Ekstra Part

Seorang gadis kecil berlarian kedalam rumah dengan berteriak yang menggelegar, ia sedang dikejar oleh dua anjing yang mengejar sang pemilik.

"STOP!" teriaknya dan membuat kedua anjing tersebut diam.

"Apa yang kalian mau?"

Guk

"Ini?" gadis kecil tersebut melempar bebek karet kearah anjing. Tapi keduanya tidak mengambil barang yang dilempar sang gadis,

"Appaaaaaa... Mereka mengejarku," rengeknya lagi karena ia terus berlari menghindari kedua anjing tersebut.

Mereka hanya tertawa melihat sang gadis kecil yang berlarian dengan gaun putihnya. "KALIAN TELAH MEMBANGUNKAN SINGA KECIL, ARGHHHH.." ia mengerang seperti singa yang membuat mereka kembali tertawa.

"Appa, mereka masih menatap Nari," rengeknya lagi.

Sang ayah hanya tersenyum. Nari memiliki nama lengkap yaitu Jeon Nari, anak dari keluarga Jeon yang sangat menggemaskan.

Tanpa berpikir lama ia tahu apa yang dimau oleh kedua anjing bernama Yeontan dan juga Poppy anjing milik Taehyung yang diadopsi oleh Seojin dan Poppy anjing yang memang milik Jungkook. Ia melepaskan sepatunya sebelah kanan, "aku tahu kalian ingin ini bukan?"

Ia menggoyang kekanan dan kekiri satu sepatu yang menjadi sepatu barunya. Lalu ia melemparnya dan hanya poppy yang mengejarnya tidak dengan Yeontan. "Kau menunggu satu lagi? Ini..." ia kembali melemparnya dan langsung menangis dan marah.

"Appaa.... Sepatu Nari habis jika mereka seperti itu terus, hiks."

"Tidak apa-apa nanti appa belikan yang baru," ucap Jungkook lembut dan menghampiri Nari yang terus menangisi sepatunya.

Bagaimana tidak menangis, setiap kedua anjing tersebut melihat sepatu milik Nari pasti mereka sudah membawanya. Bahkan menyimpan sepatu milik Nari di kandang mereka sendiri. Entah apa yang membuat mereka sangat menyukai dan mengkoleksi sepatu milik anak majikannya.

"Tapi appa, itu sepatu mahal. Eomma yang membelikannya di Paris." gadis tersebut sekilas mirip Taehyung dalam bercakap. Tapi jika kalian mempercayai ucapan orang terdahulu, jika Nari dalam segi wajah sangat mirip dengan Jungkook, padahal Nari tidak ada campuran sperma dari Jungkook. Tapi anak tersebut sangat mirip.

Dan Seojin percaya jika anak yang memang bukan anaknya bisa sangat mirip itu karena orang tersebut memberikan kasih sayang dan cinta mereka tidak setengah-setengah. Dan Jungkook dari awal memang akan menjaga dan menyayangi Nari seperti anaknya sendiri. Mereka sepakat tidak akan membocorkan rahasia terbesar ini, rahasia siapa ayah biologis dari Nari, walaupun semakin berjalannya waktu perubahan dalam diri sang Nari akan berbeda dan mereka tetap tidak akan membocorkannya.

"Biar Paman Jimin yang akan membelikannya untukmu jika eommamu tidak memberikannya lagi," tawar Jimin.

"Sepatu pemberian Paman Jimin sangat jelek. Bahkan Yeontan, Poppy saja tidak mau mengambil sepatu pemberian Paman," celetuknya dan membuat mereka kembali tertawa.

Nari memang tidak pernah akur dengan Park Jimin seperti Seojin kepadanya, "Paman Namjoon membeli barbie untuk Nari," ucap Namjoon dengan suara beratnya

"Bosan."

"Paman Jin membelikanmu baju warna pink seperti kesukaanmu."

"Nari setiap hari memakai baju pink dan Nari seperti tidak pernah ganti baju," balasnya dengan kesal.

"Paman Hobi akan mengajarkanmu menari kembali,"

"Terakhir kali paman Hobi hanya berjanji saja,"

"Appa mana eomma?" tanyanya.

"Ada di kamar kenapa?" Nari mendekatkan bibirnya di telinga sang ayah.

"Appa Jeon, aku takut, aku melihat hantu di rumah ini," Jungkook tertawa.

"Tidak ada hantu di pagi hari sayang,"

"Tapi aku benar-benar melihatnya!"

