[3] Nama Itu, Milikmu.
"Dor!"
Aku terperanjat, mengerejap beberapa kali lalu tersenyum miring menatap tajam ke arah topeng dengan wajah menyebalkan.
Kikikan tawa terdengar begitu bahagia. Dia berbalik pergi begitu saja tanpa membuka topeng itu atau bertanya mengenai keberadaanku di sini.
Namun, bukan masalah besar, ini lebih baik bagiku. Setidaknya aku tak harus menjawab semua pertanyaan yang mungkin saja tidak bisa aku jawab. Terlebih orang itu memakai topeng.
Kutarik napas singkat lalu mengembuskannya kembali. "Huh."
Kubuka pintu besar itu dan berjalan lurus ke depan melewati meja panjang dengan kursi yang berjejer rapi di sampingnya. Tak ada seorangpun di ruang diskusi Action World's, jadi aku leluasa melihat dan mengingat semua penghuni rumah.
Langkahku terhenti ketika sampai di depan layar besar yang menunjukan daftar nama serta foto dari seluruh penghuni rumah Action World's.
Kuperhatikan satu persatu nama-nama tersebut dengan rupa yang beragam.
Hanya saja, kebenaran dari nama dan potret yang ada meragukan. Aku kesulitan dalah hal mengingat wajah disertai nama, lagipula kebanyakan mereka menggunakan foto palsu, atau potret orang lain.
Mataku tertuju pada satu nama yang tampak baru muncul di bagian akhir. Itu tandanya dia adalah anggota baru atau lebih sering kami menyebutnya new mem.
"Adeeva Zahra, nama yang indah," gumamku seraya tersenyum singkat.
"New mem?" tanya Asni yang entah sejak kapan dia berada di sampingku.
Gadis kecil, putih, dengan rona manis di pipi dan matanya yang bulat serta tatapan tajam berbinar menatapku penuh tanda tanya.
"Emm, kurasa iya," jawabku singkat saja dan berbalik pergi meninggalkannya dengan tatapan aneh. Sungguh, aku merasa takut dengan tatapannya. Kudengar dia mampu menghipnotis seseorang dan membaca pikiran orang yang ia tatap. Dan aku, ya aku, aku tak mau itu terjadi.
Aku menarik satu kursi, mendudukinya sembari menatap layar besar. Detik waktu berlalu dan suara obrolan serta tawa kecil terdengar jelas di telingaku. Beberapa penghuni Action World's tiba-tiba memasuki ruangan diskusi lalu mengambil tempat duduk masing-masing.
Di depanku duduk seorang gadis manis dengan gaya rambut dan pakaian seperti anime atau tokoh dalam film Jepang. Aku lebih sering menyebutnya gaya Jejepangan. Yang kutahu dia bernama Agita, dia cukup akrab dengan teman-teman lainnya. Sedikit agak canggung dan takut saat aku ingin bertanya, tapi aku tetap melakukannya.
"Hi, bolehkah aku bertanya?"
"Tentu saja boleh," jawab seorang gadis berambut panjang dengan suara lembut dan ramah yang duduk di sampingku.
Aku mengerenyit seraya menoleh kepadanya. Aku bertanya kepada Agita, akan tetapi yang menjawab pertanyaaanku adalah Hyo. Tapi tak apa, aku tetap menyunggingkan seulas senyum.
"Kamu tau siapa saja pengurus di sini?"
"Kak Leon, kak Tiwi, Lintang, dan ..." Hyo terdiam sejenak, keningnya berkerut terlihat tengah berpikir. "Entahlah, aku lupa."
"Kak Al, dan Carroll." Agita menambahkan.
"Oh, tapi aku belum tau semua rupa mereka. Selain kak Tiwi dan beberapa orang lainya," ujarku seraya memutar tubuh menghadap layar besar itu.
"Tenang saja, sebentar lagi kamu akan tahu. Bahkan tahu tentang semua orang di sini dan pemateri yang akan hadir di tengah-tengah kita."
"Pengisi materi?" tanyaku, bingung.
"Iya, salah satu pengurus tadi mengumumkan bahwa akan ada kelas materi dadakan sebentar lagi," jawab Kiki, yang entah sejak kapan dia ikut berkumpul bersamaku.
Aku hanya mengangguk kecil lalu kembali memeriksa ponselku. Aku agak sedikit pusing dan tidak ingin kembali bertanya kepada mereka. Karena aku bertanya kepada satu orang, tapi yang jawab orang lainnya. Jadi aku putuskan untuk membungkam mulutku hinga materi dimulai.
Beberapa detik bahkan menit berlalu, akan tetapi para pengurus Action World's belum berkumpul semua.
Aku beranjak dari kursi, kupikir tak apa hanya pergi sebentar saja. Tenggorokanku terasa kering, kepala berdenyut-pusing. Berulang kali kupijat area diatas alis kanan secara perlahan, kuraih gelas di rak dan mengisinya dengan air, kuteguk sedikit.
Lagi dan lagi, aku menghela napas dengan penuh harapan. melepaskan segala beban serta penat yang menyelimuti pikiranku. Pandanganku beralih menatap gerakan memutar pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku, aku putuskan kembali ke ruang diskusi Action World's untuk mengikuti kelas materi yang sepertinya akan dimulai beberapa detik lagi. Dengan langkah cukup cepat aku berjalan sembari membawa gelas yang masih berisi air sisa tegukanku.
brug!
