25 - Patah
"Darimana aja lo? Dicariin juga."
Ulfa yang baru saja menapakkan kakinya di tangga terakhir, mendapati seorang pemuda yang berdiri songong di depannya. Siapa lagi jika bukan Bayu. Dia berdiri dengan rambut yang sedikit acak-acakan, juga dengan seragam yang dikeluarkan. Tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.
"Emangnya kenapa?" tanya Ulfa.
"Bentar lagi masuk. Gue yakin lo nggak mau ketinggalan pelajaran," sahut Bayu.
Tanpa banyak berpikir lagi, pemuda itu lantas menarik Ulfa. Menjauh dari sana, melintasi lapangan menuju ruang kelas. Ulfa hanya mengikut saja. Genggaman tangan mereka ia perhatikan dengan seksama. Ada seberkas rasa nyaman di sana. Lebih nyaman dibandingkan genggaman Anda pada dirinya.
Gadis itu mendongak. Menatap dengan binar bimbang pada pemuda dengan tinggi beberapa inci darinya. Wajah teduh namun kadang sombong. Apakah salah menggantungkan rasa seseorang?
Jika dipikir-pikir, Ulfa sendiri terlihat egois. Tak menerima cinta Bayu, tetapi menyuruh pemuda itu tetap menunggu. Rasanya, Anda seperti tidak cukup saja.
"Heh, lo bengongin apa, sih?"
Ulfa tersentak kala Bayu berbicara cukup kencang sambil menepuk pelan bahunya. Matanya menatap sekeliling. Sekarang mereka telah berdiri tepat di depan kelas. Itu artinya Ulfa menatap Bayu sepanjang perjalanan. Oh!
"Ah, enggak ada, kok." Ulfa menggeleng, menatap ragu pada pemuda beriris hazel itu.
Mata Bayu menyipit. "Masa? Gue nggak sebodoh itu untuk nggak liat kalo lo liatin gue sepanjang perjalanan." Senyum miring lantas terbit di ujung bibirnya.
Gadis itu tertegun. Dia terjebak oleh ucapannya sendiri. Biasanya dia bisa menanggapi dengan acuh tak acuh. Namun, mengapa kali ini rasanya canggung sekali? Sekali lagi, Ulfa teringat sikap egoisnya.
Langkahnya hendak memasuki kelas. Akan tetapi, sebelum itu terjadi Bayu menahan tangannya. "Nanti lo pulang sama gue, kan?"
Netra mereka kembali bertabrakan. Gadis itu kembali dirundung bimbang kala netra hazel itu menerobos masuk menyelami isi hati lewat matanya. Desiran hebat itu muncul lagi. Namun, kepalanya seakan kembali mengingatkan tentang Anda.
"Jangan nolak, plisss," pinta Bayu dengan binar memohon.
Genggaman tangannya mengerat seakan menuntun gadis itu agar jangan menolaknya. Sedikit saja. Ia hanya ingin meminta sedikit harap dari Ulfa yang membuatnya menggantungkan rasa.
Ulfa menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangguk. Dia tersenyum tipis pada Bayu kemudian masuk ke dalam kelas. Meninggalkan Bayu yang diam-diam bernapas lega. Semuanya menjadi sedikit canggung sejak beberapa waktu lalu Bayu menyatakan perasaannya.
Mulai sekarang ia bertekad, meluluhkan hati Ulfa yang mungkin telah jadi milik orang lain. Persetan dengan pemuda bernama kata ganti itu. Misinya sekarang ada membuat Ulfa jatuh hati bagaimanapun caranya. Sebab, gadis itu telah membuat Bayu terjebak rasa teramat dalam.
Bayu mengangguk sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam kelas. Bel masuk setelahnya berdenting kencang. Yes, you can!
***
Sesuai perjanjian, Bayu dan Ulfa akan pulang bersama. Kedua remaja itu melewati keramaian dengan jemari yang saling bertautan. Mereka menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata karena iri ingin diperlakukan begitu juga.