"Dimana?!" tanya Hoseok yang gemetar.

"Di depan pintu memperhatikan kita dari tadi," bisiknya lagi.

Mereka langsung melihat kearah pintu dan melihat pria yang sedang membawa paper bag besar di kedua tangannya. "Eoh Hyung, kemarilah." ajak Jimin.

Nari semakin mempererat pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada sang ayah. Pria yang disebut mirip hantu itu hanya terus menatap anak kecil yang ketakutan.

Seojin turun dari kamarnya dan melihat orang yang sudah lama tidak pernah ikut berkumpul sudah dua tahun tidak pernah terdengar beritanya, ia hanya kerja dan saat malam hari untuk menjaga sang adik yang terbaring di rumah sakit.

"Yoongi Oppa," panggilnya dengan lembut.

Ia hanya tersenyum membalas panggilan dari sang tercinta. Dan itu juga adalah alasan mengapa ia tidak bisa bertemu dengan Seojin dan juga tidak bisa menghilangkan rasa cintanya kepada wanita ini.

"Nari-ya, coba kemari...," perintah Seojin dan Nari mengikutinya lalu duduk dipangkuan sang ibu dengan mata yang masih terpejam karena berhadapan langsung dengan pria putih bernama Min Yoongi.

"Coba buka matamu dan tatap Paman Yoongi dengan teliti, apa dia seorang hantu?" Nari perlahan membuka matanya dan terus menatap Yoongi dan juga sebaliknya. Mereka saling tatap dengan terus memancarkan aura yang sangat aneh.

Sehingga Yoongi mengedipkan matanya, "Kau menang, kenapa kau melakukan hal yang mirip dengan ibumu?" gemas Yoongi.

Nari hanya tersenyum malu dipuji oleh Yoongi. "Perkenalkan dirimu Nari," ucap sang ayah.

Nari berdiri lalu membungkuk dengan menyimpan kedua tangannya di perut. "Annyeonghaseyo, Nae ileum-eun Jeon Nari Imnida."

Bagaikan dejavu, Yoongi menatap Nari seperti ia melihat masa lalu nya saat pertama kali bertemu dengan Seojin. "Eoh. Min Yoongi imnida,"

"Yoongi Oppa," panggilnya yang membuat Yoongi dan Seojin tertawa.

"Kenapa kau memanggilnya oppa, dia sama dengan diriku. Dia adalah paman mu dan dia juga lebih tua dari ku anak nakal," protes Jimin yang tak terima.

"Paman Jimin tidak pantas aku sebut oppa," jawab nya dengan menjulurkan lidahnya.

"Kau benar-benar mirip ibumu."

"Tentu saja karena aku adalah keturunan Jeon Seojin," ucapnya bangga.

Seojin tersenyum dan membuat Yoongi hanya memperhatikan senyuman itu, senyuman yang pernah mengisi dihati kosongnya, dan ia pun merasa terbayang-bayang bagaimana dirinya jika memiliki anak dari Seojin apa anaknya akan seperti Nari? Atau malah tidak akan jauh seperti dirinya? Ah, kenapa ia harus membayangkannya. Dia sudah memiliki keluarga dan dia tidak akan kembali kepadamu Min Yoongi.

Namjoon menyenggol Yoongi supaya tersadar dari lamunan lamanya. "Oppa, kau membawa apa?"

Yoongi tersenyum dan memberikannya kehadapan Nari dan Seojin. "Oppa membawakan hadiah dari Paris." Nari membukanya dan betapa senangnya dirinya saat ia menamukan sepatu yang mirip seperti sepatu yang dibawa dua anjingnya tadi.

"Eomma, sepatu ini mirip dengan pemberian eomma," Seojin hanya tersenyum,

"Kau senang?" Nari mengangguk dengan gembira. Lalu ia membuka satu lagi dan terdapat gaun berwarna ungu. Ia melirik sang ibu.

"Eomma sepertinya ini untuk eomma,"

"Gomawo oppa," ia tersenyum dan membuat Jungkook merasa teralihkan. Ia memang menjadi suami dan ayah untuk Seojin dan Nari tapi ia tidak tahu bagaimana perasaan Seojin kepadanya? Apa ia mencintainya atau hanya menganggapnya sebagai ayah untuk Nari saja? Dan ia selalu berpikir seperti itu.

