memang selalu mengatakan semua yang bersangkutan dengan Seojin kepada Namjoon.

"Kookie...."panggilnya

"Baiklah, aku berjanji "ia juga mengaitkan jarinya di kelingking Seojin 

Sekarang bagian Jimin. "Chimi, aku tahu kau selalu tak terkendali. Bibirmu selalu mengatakan apa saja tanpa kau sadari jadi jangan banyak bicara di depan Namjoon. Berjanji? "

"Yak! Kenapa aku seperti itu, aku bisa membedakan nya, mana yang akan aku bicarakan dan yang bukan. "

"Berjanjilah "

"Aku berjanji "ucapnya yang mengaitkan jari kelingkingnya juga.

Seketika Seojin terus menerus tertawa dengan jari yang masih mengait di jari milik Jimin. "Chim, hhaha... Jarimu lebih kecil dari jari milik ku"Jimin pun langsung menarik tangannya dari Seojin.

"Diam, kau tertawa hanya karena jariku? "

"Mianhae"ucapnya yang masih tertawa.

"Jangan banyak tertawa, mukamu hancur seperti itu"Seojin pun berlari kearah cermin yang berada di ruangan itu.

"Aaaaaaaaaaaaaaa, mukaku hancur seperti Jimin"teriak Seojin.

****
Hai haii tau lah yang aka di katakan Jimin saat tau wajahnya di katakan hancur oleh Seojin ..

Jimin "Yak!  Kau membuatku selalu menderita, Firda-yaaa"

"Tenangkan dirimu nak, kau akan semakin menderita di kemudian hari.  Kikikiki... "

Hanya bersenang-senang saja dulu.

Apa ada yang merasa bingung di cerita ini?  Jika ada kalian boleh tanya apapun tentang mereka asal jangan menanyakan akhir dari cerita ini yaa...

Karena diriku sedang gelisah untuk ending nya, ya walaupun baru mulai aku selalu memikirkan akhir dari sebuah cerita..

Mampir di lapak sebelah yaa.. GILANG DAN GISELLA

Kami sekeluarga Dangerous Man mengucapkan Minal aidin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin..

Jangan pelit votenya yaa hihi... 😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top