"Kita langsung pulang atau mau kemana dulu, nih?" tanya Bayu sambil sesekali melirik gadis di sebelahnya. Senyum tipis sengaja ia tebar supaya tambah banyak yang iri.
"Terserah aja, sih. Biasanya lo juga suka nyulik gue." Ulfa menatap Bayu dari samping. Setelah ia kembali menatap parkiran motor yang sebentar lagi akan mereka pijak.
Bayu mengangguk sembari mengulum bibirnya. Ada sebuah rencana yang tiba-tiba melintas. Mungkin sebaiknya ia melakukan hal tersebut.
"Tumben lo kalem banget. Biasanya kayak cacing kepanasan."
Saat melirik Ulfa, yang didapati Bayu adalah tatapan tajam. "Gue emang kalem, ya."
"Hilih, sok banget. Biasanya kayak singa lagi PMS." Pemuda itu menaikkan kedua alisnya. Berniat membuat Ulfa marah untuk mengembalikan kecanggungan yang sempat tercipta.
"Tabok, nih?" Ulfa menaikkan sebelah tangannya. Bayu sepertinya perlu ditabok sesekali biar ngomongnya nggak ngarang terus.
Bukannya takut, pemuda itu malah tertawa kencang. Beberapa orang yang berada di sekitar mereka ikut menoleh karena tawa baru cukup mengundang perhatian.
Bayu menunjuk pipinya sembari mengulum senyum. "Tabok, tabok. Jangan ngomong aja."
Ulfa yang sudah memberikan tatapan nyalang malah menurunkan kembali tangannya. Gadis berkuncir tinggi itu itu menghela napas panjang sebelum akhirnya membuang wajah ke arah lain. Pemuda itu mudah sekali membuat emosinya naik turun.
"Nggak jadi nabok? Tadi kayaknya semangat banget."
Baru saja kalimatnya selesai, Bayu langsung dihujami berbagai pukulan di dadanya. Ulfa memukul Bayu geram dengan tangan terkepal. Gadis itu tidak menghiraukan pekikan mengaduh dan tangan-tangan yang mencoba menghentikan aksinya. Dia terus saja memukul dada Bayu hingga beberapa pasang mata menatap mereka.
"Aduh, duh! Udah, ih, Fa."
Bayu mencoba menangkap tangan gadis itu. Mencekalnya sedikit kuat lalu menariknya hingga Ulfa hampir saja menubruk dadanya. Perlakuan tersebut sukses membuat Ulfa tak dapat bergerak dan malah kembali terjebak di dalam adu bersitatap.
Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sama-sama terkunci pada tatapan masing-masing. Sama-sama berusaha mencari sebuah kejanggalan di dalam mata lawannya. Namun yang muncul hanyalah sebuah kebimbangan rasa.
Kedua remaja yang akhirnya menyadari itu lantas menunduk. Bayu melepaskan cekalan tangannya kemudian suasana kembali berubah canggung.
"Aya? Tadi aku nungguin kamu di depan, loh."
Perhatian Bayu dan Ulfa lantas beralih pada pemuda dengan seragam hampir sama seperti mereka. Perbedaannya hanya pada logo sekolah yang menandakan jika pemuda itu bukan sekolah di situ.
"A-Anda ...?" Ulfa mengigit bibir dalamnya. Gugup seketika menerpa. Harap-harap cemas jika Anda melihat adegan pukul-pukulannya dengan Bayu tadi.
Bayu yang menangkap kegugupan itu kemudian menatap Ulfa yang ada di sebelahnya sebentar. Dia kemudian beralih pada pemuda di depannya yang juga sama menatapnya. Ada tatapan bingung dan ... cemburu?
"Ini ... siapa, Ya?" tanya Anda. Dia menunjuk Bayu lalu menatap Ulfa, menuntut sebuah penjelasan.
