E K S T R A P A R T 2
Siapa sangka kalau ternyata kami nyiapin ekstra part kedua, xixixi.
Selamat Minggu malam buat kalian yang jomlo, wkwk. Love from mari-ngopi dulu. <3
Happy reading!
~~~•~~~
"Ah, lo kemana, sih, Bay?"
Sedari tadi, tangan kanannya sibuk menghubungi seseorang yang katanya mau menjemput. Arloji hitam di tangan kirinya terus dipandangi. Duapuluh menit Ulfa berdiri di halaman rumah. Namun, pemuda yang bernotabene sebagai kekasihnya itu tak kunjung juga menampakkan batang hidung. Lihat saja nanti!
Limabelas menit lagi dan habislah sudah. Ia akan telat datang ke sekolah. Dengan perasaan dongkol, Ulfa menghentakkan kakinya; berjalan keluar gang mencari angkutan umum yang masih ada atau tidak pada jam segini.
Seakan dewa berpihak kepada Ulfa, angkutan umum berwarna merah kuning berhenti tepat di depannya. Tanpa berpikir lagi, gadis itu langsung menaikinya dengan wajah semasam mangga muda.
Orang-orang yang ada di dalam bus pun menatapnya aneh karena wajah ditekuk itu. Sebegitu besarnya pengaruh Bayu terhadap mood-nya pagi ini.
Bus itu menurunkan Ulfa tepat di depan gerbang yang hampir saja ditutup. Turun dan selesai membayar, Ulfa berlari dengan tergopoh-gopoh memiringkan badannya dan masuk dengan baik. Untung tubuhnya tak terjepit oleh gerbang yang ditutup oleh Pak Ridwan.
"Ya Allah, Neng. Bilang, atuh, kalau mau masuk. Untung nggak kejepit." Pak Ridwan menatap geram ke Ulfa yang sudah cengengesan.
"Udah mepet, tapi masih untung, ya, Pak. Hoki nggak, sih?" ucapnya sambil tertawa paksa. "Dahlah, mau kelas. Makasih, Pak!"
Pak Ridwan hanya menggelengkan kepalanya heran yang melihat Ulfa sudah berlari menjauh.
Di lain tempat, Bayu masih asik bergelung dengan selimutnya. Beberapa dering yang berasal dari ponselnya terabaikan begitu saja. Seakan itu alarm yang mengganggu tidurnya.
Tirai jendela lantas dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Membuat sinar matahari masuk kecela-cela penglihatan Bayu.
"Ng ...."
"Apa-apaan kamu ini? Bangun!" sentak Lauran dengan wajah geram.
Air di dalam gelas yang tadinya nganggur, akhirnya jatuh ke tempat yang tepat. Wajah Bayu. Lauren menuangnya di wajah sang putra sambil senyum miring. Mirip ibu tiri di film-film. Lagian jam segini juga belum bangun, sih.
"Bocor!" teriak Bayu gelagapan, kemudian langsung duduk.
Tatapan nyalang dilemparkan oleh Bayu kepada mamanya. Tak mau kalah, Lauren juga menghujam dengan tatapan mematikan membuat Bayu langsung mengerucutkan bibirnya.
"Apa? Mau marah?"
Bayu menggeleng.
Rere menununjuk jam yang tertempel rapi di atas cermin. "Liat udah jam berapa?"
"Jam 8." Bayu menjawab santai. Namun, detik selanjutnya .... "Jam 8?" Ia membelalakkan matanya.
Cepat-cepat Bayu meraba kasurnya untuk mencari benda pipih panjang yang ia rasa diletakan di sana setelah bertelepon dengan Ulfa malamnya.
Dapat! Duapuluh panggilan tak terjawab dan 30 spam chat dari Ulfa. Ulfa.
Gila! Ia yakin Ulfa akan marah besar. Ya ampun, baru juga baikan kemarin.
Seakan mamanya tak ada di sana, Bayu melenggang dengan tergopoh-gopoh, masuk ke dalam kamar mandi.
"Dikira patung pancoran kali, ya. Astaga, sabar, Maakk .... " Lauren mengelus dadanya sebentar kemudian keluar dari kamar anak semata wayangnya.
Tak butuh lama seperti perempuan, Bayu keluar dari kamar mandi sudah menggunakan seragam yang tadi sempat ia ambil dari belakang pintu.
Disambarnya jaket denim, jam tangan, ponsel, dan kunci motornya, Bayu langsung meninggalkan kamarnya yang sudah seperti kebanjiran.
