두 (Two)

Disini ada nama yang aku ubah dari Kim Taehyung jadi Min Taehyung yaa.. Supaya pas sama nama Yoongi yang jadi kakaknya.

🔪🔪Happy reading guy's 🔪🔪

****

Seojin baru saja sampai, diantar oleh supirnya yang baik hati Jeon Jungkook. Ia langsung pergi setelah mengantar Seojin hingga depan gerbang rumahnya. Ia juga akan bersiap-siap untuk datang di acara peresmian hotel itu juga.

"Kenapa kau kemari?" tanya Namjoon yang baru saja turun dari kamarnya dengan tergesa-gesa dengan memakai jasnya sambil berlari.

Pertanyaan macam apa itu? Batin Seojin.

"Aku tidak ingin membuat mu repot karena menjemput ku di apartemen yang nyatanya kau akan tetap membawaku kemari juga."

Namjoon tertawa puas. "Kau pintar! Aku memang akan menjemput mu sekarang. Tapi syukurlah waktu ku tidak terbuang dengan sia-sia karena menjemput mu. Dengan siapa kau kemari? Aku tak mendengar suara mobil mu datang."

"Jungkook, aku kemari diantar olehnya," jawabnya enteng.

"Jungkook!! Kenapa dia ingin mengantar baby pig sepertimu?" guraunya dengan menantap Seojin dari atas hingga bawah seperti meremehkan.

"Karena dia mencintaiku!" balasnya asal.

Seketika Namjoon menegang. Apa Jungkook sudah mengutarakan perasaannya, ia telah berjanji, ia akan menghapus bayangan yang masih menghantui adiknya. Bahkan ia akan memulainya dengan perlahan walaupun sekarang ia sudah melakukannya lebih dari sebelum adiknya berpacaran dengan Min Yoongi.

Lalu apa ini? Dia telah menghianati ku! Dia tak meminta restu ku terlebih dahulu sebelum mengatakan perasaannya. Bahkan aku selalu bingung jika Jimin selalu meminta izin setiap saat untuk mendekati Seojin, anak kecebong itu.

Bahkan aku sengaja tidak memaksanya untuk pindah dari Hotel milik Jungkook, supaya ia memiliki banyak kesempatan bersama baby pig itu.

"Jungkook ... Mencintaimu?" tanyanya dengan hati-hati ia takut dengan sebuah perkataan 'IYA' yang yang keluar dari bibir manis adiknya itu.

Seojin menatapnya serius seperti saat ia mengatakan akan menikah dengan pria itu. Lalu ia tersenyum mengejek. "Aku hanya bercanda."

Namjoon tanpa sadar membuang nafasnya lega. "Cepatlah ganti baju mu. Aku seperti melihat gembel di rumah ini, ckckck."

Secepat kilat Seojin memukul Namjoon dengan membabi buta dan juga mengacak-acak rambut yang sudah rapi itu.

"Ya!!! KAU MERUSAK TATA RAMBUT KU! aku sudah banyak mengeluarkan uang untuk melakukan hal ini ... Ya!! JANGAN LARI KAU, SEOJIN!!" teriaknya dengan sangat krncang lalu mengejar adiknya yang sudah merusak rambutnya itu dan tampilannya yang sudah seperti pangeran William hancur sudah.

Dengan cepat ia masuk kamarnya yang berada di lantai atas sebelah kamar Namjoon. Ia dengan gesit menutup pintu dan menguncinya, supaya Namjoon tak seenaknya masuk dan merusak segalanya. Ia juga mendengar ketukan yang berulang kali dan juga keras.

Apa tak sakit?? Batinnya.

Ia semakin terganggu untuk memilih gaun yang akan ia pakai. Karena ketukan yang keras itu.

"OPPA!! AKU SEDANG BERDANDAN, MENJAUHLAH. JIKA TAMPILAN KU JELEK HARI INI, AKU AKAN MENYALAHKAN MU DAN SAMPAI AKU TAK MENDAPATKAN PRIA, ITU AKIBAT MU, OPPA."