Gelasnya masih utuh di genggamanku, akan tetapi isinya tak sama. Pandanganku beralih pada penyebab air dan tubuhku menabrak dinding. Dia jatuh terduduk, rambut hitam lebam, menutupi sebagian wajahnya, dia pun memiliki kulit yang teramat putih, aku bisa melihatnya dari tangan yang saat ini menyambut uluran tanganku.
"Maaf ya, kamu nggak papa?" Aku membantuny berdiri dengan sebelah tanganku yang bebas dan sebelah tanganku lagi masih menggenggam gelas yang berisi air, namun airnya telah berkurang karena tumpah dan mendarat di bagian tubuh gadis ini.
"Tak apa, hanya sedikit basah." Dia menyelipkan helaian rambut yang basah dan menutupi sebagian wajahnya.
"Cantik!" ucapku repleks saat melihat wajahnya. Dia memiliki bola mata yang besar dengan iris hitam pekat yang indah, hidungnya tidak terlalu mancung, ia memiliki pipi chubby dan bibir berwarna merah muda selaras dengan warna kulitnya yang putih pucat.
Dia tersenyum, "Maaf aku buru-buru. aku tinggal dulu ya."
Aku tidak menanggapi ucapannya, aku terdiam sejenak lalu mengerejap saat dia sudah tak berada di depanku lagi. Alis kiriku terangkat, jika ada yang melihat mungkin sangat kentara menyiratkan ekspresi tanda tanya dan jelas aku tengah berpikir sembari mengingat sesuatu.
Gadis itu, sepertiya aku pernah melihatnya, tapi entah di mana, aku lupa. Berpikir membuatku semakin pusing karena tak mendapatkan jawabannya. aku pun kembali pada niat awalku dan memasuki ruang diskusi dengan gelas yang masih setia aku bawa. Kuletakan gelas tersebut di meja dan duduk sembari menatap kosong ke arah depan yang menampakan layar lebar dan beberapa orang berkumpul di sana.
"Dor!"
Sontak aku mengerejap dan mengelus dadaku, sungguh aku terkejut dengan suara dan wajah jelek yang menyebalkan.
Ya Tuhan, aku tidak mengerti mengapa beberapa orang di sini senang sekali mengenakan topeng jelek seperti itu. Topeng wajah dengan pipi berwarna merah menor bukan merah merona natural, itu sama persis dengan stiker wajah-wajah lucu pada aplikasi line.
Suara tawa mengembalikan ketenanganku, tetapi rasa malu terpancar dari wajahku. Kulikir semua melihatku dengan diiringi tawa. Sungguh rasanya aku ingin lari dari kenyataan menyebalkan ini, tapi senyum manis terlukis dari wajah di balik topeng itu. Seorang gadis yang memiliki kening lebar membuka topengnya, dia tersenyum manis beberapa detik dan mengedipkan matanya, setelah itu dia meledekku dengan menjulurkan lidahnya dan berbalik pergi meninggalkanku.
Aku kembali mengerenyit dan menggaruk sisi kepalaku,- bingung. Aku memejamkan mata sedetik dan kembali membukanya. Lagi dan lagi, aku kembali terkejut dengan topeng wajah menyebalkan itu. Dan suara kikikan tawa yang sama seperti saat aku ingin masuk ke ruang diskusi ini terdengar lagi, dan ya, tidak salah lagi, dia adalah orang yang sama. Dia pun membuka topengnya dan menampakan paras tampan yang akan menjadi pria idaman bagi siapapun gadis di depannya. Tidak termasuk diriku, karena aku terlalu sakit dan akan jantungan setiap dia hadir di hadapanku.
Jujur saja, harus kuakui meski sebenarnya aku tak ingin mengakuinya. Faktanya dia benar-benar tampan, senyumnya teramat memesona. Untuk seorang penulis pria itu membuatku tidak percaya, namun kemampuannya tidak diragukan, dia adalah Leon Romanove, penulis yang salah satu karyanya pernah menempati posisi satu di aplikasi tempat menulis dan membaca.
Sebelumnya aku kira dia seorang wanita karena diksi dalam karyanya yang aku baca, tapi nyatanya dia seorang pria tampan juga mapan. Namun, tetap menyebalkan
Dia selalu tebar pesona meski telah memiliki istri sempurna dan keluarga kecilnya yang istimewa, itu membuatku gemas akan dirinya.
kembali pada ruang diskusi. Iya, saat ini mataku tertuju pada sosok gadis di depan sana, ia adalah gadis yang bertabrakan denganku di depan pintu ruang diskusi tadi. Tanpa melepaskan tatapanku pada gadis itu, aku bertanya kepada Hyo yang duduk di sampingku.
"Hyo, apa dia new mem?" Aku menunjuk ke arah gadis di samping Leon dan Lintang.
"Lintang," jawab Hyo.
"Bukan," sanggahku, lalu kembali memberitahunya, "Yang putih itu, bukan gadis yang memiliki kening lebar dan selalu mengenakan topeng," ucapku menjelaskan bahwa bukan Lintang yang kumaksud.
"Adeeva Zahra, namanya. Dia salah satu pengurus lama dan baru masuk kembali ke rumah Action World," Kiki menjelaskan tentang gadis yang kumaksud, dan itu sekaligus menjawab pertanyaanku.
"Oh, jadi nama itu, milikmu."
[29]
{D.W.Y}
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top