24 - Di Antara Dua
Suara alarm yang berbunyi membuat pemilik kamar berwarna abu-abu mengeliat kemudian berteriak seraya merenggangkan otot-ototnya. Bayu memegang kepalanya yang terasa berat. Ternyata dirinya ketiduran hanya memikirkan serpihan-serpihan hitam putih yang terlihat aneh.
Bayu bangkit dari tempat tidurnya dan lalu masuk ke kamar mandi.
Sedangkan di tempat lain, Ulfa dan Anda tengah tertawa di depan rumah gadis itu. Padahal keadaan masih pagi. Kedua remaja itu sibuk menertawakan hal yang lucu di ponsel Anda.
Dengan manis Anda mengusap rambut panjang Ulfa membuat sang empu terdiam. "Udah lama, ya, Ay, kita nggak ketawa kenceng gini. Kangen banget sama suasananya. Lima tahun berasa lima abad, Ay."
Anda terkekeh mendengar penuturan dirinya sendiri. Lima tahun berasa lima abad, lebay sekali dirinya ini.
Ulfa menggengam tangan Anda yang kini beralih memegan pipinya. "Tau nggak?" Anda menggeleng membuat Ulfa merengut kesal. "Ish, ya udah, deh, nggak jadi." Ulfa memalingkan wajahnya.
Anda tertawa melihat tingkah sahabatnya. Masih tertawa, pemuda yang juga telah berseragam itu berjongkok dan memasangkan sepatu sekolah Ulfa di kaki Ulfa. Bak Cinderella yang dipakaikan sepatu kaca oleh pangeran. Ulfa menunduk dan mengulum senyumnya.
"Udah jangan ngambek lagi, yuk aku anterin ke sekolah." Hangat. Itu yang Ulfa rasakan. Genggaman Anda yang tidak pernah berubah. Ulfa hanya mengikut dan dipastikan ia sudah berteriak di dalam hati sana. Oh, meleleh jika Ulfa diibaratkan dengan lilin.
Hanya beberapa menit yang mereka habiskan untuk menuju sekolah. Banyak pasang mata yang melihat Ulfa dan Anda. Lebih tepatnya mereka fokus ke Anda yang amat tampan ini. Banyak juga bisikan yang didengar Ulfa sampai ia memutar bola matanya.
"Aku pergi, ya. Nanti kalo udah pulang sekolah, aku jemput. Oke?" Ulfa mengangguk sebagai jawaban.
"Daahh!" Anda menyempatkan mengacak rambut Ulfa kemudian pergi dari perkarangan sekolah.
Ulfa berjalan di koridor. Sekali-sekali matanya menatap tajam pada mereka yang mengosipinya.
"Bukannya dia deket sama Bayu?"
"Lah iya."
"Kasian Bayu, di PHP-in."
"Duh Bayu. Gantengan Bayu juga."
"Duh kalian, bisa aja itu ojek online kan."
Ulfa mendelik mendengar satu siswa yang menyebut Anda sebagai ojek online. Ulfa menghentikan langkahnya dan memutar balik badannya.
"Enak banget ngatain temen gue tukang ojek. Muka lo, tuh, kayak stang ojek."
Setelah mengatakan itu, Ulfa langsung pergi meninggalkan beberapa murid yang tadi bergosip tentang dirinya. Bisa dikatakan ucapan Ulfa tadi sangat pedas, tapi toh, mereka yang mulai. Jadi nggak pa-pa, pikirnya.
Ulfa yang baru sampai kelas menyipitkan sebelah matanya menatap kedua sahabatnya yang kini ikut menatapnya juga. Ulfa melangkah menghapiri dua cunguk di kursinya.
"Kenapa lo pada?" Ulfa membanting tasnya begitu saja membuat beberapa siswa yang ada di kelas terperanjat kaget. Ulfa hanya menyengir tanpa merasa bersalah.