Dengan napas terengah, Bayu menuruni tangga dan langsung ke garasi mengambil motor tanpa menghiraukan teriakan sang mamanya yang memanggilnya untuk sarapan.
***
Panik bercampur kesal. Panik tak menjemput kekasihnya dan kesal karena mengapa dirinya bisa sekebo itu. Astaga! Rasanya Bayu ingin melempar setiap orang yang berada di jalan sekarang. Mana jalan sangat macet. Banyak yang berangkat kerja jam-jam segini.
Dengan waktu yang ia tempuh sangat lama itu, berakhirlah dia berada di depan gerbang sekolah yang sudah ditutup rapat. Bagaimana tidak, jam sudah menunjukan pukul sembilan, pelajaran pertama untuk semua kelas. Hari ini, jam pelajaran pertama di kelasnya adalah Bu Lasak, guru yang galaknya minta ampun.
Huh, Bayu pasrah, menatap malas gerbang yang menjulang tinggi di depannya.
Ia harus bisa masuk tanpa dihukum. Tak ada cara lain, Bayu langsung bergegas ke arah belakang sekolah di mana ada tembok yang tak setinggi gerbang yang ada di depan.
Bayu berlari sampai ia menemukan tembok yang sedikit berlumut. Tak masalah, mau berlumut, berdarah, beranak, bodo amat, yang penting ia bisa bertemu kekasihnya itu dan meminta maaf. Ah bucin sekali engkau, Bayu!
Bayu menghela napas panjang, sedikit mengintip apakah ada Pak Ridwan yang berjaga atau tidak. Tidak ada. Aman!
Sekali tanjak dan hap! Bayu sudah masuk ke dalam sekolah tanpa ketahuan. Ia meninggalkan tasnya di balik tiang yang ia rasa aman. Biar tidak ketahuan juga jika dia telat. Langsung Bayu berjalan di koridor menuju kelasnya. Sepi. Itu yang menggambarkan di sana. Tak ada yang keluar-keluar juga.
Sampai di kelas, pintu coklat muda itu tertutup dengan sedikit terbuka. Tubuh gempal, memakai kacamata bulat itu benar ada di sana. Bu Lasak sudah memulai pelajaran sedari tadi.
"Ini alesannya apa, anjim? Serem banget lagi dia. Ya Allah, bantulah hamba-Mu ini," gumam Bayu gusar.
Sedikit melimpir dari wanita tua, Bayu memfokuskan pandanganya ke arah gadis yang menunduk memainkan jarinya. Tampak sekali bahwa dirinya tidak mau mengikuti. Duh, kekasihnya. Seulas senyum kemudian terbit.
"Pssst!" desis bayu berharap Ulfa mendengar desisan itu.
"Pssst!" ulangnya lagi.
Tepat sasaran! Ulfa melihatnya. Sebentar. Catat, sebentar. Lambaian tangan Bayu pun tak dilihatnya lagi.
"Gini amat punya pacar." Bayu kemudian mengelus dada.
Dengan keberanian, Bayu memasuki kelas, tak lupa mengetuk pintu coklat muda itu dulu. Semua pasang mata menatapnya, tak terkecuali Bu Lasak yang menghujam tatapan mematikan. Susah payah dirinya menelan air liur.
"Dari mana?" Pertanyaan yang dihindari Bayu kini malah terdengar.
Bayu menatap Ulfa yang juga menatapnya. Tak lama Ulfa kembali berpaling. Helaan napas panjang kembali ia tarik. "Em ... anu, Bu," jawab Bayu, membuat semua seperti berpikir keras.
"Anu-anu! Yang bener kalo bicara! Nggak sopan!" sentak Bu Lasak yang membuat semua tak berani bersuara.
"Dari UKS. Hah, iya, dari UKS, Bu."
Ngarang sekali kamu wahai, Bayu! Jelas-jelas dia telat. "Sakit hati, Bu," sambungnya spontan.
Sedangkan Ulfa yang melihat itu, rasanya ingin marahnya saja. Sekarang? Pemuda itu malah membuat Bu Lasak tambah marah dengan jawabnya yang tak masuk akal. Apa tadi? Sakit hati? Dih, kan dirinya yang harusnya sakit hati. Dasar tukang memutarbalikkan fakta!
"Masih SMA udah tau sakit hati, pelajaran tau, nggak?" sunggut Bu Lasak.
Bayu mengangguk mantap. "Tau dong, Bu," ucapnya kembali menatap Ulfa. "Belajar mencintai dia," sambungnya. Detik itu sorak memenuhi isi kelas.