Dan benar saja jika ketukan itu mengilang saat ia selesai mengucapkan perkataan mendapatkan pria .

****
"Eomma, bolehkan aku pergi berkeliling?" bisiknya pada Eun Ha sang ibu.

Eun Ha mengangguk. Lalu ia berkeliling dan tak sengaja melihat segerombolan pria berjas hitam yang sedang berbincang di dekat stand makanan. Ia bisa mengetahui empat di antara tujuh yang sedang berkumpul itu. Karena ke empatnya menghadap ke arahnya sedangkan yang tiga orang itu membelakanginya. Ia melihat Namjoon yang sedang memperhatikan Jimin yang sedang bercerita dengan ceria, dan Seokjin tak jauh dengan melahap makanan yang berada tak jauh darinya,  dan juga Jungkook yang tak sengaja melihatnya lalu ia tersenyum kearah Seojin.

Dan ketiga orang yang membelakanginya ia tak mengenal sama sekali.

Mungkin kolega Oppa, bukan kah jika acara seperti ini orang-orang petinggi akan menjadi akrab ?

Namun ia merasa orang yang berada di tengah itu mirip seperti Yoongi jika di lihat dari bahunya dan juga postur tubuhnya. Ia memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Mana mungkin, ia bukan teman akrab Namjoon seperti Jimin, Jungkook dan Seokjin.

Entah kenapa ia selalu tenggelam dalam masa lalu dimana ia dibawa oleh Yoongi kesebuah acara resmi yang berada di luar negeri saat itu ia masih menyandang sebagai mahasiswi, saat itu juga Yoongi memang sudah di angkat sebagai direktur perusahaan milik ayahnya itu.

Ia memakai gaun berwarna peach sedangkan Yoongi memakai tuxedo berwarna hitam dengan rambut berwarna putih entah silver yang jelas warna rambutnya itu selalu membuat ia menjadi lebih tampan. Ia tak pernah pergi jauh dari sisi Seojin selama acara, bahkan saat ia mengobrol dengan koleganya sekalipun, ia tak pernah melepaskan rengkuhannya yang berada di pinggang sang kekasih. Membuatnya menjadi wanita yang paling istimewa.

Ia tahu jika dirinya adalah wanita yang sangat beruntung di perlakukan dengan spesial oleh manusia yang jauh dari kata sempurna itu, pria yang memiliki sisi buruk di masa lalunya, memiliki kenangan yang selalu membayanginya setiap saat. Bahkan ia tahu jika kekasihnya ini, sebelum bertemu dengannya ia seorang pria pecandu wanita dan juga alkohol. Ia tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan minumannya itu, ia hanya bisa menguranginya saja dan juga untuk melupakan bermain dengan wanita malam, karena setiap saat ia selalu datang ke arah Seojin bahkan selalu menginap di apartemen Seojin. Mereka tidak melakukan hal aneh selama mereka tinggal bersama, mereka hanya melakukan ciuman saja. Tidak lebih.

Namjoon mengetahui jika ia tinggal dengan seorang pria dan ia selalu memperingati kepada pria tersebut. Tentu saja di belakang Seojin adiknya.

Brukkk

Seseorang menabraknya hingga ia tersadar dengan lamunan masa lalunya itu. Karena ia merasakan air yang tembus hingga dadanya merasakan rasa dingin, pria yang menabraknya dengan menumpahkan wine yang sedang di bawanya bahkan wine yang di bawanya berwarna ungu yang mengenai gaun putihnya itu. Pria itu pergi tanpa meminta maaf terlebih dahulu.

Seojin menatap punggung pria tersebut. "YA, KAU!!!" teriaknya. Ia mendapatkan pandangan dari sekitar. Ia menunduk meminta maaf lalu mengejar pria tersebut dengan gaun yang susah di bawa lari dan juga heels yang tinggi.