"Tumben lo nggak sama Bulepotan?" tanya Bila. Lebih tepatnya mengintimidasi Ulfa.
Ulfa memutar matanya malas. "Emang gue pernah sama dia berangkat sekolah?" Keduanya menggeleng.
"Lah, napa lo aneh, kalo hari ini gue nggak sama dia? Emang tiap harinya gitu, kan?" tanya Ulfa balik. Keduanya kembali mengangguk.
Ulfa langsung duduk di bangkunya. Tak berselang lama, Bayu masuk dengan menenteng tas ranselnya. Dengan baju yang tak dimasukkan. Membuat Anggi dan Bila menatap Bayu tanpa kedip.
"Nggi, kok gue baru tau, ya, Bayu ganteng?" tanya Bila setengah sadar.
"Iya, gue juga," timpal Anggi yang sama seperti Bila. Ulfa yang mendengar ucapan mereka langsung melihat Bayu yang masih berjalan dengan tebar pesonannya.
"Iya, tau gue ganteng," celetuk Bayu membuat ketiganya tersentak.
"Najong!" Ulfa mengalihkan pandangannya ke bawah, kembali membaca novelnya. Lebih tepatnya pura-pura. Sedangkan dua cecunguk hanya tersenyum kikuk.
Bayu hanya mengangkat bahunya acuh kemudian menunggu guru yang masuk ke dalam kelas mereka.
"Judis, tadi yang nganter lo siapa?" Sekian lama ia menahan pertanyaan ini, akhirnya tercetus sekarang. Jangan tanyakan ia tahu dari mana. Sebenarnya tadi ia ada di sana, tepatnya di pos satpam. Jadi ia tahu siapa yang mengantar Ulfa.
Ulfa menoleh. "Anda."
Bayu mengangguk dan tak ingin menanyakan apapun lagi.
Tak menunggu lama, guru yang dinantikan masuk ke dalam kelas mereka dengan kaca mata tebal yang tak pernah lepas dari tempatnya. Ms. Faza, guru Bahasa Inggris.
Mereka memulai pelajaran membuat Ulfa menggeram malas. Pelajaran paling anti baginya. Rasanya otak sudah ingin melepuh menampung jenis rumus untuk kaliamat yang berbeda. Dia butuh penyegar sepertinya.
Ulfa menoleh ke samping melihat Bayu yang terlihat santai mengerjakan tugas tanpa merengut. Tak seperti dirinya. Bayu yang merasa diperhatikan ikut menoleh. Jadilah mereka beradu pandang. Mata yang masih sama, menghanyutkan. Ulfa yang sadar pandangan ini tak layak dilihat beberapa murid akhir dengan cepat ia memutuskan kontak pandang ke Bayu.
"Bay, nyontek dong," cicit Ulfa yang hanya bisa didengar oleh Bayu.
"No! Kerjain sendiri, lah," jawab Bayu seraya menulis sesuatu di kertasnya. Tangan kirinya yang ia fungsikan untuk menutupi buku tugasnya berharap Ulfa tak melihat.
"Bay, plisss ..., yaaa ... yaaa .... Tapi jangan bilang Ms. Faza." Ulfa mengedip-kedipkan matanya pertanda memohon.
"Ogah, gue mah mau bilang! Soalnya lo curang." Bayu yang berancang-ancang ingin berteriak tapi ditahan oleh Ulfa.
"Bay!" Ulfa mendelik tapi hanya dapat gelengan dari Bayu.
"Bodo!" Oke, Ulfa pasrah. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam. Bayu menyeringai.
"Miss!" panggil Bayu seraya mengangkat tanganya. Ulfa sudah meremas roknya kuat. Pasrah lah sudah. Kalo berurusan dengan Ms. Faza pasti tidak tanggung-tanggung.
"Kenapa?" jawab Ms. Faza dengan ketus.
"Ini kalo ...." Bayu menggantungkan ucapannya. Melirik sekilas ke Ulfa.
