35. Kamu Membenciku

Kamu terbangun, sudah kali keempat malam ini. Kamarmu rasanya nyaman, tidak dingin maupun hangat; sangat cocok untuk mengunjungi alam mimpi.

Akan tetapi, kamu terbangun, sudah kali keempat malam ini.

Kamu melirik ke nakas yang ada di samping kiri ranjang, mendapati jam analogmu telah menunjukkan pukul tiga pagi. Namun, ketika kamu menoleh ka arah jendela yang sengaja tidak kamu tutup dengan tirai, kamu mendapati hujan di luar sana ternyata terlihat deras.

Suara rintik-rintik hujan terdengar mengetuk jendela kamarmu, begitupun dengan suara butiran-butiran itu yang jatuh ke tanah, beribu-ribu jumlahnya, membuatmu mendengar suara paling menenangkan yang pernah kamu dengar.

Kamu melirik ke arah pintu kamar, membelalakkan mata lalu kembali tertidur dengan cepat, menutup kepala menggunakan selimutmu yang tipis. Napasmu kini berubah tidak karuan, cengkeraman pada ujung selimut yang menutupi kepalamu kini semakin kencang.

Tanganmu bergetar, dadamu naik turun, perutmu kembang kempis, mulutmu terbuka separuhnya.

Kamu ketakutan.

Kenapa?

Napas yang memburu itu kaucoba kontrol, tetapi hasilnya nihil. Kamu masih kesulitan untuk tetap santai, tetapi selimut yang menyelimuti kepalamu itu akhirnya kausingkap juga.

Kaulirik kanan dan kiri, seolah was-was dengan apa yang ada di kamarmu. Kamu memang sering merasakan kengerian dan ketidaknyamanan setiap pukul tiga pagi, tetapi hari ini sepertinya jauh lebih parah.

Kamu mengembuskan napas yang panjang walau pelan. Lalu, kamu kembali menyapu kamar dengan pandanganmu; kedua alis saling bertemu, membuat dahimu yang mulus menampakkan kerutan.

"Aku tidak tahu sejak kapan dia selalu muncul dalam pandanganku," gumammu kepada udara gosong.

Sekali lagi, kauembuskan napas panjang yang sangat pelan. "Aku ingin berhenti menatapnya; ingin berhenti memikirkan tentangnya. Namun, apakah aku bisa? Aku orang yang terlalu sentimental; orang yang terlalu menyayangi orang lain."

Sebutir air asin menampilkan dirinya pada pelupuk matamu. Kamu tersenyum, tetapi akhirnya bibirmu yang pucat bergetar, kemudian senyuman itu kini berubah terbalik.

"Aku merindukan keberadaannya, bagaimana dia bisa mengasihiku; bagaimana dia menghargai semua perbuatanku; bagaimana dia tahu harus bertindak; bagaimana aku merasa nyaman dalam dekapannya.

"Mungkin ... mungkin aku terlalu merindukan orang seperti itu dalam hidupku. Mungkin ... hanya dia lah yang mampu menenangkanku. Namun, bulankah itu egois?

"Bukankah menginginkan hal-hal seperti itu egois?"

Kamu mengelap air mata yang membasahi pipi dengan ujung baju. Lalu, kamu memeluk diri sendiri dan terisak selama beberapa menit sebelun akhirnya kembali melirik ke jendela.

Hujan masih turun ke bumi.

Kamarmu kini terasa lebih dingin dari ketika kamu pertama kali terbangun.

Kamu melirik ke arah pintu kamar. Tersenyum tipis sambil berkata, "Kamu hanya imajinasiku saja, 'kan, Shaun? Kamu tidak seharusnya berada di sini. Lalu, mengapa aku terus menerus melihatmu?"

Mungkin, karena aku juga belum bisa melepaskanmu, Karoline.

***

Didedikasikan untuk @Blackpandora_Club

PoV 2 Aku yang menceritakan si Kamu.

423 kata.

NDA TAW KEY BINGUNG

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top