06 - Sabar, Ini Cobaan
"Memangnya, Bayu mirip siapa, sih?"
Kalimat yang keluar dari bibir Bila membuat Ulfa kembali memutar otaknya. Apakah ia harus cerita soal Anda kepada Bila? Ia rasa belum saatnya.
Ulfa berdehem. "Sahabat kecil gue yang udah lama nggak balik ke Indonesia."
Bila lantas tertawa kencang, membuat Ulfa berdecak malas.
"Ya Allah, Ulfa yang cantik dan manis, kan udah gue bilang, di bumi itu ada 7,4 milyar manusia. Jadi mungkin si Bayu itu adalah salah satu dari orang yang punya muka mirip dengan orang yang pernah lo kenal.
"Apalagi yang lo bilang barusan, sahabat kecil lo? Yaelah, Fa. Lo umur berapa? Terus sahabat lo itu, berapa tahun nggak lo jumpai? Pasti wajahnya berbeda, lah. Terus dia keluar negeri? Nah, pasti wajahnya ada bule-bule gitu," kata Bila.
"Bulepotan," sambungnya lagi.
Bila kembali memakan cokelatnya. Sesekali ia menggeleng dengan sikap sahabatnya yang satu ini. Ada-ada saja, pikirnya.
Ulfa memutar bola matanya. Tapi benar juga, miliyaran manusia nggak mungkin si Bayu songong itu sahabat kecilnya.
"Ye juga, Jaenab. Tumben otak lo maju," ucap Ulfa yang sekarang bergantian menjadi terkekeh.
"Gada akhlak!" Bila langsung bergegas pergi membuat Ulfa tertawa kencang dan langsung menyusul gadis itu.
📌📌📌
Pulang sekolah hari ini dibantu dengan teriknya matahari yang langsung menyorot ke ubun-ubun. Ulfa mengeratkan kardigan hitamnya yang melengkat di tubuh.
Sudah menjadi rutinitasnya menunggu supirnya di halte. Supir bis lebih tepatnya. Jangan tanyakan ke mana Bila, sudah pasti ngacir duluan bersama pacarnya.
Beberapa kali ia melihat arloji hitamnya yang terus berputar. Lingkungan juga sepi. Hanya beberapa orang yang lewat membuat dirinya sedikit takut.
Pluk.
Dia merasakan sebuah ranting kecil kini mengenai punggungnya. Ulfa melihat ke belakang untuk mengetahui siapa pelaku yang melempar, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada orang.
Mengabaikan, ia kembali menatap lurus ke depan seraya celingak-celinguk menunggu bis.
Pluk.
Lemparan itu lagi membuatnya menggeram. Rantingnya bukan satu lagi, tapi sudah ada beberapa patahan-patahan yang mengenai rambut, tas, dan punggungnya.
Dengan tatapan tajam, ia memutar badannya menghadap belakang skat halte.
"Maju nggak lo!" hardik Ulfa.
Sedangkan yang ditantang seperti itu langsung keluar dari persembunyiannya dengan tawa terbahak. Ulfa semakin menggeram ketika mengetahui yang menjahilinya adalah Bayu.
"Gitu aja ngamuk lo. Cemen!" Bayu menjulurkan lidahnya.
Dengan cepat ranting yang masih gadis itu pegang, dilemparkan ke wajah Bayu. Membuat sang empunya memulai aksinya.
"Aduh mata gue, lepas!" Bayu memegang sebelah matanya membuat Ulfa yang tadi menatap nyalang, berubah panik.
"Eh, Gila! Yakali mata lo lepas dilempar gitu aja. Nggak kena mata juga!" Ulfa mendekat berusaha memastikan.
"Serius mata gue. Ganti rugi, nggak mau tau!" Tiba-tiba Bayu mendudukan dirinya di bangku halte seraya memegang matanya.
Ulfa mendekat dan langsung memegang bahu Bayu. "Eh serius? Mata lo lepas? Gue ganti mata kambing mau, nggak?" ucap Ulfa polos.
Bukannya marah, Bayu kembali tertawa seraya melepaskan tangannya dari mata.
"Monyet! Nipu!" Ulfa memukul lengan Bayu dengan keras membuat yang punya lengan meringis.
"Sakit, Bego!"
"Bodo amat! Lo lagi, siapa suruh nimpuk gue pake ranting-ranting ini? Murid baru aja songong. Dasar, sisong!" ucap Ulfa seraya melemparkan tatapan nyalangnya.
"Sisong?"
"Hooh. Si songong!"
"Daripada lo, judis!" ucap Bayu tak mau kalah.
"Apa judis?"
"Judes iblis!" Bayu memeletkan lidahnya kembali.
Ulfa membelalakkan matanya. Berani sekali pemuda ini mengatainya. Ucapannya yang ingin ia lontarkan tertunda ketika sebuah bis yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Tanpa mau berlama-lama dengan Bayu, bis yang berhenti di hadapannya langsung ia masuki. Karena bangku semua terisi, mau tak mau Ulfa berdiri dengan gantungan sebagai alat untuknya berpegangan.