"Kalo apa? Bicara jangan setengah-setangah!"
"Kalo saya mau ke toilet. Bentar kok, Miss." Bayu tertawa dalam hati.
"Ya udah, sana!" Bayu mengangguk.
Sebelum berdiri, Bayu membisikan sesuatu ke telinga Ulfa membuat gadis itu mencubit kuat lengan Bayu. Bayu menahan pekikannya dan langsung keluar dari kelas.
Ulfa dengan cepat mengambil buku tugas Bayu dan langsung menyalin. Sebelum menyalin, ada satu kertas berisi tulisannya membuat ia bersorak dalam hati kemudian mendelik setelah membacanya.
Noh, contekin, dah. Ikhlas gue. Tapi nanti kumpulin, ya. Gue nggak balik. Otak gue mau melepuh rasanya. Bye, gebetan!
Ulfa menyalin tanpa sisa satupun dengan lihainya.
Tak lama menyalin, akhirnya bel istirahat berbunyi, mereka dengan cepat mengumpulkan tugas begitupun dengan Ulfa. Ms. Faza keluar diiringin Anggi, Bila, dan Ulfa yang ikut keluar kelas juga.
"Kalian duluan aja, ya, gue mau nyari si Songong, ada perlu soalnya," ucap Ulfa ke dua cecunguk.
"Urusan hati, ya?" celetuk Anggi membuat Bila mengangguk girang.
"Ngacooo lo pada! Daahh!"
Ulfa berjalan meninggalkan dua cecunguk yang tengah berbincang menatap punggungnya yang mulai menjauh.
📌📌📌
Di lain tempat, Bayu yang tengah duduk di bawah pohon belakang sekolah tengah merenung. Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Di mana seorang gadis yang ia suka diantar oleh seorang pemuda yang kelihatannya begitu akrab dengan Ulfa.
Semilir angin membuatnya nyaman bersandar di balik pohon. Memainkan ranting-ranting kecil yang berjatuhan.
"Apa itu pacarnya?" Bayu bermonolog seraya memotek ranting-ranting yang ia pegang tadi.
"Ah, masa iya? Terus siapa dong? Akrab banget lagi," gerutu Bayu yang entah mengapa tak terima dengan perilaku pemuda tadi.
"Gue cariin juga dari tadi!" Bayu menoleh ke asal suara. Mendapati Ulfa yang tengah berkacak pinggang.
Bayu bangkit, mendekat ke arah Ulfa menyisakan jarak yang sangat dekat. "Ngapain emangnya? Kangen?"
Ulfa yang mendengar itu mempraktekan gaya ingin muntah. "Najis, Ya Allah. Gue mau ngomong sama lo."
"Ya, tinggal ngomong aja."
Ulfa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Emmm anu ... gue mau bilang makasih sama lo. Udah mau nyontekin, heheh." Mengapa Ulfa seperti orang yang malu? Bukannya ia sering tak tahu malu?
Bayu tertawa kencang kemudian mengacak rambut Ulfa asal. "Sejak kapan lo tau terima kasih?" ledeknya membuat Ulfa mencebik kemudian memukul lengan kekar Bayu dengan kuat.
"Dih, enak aja. Gini-gini gue tau terima kasih, ya!" Bayu mengangguk mengiyakan saja.
"Cuman ini yang mau lo omongin?"
Ulfa mengangguk. "Emangnya mau lo apa lagi?"
"Ya, mana tau lo datang nyamperin gue mau nyatain perasaan lo juga, kalo juga suka sama gue. Atau nembak gue gitu," ucap Bayu membuat Ulfa mengernyit.
"Emang sejak kapan lo nyatain suka sama gue?" Pertanyaan Ulfa barusan semakin membuat Bayu ingin mendapatkan Ulfa. Apakah ini kode dari Ulfa?
"Sekarang. Gue suka sama lo, lo suka nggak sama gue?" ucap Bayu dengan frontal tanpa basa-basi.