Ia akan berterima kasih kepada Jimin, berkatnya yang selalu memanggilnya, ia sudah terbiasa berlari dengan heels yang tinggi sekalipun.

Namun saat ia mengejar pria tersebut, pria itu sudah menghilang entah bersembunyi dimana. "Arghhhh ... Brengsek!!! Bajuku kotor," teriaknya lalu melihat nasib gaunnya yang kotor itu. Ia tidak berani menemui ibunya jika gaunnya kotor seperti ini, ibunya tidak akan marah atau merasa malu namun ia lah yang merasa malu jika anak dari Seo Eun Ha dan Kim Nam Gil adalah anak yang ceroboh.

Seseorang datang dan mengaitkan jasnya di bahu Seojin. Ia mendongkak melihat siapa pelakunya, ia tersenyum saat mengetahui yang menjadi pahlawannya setelah Nam Gil, Namjoon dan sekarang Jungkook.

"Aku tadi mendengarmu berteriak seperti tarzan, jadi aku mengikutimu."

"Mwo tarzan?"

"Seharusnya kau berterimakasih bukan memberi pertanyaan lagi."

"Gomawo, kelinci kecil berotot babi," ejeknya saat melihat kemeja Jungkook yang tak di kancing dua dari atas.

"Ya. Kau menghina ku Seojin?!"

"Tak sopan. Aku lebih tua darimu," ucapnya yang menyentil kening Jungkook.

"Ya. Keningku pasti merah," ucapnya merajuk.

"Please, dont sulk it is not your type. Oke!"

Jungkook mengangguk patuh. "Yes, noona."

"Jadi, kenapa kau tadi berteriak dan kotor seperti ini? Kau terlihat seperti gembel."

"Ck, kau sekarang mengataiku gembel. Kau memang tak jauh berbeda dengan oppa . Aku sarankan, kau jangan terlalu bergaul dengannya karena kau dan oppa sama-sama tidak memiliki perasaan."

"Aku menyukaimu, jadi aku memiliki perasaan, bukan?"

"Maksudmu?"

Ia mengutuk dirinya sendiri. "Eh, maksud ku. di ibaratkan seperti itu. Sudahlah kau pulang saja," Jungkook pun membawa Seojin ke arah tempatnya tadi bersama yang lain terkecuali tiga orang yang sudah pergi entah kemana.

"Aigoo ... Kenapa aku selalu melihat gembel. Tidak di rumah tidak juga di sini," ejeknya dengan wajah kaget.

Seojin hanya menatap Namjoon dengan tatapan mematikan. Bahkan sekarang mereka beradu tatapan paling lama tanpa mereka berdua sadari.

"Sudah, bawa Seojin pulang saja. Jika terlalu lama, mata mereka akan keluar sebentar lagi," lerai Seokjin yang melihat keadaan semakin memanas.

"Jim, antar Seojin pulang. Aku memiliki urusan lain setelah ini, cepatlah Jim," perintah Jungkook.

"Kau tak sopan. Aku lebih tua darimu anak kecil," lagi-lagi Jungkook diingatkan akan umurnya yang lebih muda dari pada mereka yang berada disini.

"Baiklah, hyung."

Seojin melepaskan jas yang berada di bahunya dan mengembalikan kepada pemiliknya.

"Pakailah, untuk menutupi bajumu," elaknya tidak menerima jasnya dikembalikan.

"Gomawo. Jim ayok pulang."

Mereka berdua menjauh dari kumpulan. Namun Seojin berhenti membuat Jimin ikut berhenti.

"Ada apa?"

Seojin menatap Jimin dengan puppy eyesnya "Chimmy, pinjamkan aku jasmu, ya?"

"Anio, nanti aku akan kedinginan."

"Apa kau tidak kasihan kepadaku, baju ku kotor. Aku malu Jim."

"Ya sudah, kita beli baju saja," ucapnya enteng.