"Tapi...," ia melirik Jungkook yang sedang berpura-pura memainkan ponselnya. "Aku tidak bisa menerima pemberianmu sekarang, bukan karena itu jelek. Itu sangat bagus tapi aku menghargai Jungkook sebagai suamiku, aku tidak ingin dia berpikir jika aku masih berharap kepadamu,"

Jungkook menatap Seojin saat namanya disebutkan bahkan Yoongi tersenyum kecut saat kenyataannya dia ditolak kembali. "Baiklah aku akan membuangnya saja,"

"Kenapa kau buang hyung? Seojin-ah terima saja ya, aku tidak apa-apa."

Seojin tetap menggeleng. "berikan saja baju itu kepada ibumu oppa, dia mengatakan padaku jika dia ingin di hadiahi gaun oleh puteranya,"

Yoongi tersenyum. "Bagaimana perkembangan Taehyung?" tanya Jimin.

"Dia masih sama, dia tidak pernah tersadar dan dia akan meningkat jika aku menceritakan Seojin.

"Mwo?"

"Iya, pendeteksi jantungnya meningkat saat aku membicarakanmu, namun ia akan kembali lemah jika aku tidak membicarakanmu. Apa kau ingin melihatnya sekali saja?"

"Selama ini dia tidak datang karena sedang hamil dan dia juga tidak bisa meninggalkan Nari sendirian," jelas Jungkook dengan suara berat menahan amarah.

"Aku tahu, tapi bisakah sekali saja, aku ingin mengucapkan sesuatu padanya," Seojin menatap Jungkook yang hanya memalingkan wajahnya.

"Baiklah aku akan kesana, tapi dengan Nari dan Jungkook juga." Yoongi menyetujui permintaan Seojin lalu mereka pergi dengan kendaraan masing-masing.

Selama perjalanan di lorong rumah sakit, Seojin tak pernah lepas dari genggaman Jungkook dan Nari yang sedang digendong sang ayah. Seojin tidak bisa bertemu dengan Taehyung karena itu akan membuatnya kembali mengingat masa menyakitkan. Ia terus di genggam Jungkook dengan perasaan.

"Kau yakin? Jika tidak, kita akan kembali kerumah?" Seojin menggeleng.

"Aku yakin, untuk kali ini aku akan melihatnya,"

"Jangan membebankan dirimu yeobo," Seojin tersenyum.

"Gwenchana, aku akan baik-baik saja."

Jungkook mencium pucuk kepala Seojin lalu kembali berjalan. Hingga sudah berada di depan kamar Taehyung yang begitu banyak alat medis yang menempel di tubuhnya.

"Semua akan baik-baik saja, aku berada disampingmu," bisik Jungkook.

Ia memasuki kamar dan menatap prihatin kepada Taehyung bahkan ia menitikan airmatanya saat Nari mengatakan jika ia pernah melihat Taehyung didalam mimpinya.

"Appa...," Nari ikut menangis karena melihat Seojin menitikan air matanya.

"Taehyung-ah, aku datang. Apa kau menungguku selama ini?" bunyi mendeteksi semakin kencang dan membuat tubuh Taehyung semakin meningkat.

"Apa kau terlalu nyaman untuk tidak kembali tersadar? Apa kau tidak ingin bahagia bersama kakakmu? Aku sudah memaafkanmu, apapun yang kau lakukan dimasalalu sudah aku maafkan. Bangunlah, masa depan sedang menunggumu."

Tanpa mereka duga mata Taehyung terbuka perlahan dan menatap Seojin yang sedang menatap wajahnya. Bahkan mereka yang berada luar segera menghampiri Taehyung yang membuka matanya.

"Taehyung-ah...," panggil Yoongi

Ia menatap Nari yang berada di pelukan Jungkook dan Seojin bergantian. Ia menarik bibirnya sedikit. Bahkan ia menitikan airmatanya dengan suara yang kecil dan bergetar ia mengatakan.

"Mianhae," lalu suara mesin terdengar begitu kencang dengan garis lurus yang membuat siapapun akan menangis Seojin menurunkan tubuhnya karena begitu bersalah membuat Jungkook harus ikut menenangkan Seojin, bahkan Nari ikut memeluk sang ibu dengan tangisan yang ikut menetes.

Mereka telah kehilangan satu anggota, ia telah meninggalkan satu puterinya dan ia juga telah meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam untuk kakaknya.

Selamat jalan Min Taehyung, semoga kau mendapatkan kebahagiaan disana.

"Saranghae ... Jungkook-ah,"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top