Part 35 | Games
updated nih🤘
_______________
Oh, begitu...
Reaksinya setelah tahu kenapa Taeyong nggak jadi balik malam ini— maunya besok. Dia datang ke New York karena acara kantor cabang, tapi dibalik itu ada pertemuannya bersama perempuan cantik. Mereka kelihatan akrab mengobrol berdua mengabaikan rekan lainnya.
Jisoo sempat curiga, mereka jangan-jangan ada something. Niatan mau mengadu pupus setelah samar-samar mengingat sepuluh daftar perempuan—yang katanya daftar calon jodoh Taeyong—perempuan cantik bertubuh seksi bak model dewasa itu ada dalam daftar. Jisoo memastikan sendiri via ponsel. Dia menyimpan sepuluh daftar itu di ponselnya dalam bentuk PDF.
Kyungri namanya. Menduduki posisi ketiga teratas. Tertera sedikit biodata tentangnya, memang benar, dia dulu seorang model yang ternyata anak orang kaya, tinggal di Amerika sejak terjun dunia model. Setelah diteliti lagi, perempuan itu pernah bekerja sebagai model underwear Victoria Secret.
Wow!
Jika Seulgi pure cantik nan manis, maka Kyungri kebalikannya. Dia cantik super seksi. Pantes sih, boss Lee betah ngobrol sama Kyungri.
“Stop!” Ten berteriak mengejutkan dia yang hampir minum segelas wine untuk kedua kali. “Kamu mabuk sekarang, gak asyik!” katanya sedikit membingungkan.
Kebetulan acara kantor disediain wine harga mahal. Jisoo tak mau melewatkan nikmat yang didapatkan selama di New York.
“You should join our game,” katanya.
“What's game?”
Ten menyeringai. “Eighteen-eighteen plus.”
“What the hell is that?”
Lalu dia tertawa sembari meraup lengan perempuan yang berstatus sebagai sekretaris Lee Taeyong. Ten mengajaknya keluar dari acara, membawanya ke satu tempat yang ternyata ada empat orang—termasuk Yuta—duduk di kursi masing-masing.
“Kamu harus ikut dan nyobain game yang kita buat ... berapa tahun, John?”
Johnny—si pria tinggi—menjawab, “Empat tahun.”
Wow, lama juga.
“Ini game iseng-iseng,” bisik si cantik berwajah oriental. “Aku Bona,” senyumnya begitu cantik, Jisoo sekali terpana melihatnya, “dia Scoups” Mengenalkan pria tampan di sampingnya.
Jisoo bergantian menyapa mereka semua, tak lupa mengenalkan diri.
“Aku tahu kamu dari Yuta,” ujar Scoups melirik Yuta. Jisoo pun ikut melirik ke temannya yang daritadi diam mendengarkan.
“Oke, berhubung ada Jisoo,” sela Ten seolah ingin mengawali game mereka, “Jisoo, kamu bisa berpasangan sama Yuta.” Lantas memintanya duduk di samping Yuta.
Jisoo menurut, tapi meminta Ten agar menjelaskan permainan apa yang akan mereka mainkan.
“Eighteen-eighteen plus” begitulah nama game yang mereka buat sejak empat tahun. Ten menjelaskan bahwa game sangatlah simple, hanya butuh nyali besar tanpa punya rasa malu. Akan ada botol yang mereka putar di atas meja. Jika botol berhenti di depan peserta game, mereka harus siap menerima tantangan dari si pemutar botol pertama.
Untuk tahu pemutar botol pertama, dilakukan lebih dulu suit berkelompok. Game tak jauh beda dari truth or dare, hanya saja lebih ke dare—tantangan tanpa truth. Dan tantangannya yang mereka lakukan tak se-simple itu. Dibutuhkan nyali besar tanpa punya rasa malu, karena tantangan mereka selalu berbau 18+. Well, mereka melakukan game secara berpasangan untuk menjaga kenyamanan antar pemain.
Itulah mengapa nama game mereka eighteen-eighteen plus.
Paham jenis game apa yang mereka mainkan, Jisoo terdiam berpikir serius.
“Yuta sudah dua kali ikut.”
“Really?” Dia menatap Yuta tak percaya. Belum ada satu minggu temannya ini di New York, dia sudah ikut game berbau dewasa.
“Gak perlu takut. Hanya eighteen plus.” Tetap saja berbau 18+.
“Oke!” Lain di kepala, lain di mulut. Yuta sudah menebak Jisoo pasti ikut. Temannya ini terlalu kepo dan mudah tertantang sama hal baru.