Ulfa menghela napas panjang sebelum menjawab, "Emm ... kenalin, Nda, ini Bayu." Gadis itu menatap gugup Anda sebentar lalu beralih pada pemuda di sebelahnya. "Bay, ini Anda."
Kedua pemuda itu saling menatap sebelum akhirnya berjabat tangan. Walaupun tampaknya biasa, Bayu merasakan ada remasan yang Anda buat di tangannya. Terlihat seperti keposesifan terhadap Ulfa yang ternyata dekat dengannya di sekolah.
Anda menatap tajam Bayu sebentar sebelum akhirnya menatap Ulfa. Ia berusaha menarik gadis itu dari sana. Namun, Ulfa malah tak bergeming dengan memberikan tatapan tak terbaca pada Anda.
"Ayo, kita pulang, Ay. Kamu mau ngapain lagi?" Anda tak habis pikir. Sejenak dia menatap Bayu sedikit tajam.
"Emm ... aku udah janjian pulang bareng Bayu tadi," jawab Ulfa yang malah terdengar seperti cicitan. Gadis itu kembali menggigit bibir dalam karena malah membuat situasi mendingin di sekitar mereka.
Ulfa rasakan tatapan Anda mendingin padanya. Setelahnya, genggaman tangan Anda di pergelangannya juga terlepas.
"Jadi ... kamu lebih milih dia daripada aku? Kamu lebih mentingin dia daripada aku yang jauh-jauh balik dari London cuma untuk kamu? Oh, I see. Tempat aku udah tergantikan, kan, sama dia?"
Pemuda yang rambutnya sedikit kecoklatan itu menatap Bayu nyalang sejenak. Menunjuk lantas menatap Ulfa yang perasaannya acak. Gadis itu bingung sekaligus kalut, mengapa Anda seperti ini?
"Nggak gitu, Nda. Kamu---"
"Apa? Sebenarnya kamu memang nggak berharap kalo aku balik, kan?" Iya, kan, Aya?" Anda menekan kata terakhirnya.
Ulfa hanya bisa menggeleng kuat. Lidahnya terasa kelu hanya untuk mengucapkan sebaris kata sebagai pembelaan diri. Bimbangnya terlalu besar untuk memilih. Kedua pemuda di sisinya itu tanpa sadar punya tempat sendiri di hatinya.
"Lo pulang aja sama dia."
Ulfa yang mendengar ucapan dari Bayu itu segera menoleh. Bayu menatapnya teduh sembari memberi kedipan mata tanda percaya. Pelan dan cepat, Ulfa merasakan jika tangannya digenggam sebentar.
"Ya udah. Ayo, pulang, Ya."
Setelahnya, gadis itu merasakan tangannya ditarik. Seiring dengan itu, tubuhnya juga mengikuti kemana yang menariknya membawa. Yang aneh adalah, saat tatapan kedua remaja itu tak kunjung terlepas walaupun jarak mereka sudah cukup jauh.
Bimbangnya semakin menjadi. Setengah hatinya memilih Anda sedangkan yang lain malah ingin menggapai Bayu. Ada apa dengan hatinya? Mengapa bisa-bisa rasa egois ini datang?
Sebelum keluar dari pelataran sekolah, Anda menatap ke belakang sebentar. Memberi Bayu tatapan tajam sejenak lalu merengkuh Ulfa agar tak terus-terusan menatap ke belakang. Keposesifannya keluar dan membuat Ulfa tak akan dibagi dengan siapapun. Hanya miliknya, hanya Anda.
Bayu menatap kepergian Ulfa dengan tatapan hampa. Dia merasa sesak. Ada yang retak di dalam sana saat tangan gadis itu digenggam orang lain. Jejak kepergian itu menyisakan sebuah nyeri di rongga dadanya.
Bukannya mengeluarkan motornya dari parkiran dan pulang, pemuda itu malah memutar arah. Kakinya melangkah menuju balik ke dalam sekolah. Lebih tepatnya menuju kelas. Entah apa yang akan Bayu lakukan. Namun yang pasti, dia hendak membuat nyeri di hatinya sedikit mereda.