"Kamu, yang selalu kucari, yang selalu kutelusuri di setiap kepingan yang menjalar di pikiran. Kamu yang selalu membuat hati dan jantung saya tak berirama kala itu ketika dekat dirimu."
Pandangannya terus ke arah Ulfa. Semua entah mengapa ikut terdiam. Begitupun Bu Lasak, dia terdiam melihat Bayu yang entah sadar atau tidak mengucapkan itu.
"Kamu yang dulunya saya tanya, Ay, kalo kamu punya pacar nanti, kamu mau yang gimana? Dan saat itu kamu menyebutkan semua ciri cowok lain, tapi ternyata, semua ciri itu ada di saya. Kini benar, saya yang menjadi pacar kamu sekarang. Ay, I love you more!"
"Huuuu!!!"
Entah apa, danbagaimana wajah Ulfa sekarang. Malu? Banget! Rasanya Ulfa ingin menghilang dari sana tanpa mau mengingat.
Astaga. Gila kah Bayu yang sekarang bernotabene sebagai pacarnya sendiri? Selain malu, ada terbesit rasa senang di hati gadis itu. Ulfa menunduk dalam-dalam, tak lama, ucapannya Bayu kembali membuatnya menengadah.
"Terima kasih. Terima kasih pernah mencari saya. Terima kasih sudah mau menunggu dengan lamanya penantian yang mungkin semua orang akan bosan, tapi tidak dengan kamu, Ay. Terima kasih sudah berusaha menemukan saya yang sekarang saya adalah milik kamu. Entah kenapa, dan entah seberani apa saya sekarang. Tapi saya cuman mau semua orang tau, kalo kamu, Aya, adalah seseorang yang paling penting setelah Mama, dan saya mau, semua orang tau, kalo kamu adalah milik saya. Kamu, terima kasih."
Bayu mengakhiri ucapannya dengan senyum yang terasa tak pernah luntur. Sungguh. Ini dadakan. Kenapa malah dia seberani ini? Hey! Ini ada Bu Lasak yang galaknya minta ampun. Persetanlah!
"Gilaaa ... udah jadi aja!"
"Anjirrr! Woi, PJ!"
"Aaa ... Bayu, gua melted, sumpah!"
Brak!
Semua terdiam ketika gebrakan yang dilayangkan Bu lasak mampu membisukan seisi kelas. Seakan pita suara mereka diputus.
"Ulfa, sini kamu!"
Di sana Ulfa sudah melotot, menghujam ke arah Bayu. Bayu hanya diam. Oke, dia salah langkah sekarang. Matilah! Bukannya baik, malah makin runyam sepertinya.
Ulfa mendekat, berjalan dengan kepala tertunduk.
"Kamu pacar Bayu?" tanya Bu Lasak dengan nada sarkas.
Ulfa melihat Bayu sebentar lalu mengangguk.
"Konyol! Saya salut sama kamu Bayu. Tapi bukan berarti kamu bisa lenggang. Kalian saya hukum!"
Keduanya menengadah menatap Bu Lasak.
"Ulfa jangan, saya aja, Bu!"
"Nggak! BERDUA!"
***
Di tengah lapangan, kedua remaja berbeda jenis kelamin itu menaikkan tangannya, hormat bendera. Tak hanya dari kelas sendiri, kelas lain yang juga penasaran juga ikut meneriaki mereka. Pasangan yang digadang-gadang akan segera jadian akhirnya jadi juga. Tinggal nunggu traktiran saja di kantin.
Peluh sudah membasahi, membuat Bayu tak tega melihat Ulfa yang terus menerus mengelap keringatnya.
"Sorry," gumam Bayu dengan kepala tertunduk.
"Hm."
"Ucapan aku tadi serius, Ay."Bayu sepenuhnya menatap Ulfa. Tangan kirinya yang bebas ia letakkan di depan kepala Ulfa.
"Tau." Ulfa tetap terus menatap ke depan tanpa mau menoleh lawan bicaranya itu. "Makasih, sudah hadir, Sayang."
***
[ 11 Oktober 2020 | 20.35 ]
Hoii, aku yang baca malah ikutan baper. Astoge, kuatkan hamba yang jomlo ini. 😭
Btw, semoga kabar kalian masih selalu baik, ya. Jangan lupa jaga kesehatan terus. Semangat belajar dan kerjanya dari rumah.
Buat yang udah baca, isi paragraf ini tentang perasaan kalian pas baca bab ini, dong. Xixixi.
Sekali lagi, selamat Minggu malam. Love yaaa! 🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top