Ulfa mendelik. "Nggak."
Satu kata yang keluar dari mulut Ulfa membuat Bayu terdiam.
Ulfa kemudian melangkah, baru beberapa langkah ia memutar tubuhnya ke arah Bayu. "Gue nggak bisa jamin bakal suka sama lo juga. Tapi gue harap lo nggak mundur ketika tadi gue bilang enggak. Karena gue bisa berubah kapanpun dan bisa suka sama siapapun."
"Apakah termasuk gue?" Pekikkan yang berupa pertanyaan membuat Ulfa memekik juga.
"Nggak tau!" Kemudian Ulfa pergi meninggalkan Bayu yang melongo tak percaya.
"Gue digantungin dong?"
📌📌📌
Ulfa berjalan di koridor, jari jemarinya sibuk meremas dasi yang tak bersalah itu. Pikirannya tertuju pada Bayu dan perkataannya tadi. Ia seperti memberi harapan yang Ulfa sendiri tak tahu itu nantinya akan jadi harapan semata dan malah menyakiti atau menjadi sebuah kenyataan yang membuat keduannya bahagia.
Di perjalanan, Ulfa ingat bahwa ia ada janji dengan dua cecunguk di tempat biasa. Rooftop yang sering mereka kunjungi. Ulfa menaiki satu persatu tangga yang berdebu, yang mungkin tak pernah disapu. Tapi tempat ternyaman untuk menjernihkan pikiran.
Sampai di atas, matanya sudah menangkap Anggi dan Bila tengah berbincang seraya makan ciki yang tadi mereka beli.
"Maap, ye, lama."
"Udah jamuran kita di sini Juminten!"
Tak ada jawaban yang keluar lagi dari mulut Ulfa, Bila dan Anggi saling pandang dan menatap Ulfa yang termenung.
"Kenapa lo?" Ulfa menggeleng. Ia masih menikmati angin yang menerpa kulit mulusnya.
"Bayu?" Tebakan Anggi membuat dirinya menoleh. Anggi dan Bila menyeringai kala tebakan Anggi benar.
"Udah cukup lo patah hati. Udah cukup lo nunggu. Yang patah bakal tumbuh. Yang sedih berhak bahagia, termasuk lo. Ada Bayu, Fa, di depan mata lo. Dan keliatannya dia suka sama lo. Sampai kapan lo nunggu Anda? Bayu pantas menyembuhkan patah hati lo terhadap Anda."
Kata bijak yang keluar dari mulut Bila membuat Ulfa terdiam. Hingga ucapan dari Bila membuat ia tercengang.
"Gue udah nggak nunggu lagi karena Anda balik."
"Serius lo?" ucapan serempak dari Anggi dan Bila membuat Ulfa menutup telinganya.
Ulfa mengangguk dan kemudian menceritakan kejadian kemarin dimana Anda menemuinya, lebih tepat datang ke rumah pohon mereka. Menceritakan bahwa ia memeluk Anda dengan erat kemudian mengantarnya tadi ke sekolah.
"Jadi yang nganterin tadi Anda?" Ulfa mengangguk lagi.
"Bakal ada, nih, nanti drama 'dilema cinta segitiga' terus yang satunya ngalah dan tersakiti." Anggi dan Bila tertawa setelahnya.
"Tau, ah, pusing!" Ulfa bangkit dan turun ke bawah meninggal dua cecunguk itu.
"Kayaknya bakal ribet." Anggi menggeleng samar. Menatap kepergian Ulfa tak habis pikir.
***
[22/07/20]
Uhuk. Drama cinta segitiga resmi dimulai! Awokawok.
Kalian timnya siapa, nih?
Ulfa Bayu
Atau
Anda Ulfa
Aku mah sama dia aja, wkwkw.
We need your love. See yaaa! 🖤
Maakkk mari-ngopi... aku memanggilmu. :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top