Sesampainya di depan kelas, dia mendapati seorang pemuda yang tengah memainkan ponselnya duduk di bangku panjang depan kelas. Bayu tahu dia siapa. Pacarnya Bila yang waktu itu dia temui saat jalan-jalan ke pasar malam.
Bayu lebih memilih tidak memerdulikan. Toh, nanti pemuda itu juga langsung pergi bersama Bila saat si pacar sudah selesai piket. Pemuda dengan tas yang disampirkan ke bahunya itu kemudian duduk di samping Asa. Membuat sedikit jarak agar pemuda itu tidak menyadarinya. Ia mulai merenung di sana, menatap tanaman hijau yang tersusun di dalam pot di depannya.
"Eh, lo Bayu, kan? Kok nggak pulang bareng Ulfa?"
Asa yang baru menyadari kehadiran Bayu, langsung menyimpan ponsel di sakunya. Menggeser posisi duduknya agar lebih dekat pada Bayu lalu menepuk pelan pundak pemuda itu.
Bayu bahkan tak bergeming barang sejenak. Yang Asa dengar hanya berkali-kali helaan napas panjang. Dia langsung tahu jika Bayu pasti punya masalah. Dan yang pasti, itu adalah masalah hati.
"Lo kenapa? Cintanya baru ditolak?" tanya Asa. Tanpa basa-basi dan pas sekali membuat Bayu langsung menoleh.
Bayu menggeleng pelan. "Yang bener digantung."
Dia pikir Asa mungkin akan tertawa kencang. Namun nyatanya, Bayu hanya mendengar helaan napas panjang dan tepukan pelan lagi di bahunya.
"Bro, retak boleh, sakit boleh, jatuh juga boleh. Tapi ... yang paling penting itu perjuangan nggak boleh putus. Kalo lo beneran sayang sama dia, buktikan. Cewek itu nggak butuh kata manis, dia butuh tindakan pasti." Asa tersenyum dia akhir kalimatnya.
Bayu berpikir sejenak. Benar juga. Sejauh ini pembicaraan Asa sedikit menarik walaupun pemuda itu tidak terlalu mengenal pacarnya Bila ini.
"Bukannya gue sombong, tapi gue baru bisa naklukin Bila yang gesrek itu hampir setahun. Gue nggak pernah nyerah, karena gue tau kalau sayang gue beneran tulus," lanjutnya. "Mungkin lo berpikir kalo cewek itu suka sama orang lain, deket sama orang lain, bahkan kemungkinan besar bakal jadi milik orang lain. Tapi lo mungkin lupa satu hal, kalo lo punya tekad, apapun bisa lo dapat. Bahkan cewek yang udah punya suami pun bisa lo sikat kalo punya niat."
Asa tertawa sebentar. Terdengar sedikit menenangkan untuk Bayu. "Intinya itu aja, sih. Jangan cepat putus asa. Kalo hati butuh istirahat, kasih dia waktu."
Pemuda itu bangkit sebelum memberikan tepukan beberapa kali di bahu Bayu. Asa masuk ke dalam kelas dan kembali menyisakan Bayu dengan pikiran berkerumulnya.
Bayu kembali merenung. Sepertinya perkataan Asa ada benarnya juga. Jika Ulfa memberinya harapan dan berbalik saat pergi, itu artinya harapan masih sangat besar. Kalau pun nantinya Anda dan Ulfa benar-benar jadian, setidaknya Bayu masih memegang harap itu.
Yang terpenting adalah, tetap berjuang walaupun pecahan kaca tak kunjung berhenti menggores hatinya.
***
[25/07/20]
To be continued.
Kalau disuruh milih antara Anda dan Bayu, kalian pilih mana, nih?
Kalo aku mah sama Bang Asa aja, awokawok
Bila mau kutikung. Soalnya Bang Asa gemesin, wkwkw
Love to see you next part! 🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top