Yang tadinya ia bernapas lega karena ia pikir pemuda itu tidak bersamanya lagi, tapi pikirannya salah, Bayu juga ikut naik ke dalam bis bersama dirinya.
"Lo apa-apaan sih, ha? Tadi lo ganggu gue, sekarang lo ngikutin gue! Mau lo apa?" pekik Ulfa tanpa sadar membuat seisi bis meliriknya heran.
"Lo!"
Satu kata yang keluar dari mulut Bayu membuat Ulfa membeku. Bayu yang mengucapkan itu juga terheran, mengapa dirinya bisa berucap seperti itu.
"Eh, maksud gue, ini bis bukan punya bapak lo, yang sesuka lo bisa milih siapa yang bisa masuk. Bapak supirnya b aja tuh!"
Ulfa tak mau menjawab lagi, ia langsung melengos menatap arah lain. Sesekali ia tersenyum kikuk melihat beberapa ibu-ibu tersenyum menggoda kepadanya.
Entah mengapa Bayu tersenyum sendiri melihat gadis yang ia juluki, 'judes iblis' itu. Sebenarnya, ia membawa motor ke sekolah tadi. Akan tetapi, ketika gadis yang ia usili ini menaiki bis, membuatnya juga ingin mencoba menaiki.
Ulfa yang merasa diperhatikan langsung menoleh menatap Bayu. Kini pandangan mereka bertemu. Bertubruk antara mata hazel dan mata hitam pekat.
"Tau gue ganteng," cetus Bayu dengan wajah yang dibuat se-cool mungkin.
Ulfa yang mendengar itu ingin sekali memuntahkan isi perutnya. Sayangnya, ia belum makan, jadi tak ada yang bisa muntahkan.
"Najis!"
"Eh, gue mau nanya, kenapa lo lancar banget Bahasa Indonesia? Bukannya lo orang Inggris?" tanya Ulfa yang sebenarnya penasaran kepada Bayu yang sangat lancar dalam berbahasa Indonesia.
"Gini-gini gue asli Indonesia, ya. Ya bisalah gue bahasa Indonesia. Gue cuma ngikut orang tua gue," balas Bayu.
"Terus, lo ngapain balik ke sini lagi, sih? Elah, udah bagus di sana aja,"
"Dih, judis kepo! Suka-suka gue, lah mau di sini kek, mau di sana kek."
Ulfa berdecak malas. Karena tingkat keponya semakin bertambah akhirnya ia mencoba bertanya lagi.
"Eh, serius, emang lo ngapain si di sini? Bukannya di Inggris enak?" tanyanya lagi.
"Dih, kepo lagi. Ya, gue balik karena mau je--" Ucapannya terpotong ketika kenek bis berbicara.
"Mbak yang seragam SMA mau turun di sini, kan?"
Ulfa yang melihat sekitar langsung mengangguk. Tanpa mau berpamit kepada Bayu, ia langsung turun sambil tersenyum kepada ibu-ibu yang menatap dirinya.
Bayu yang melihat gadis itu turun tanpa pamit kepadanya hanya bisa menggeleng dan tersenyum. Senyum yang diukir Bayu tak luput dari pandangan ibu-ibu berambut bob yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Calon pacar, ya, dek?" tanya Ibu itu membuat Bayu menoleh menatap si ibu.
"Maybe, Bu."
Si ibu yang mendengar ucapan Bayu melotot dan berdiri dari duduknya. "Apa kamu bilang? Saya babi?"
Bayu kaget ketika ibu itu bilang seperti itu. Ia hanya mengucapkan maybe bukan babi, lantas kenapa si ibu ngamuk?
"Bukan bu. Bukan babi," ucap Bayu yang menghindar ketika si ibu sudah melepas sebelah sepatunya.
"Kamu bilang babi ke saya! Masih mau ngelak? Sini kamu!"
Tanpa pikir panjang, Bayu langsung loncat dari bis yang mengendarai dengan kecepatan sedang. Semua yang melihat kejadian itu terbahak. Sedangkan Bayu terjungkal ke rerumputan di samping trotoar.
"Budek banget, sih, babi!" ucap Bayu yang melihat sikutnya mengeluarkan darah.
"Lo, sih, Judis! Gara-gara lo gue masuk bis itu, ketemu babi, kan jadinya!"
Setelahnya, ia malah tertawa sendiri. Ah, sepertinya menjahili gadis itu besok juga pasti seru.
***
[20/05/20]
To be continued.
Hola, hola, aloha! Yuhuuu!
Cerita ini beda! Beda, lah, pokoknya sama yang lain.
Intinya tetap aku sayang kamu aja, wkwk.
Dah, ah. Hope you like our story :)
See yaaa! 🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top