"Jim, aku bukan ingin baju, aku malu bajuku kotor. Aku tak bisa melewati banyak orang seperti itu, jika keadaanku seperti ini."

"Baiklah, aku tidak akan meminjamkan jasku, tapi ... aku akan meminjamkan tubuhku saja. Supaya aku tidak kedinginan dan kau juga tidak akan malu," ucapnya yang langsung memeluk Seojin.

"Jangan seperti ini, Jimin."

"Tidak apa-apa."

Mereka berjalan dengan berpelukan, namun hanya Seojin yang berjalan mundur karena pelukan mereka. Jimin membalikkan tubuh mereka yang tadinya Seojin yang berjalan mundur, sekarang Jimin yang berjalan seperti Seojin.

"Biar aku saja yang berjalan mundur, kau yang memimpin jalan, Oke."

Dari jauh mereka masih memperhatikan kepergian dua mahluk aneh itu. "Jimin memang menggunakan kesempatan dengan sangat baik," seru Seokjin.

Namjoon melirik ke arah Jungkook yang tersenyum kearah Seojin dan Jimin yang sudah menjauh itu.

*****
Seorang pria sedang menjalankan mobilnya menuju Seoul setelah mendatangi peresmian hotel milik temannya Yoongi dan juga menjadi temannya.

"Kau berada dimana?" tanyanya dari sambungan telepon

"Diperjalanan menuju Seoul."

"Kita akan mengadakan party setelah ini, kau pulang dan Jimin juga."

"Park Jimin pulang?" tanyanya aneh. Biasanya seorang Jimin tak pernah melewati yang namanya party.

"Dia mengantar pacarnya pulang, itu yang aku dengar."

"Apa alasanmu pulang?" tanyanya lagi.

Ia harus mendengarkan alasan yang jelas jika salah satu dari mereka ada yang tidak mengikuti acara.

"Aku memiliki urusan disini."

"Mengurusi wanita murahanmu itu?"

Taehyung tertawa menggelegar mendengar kata seperti itu. "Kau selalu mengetahuinya, hyung."

"Tentu saja, karena aku adalah Min Yoongi."

Ia menutup panggilan dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena sudah malam jalanan menjadi sepi.

Ia pergi bukan tanpa sebab, ia pergi karena kabur dari sebuah masalah yang hanya sepele namun jika ia ladeni maka masalah sepele itu akan menjadi besar. Maka dari itu ia kabur dari sebuah permasalahan.

Pemikiran yang dewasa bukan? 

Hanya karena ia menumpahkan wine di gaun wanita yang sedang melamun. Wanita itu begitu cantik, namun sayang sepertinya ia wanita yang memiliki harga diri yang tinggi, ia tidak menyukai wanita seperti itu. Ia hanya ingin wanita yang rendah diri, murah hati seperti memberikan tubuhnya untuknya. Itu saja tidak lebih.

Ia memelankan laju mobilnya, ia berpikir jika malam ini ia tidak akan pulang.

Memangnya aku selalu pulang dan berada di rumah setiap malam, batinnya. Lalu ia tertawa sendiri, ia selalu menghabiskan malamnya bersama wanita yang menjual diri mereka sendiri. Saat ia pergi tadi pagi, ia bertengkar hebat dengan Seojon -ayahnya- hanya karena ia membuat masalah yang membuat Seojon turun tangan. Masalahnya hanya sepele karena ia tak datang di rapat saham.

Ia pergi kesebuah Bar dan menghabiskan malamnya seperti biasa, setelah selesai pun ia tak langsung pulang. Ia meminum wine hanya segelas lalu benar-benar keluar dari sana menuju hotel. Ia pergi sendiri tanpa membawa wanita-wanita ke hotel, ia tidak ingin membawa wanita ke hotel dengan uangnya ia hanya ingin melakukannya di rooms service yang berada disana saja.

*****
Maafkan aku..

Bonus untuk hari ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top