Keempat orang itu menggulum senang. Ten membuka game yang sudah dimainkan selama empat tahun selama bekerja di sini. Bona sempat memberitahu game ini sudah menjadi game wajib karyawan, semua gara-gara mulut Ten dan Johnny yang ember.
Setelah melakukan gunting batu kertas secara perwakilan, Johnny-Ten orang pertama yang akan melakukan pemutaran botol.
Jisoo sudah was-was botol berhenti di depan dia bersama Yuta. Beruntung botol berhenti di depan Scoups dan Bona. Johnny menyeringai; Ten tertawa bak pria mesum. Mereka saling berbisik berbagi ide, tak lama Ten memberitahu tantangan apa yang harus dilakukan oleh Scoups-Bona.
Ketika Bona membungkuk mendekati leher Scoups dan menyesap kulitnya disaksikan oleh mereka, Jisoo langsung membulatkan mata. Dalam benaknya dia mengumpat, Seriously? Yuta sepertinya menyadari reaksinya. Dia melirik Jisoo setelah Bona meninggalkan tanda merah di leher Scoups.
Jisoo merinding, tapi dia tak mau mundur, terlanjur tertarik.
“Masih mau lanjut?” tanya Johnny. Tanpa basa-basi Jisoo langsung menganggukan.
“Na, putar!” perintah Scoups dituruti oleh Bona memutar botol tersebut.
“Kim!” panggilan dari belakang punggung itu seketika membuat mereka berenam menoleh belakang.
Tahu siapa yang datang, Scoups langsung menghentikan botol yang berputar. Johnny melirik Ten memberi kode supaya memberi alasan kalau boss mereka bertanya.
Iya, yang datang Boss Lee Taeyong.
Jisoo merutuk sebal. Belum juga main sudah disusulin sama bossnya. Lagian Taeyong ngapain cari dia kalau sudah sama Kyungri.
“Ya, Boss?” sahutnya.
“Yong, kebetulan kamu di sini,” seru Ten. Di luar jam kerja Ten memang memanggil bossnya itu nama tanpa embel-embel boss. “Mau ikut main game?” Lima pasang mata kompak menatap Ten tak percaya.
Ini game karyawan, ngapain ngajakin boss?! Ten cari mati emang.
“What’s game?” Di luar dugaan mereka, Taeyong ternyata tertarik dengan ajakan Ten.
“Eighteen-eighteen plus,” jawab Ten sama sebelumnya, “ikut aja daripada terjebak di luar sama Kyungri.” Tanpa sadar kepala Jisoo menoleh Ten; penasaran.
“Pemainnya kuranglah!” ujar Johnny.
“I’m out,” semua orang menatap Yuta termasuk Jisoo.
“Lah kenapa?” tanyanya.
Yuta hanya tersenyum kepada Jisoo tanpa menjawab. Dia bangkit dari tempatnya; mempersilahkan Taeyong duduk.
“Nanti dijelasin,” katanya seakan memaksa. “Jis, kamu pasangan sama Taeyong.” Jisoo yang digituin dalam sekejap menatap bossnya lalu menatap Yuta.
Yuta dengan lucunya tersenyum pada Jisoo sambil memperlihatkan simbol “ok”. Jisoo bingung ketika Yuta mengacungkan jempol pada Ten.
“Ayo main!” seru Ten bersemangat.
Taeyong yang bingung berbisik ke Jisoo, “Game apa, Kim?” Dia berniat menoleh tapi tak jadi karena kepala Taeyong mencodong ke arahnya terlalu dekat.
“Gak tahu. Ikuti saja.” Dia tahu tapi males jelasin. Biar Taeyong paham ditengah jalan, siapa suruh ikut.
Melanjutkan sesi yang sempat berhenti, Bona memutar botol, dan botol kebetulan berhenti di depan Johnny. Jisoo bernapas lega, Taeyong masih bingung.
“Boleh crossover gak, sih?” tanya Johnny menatap Bona berharap. “Aku suit sama Ten, ntaran yang kalah kasih tantangan.” Jisoo hendak bertanya seperti itu memang boleh? Yuta langsung menjelaskan sebelum dia bertanya.
Taeyong satu-satunya orang yang tak paham sama permainan mereka.
“Yaudah, silahkan,” kata Scoups membuat Johnny dan Ten bersuit.
Ten kalah. Berdasarkan penjelasan singkat Yuta, melakukan crossover bersama partner mereka harus saling suit dan yang kalah siap menerima tantangan crossover terhadap partner peserta lain—tergantung si penantang menunjuk partner crossover.
“Kayaknya seru nih, Ten cium rahang boss Lee.” Kekeh Scoups melirik mereka berdua.
Taeyong mengerjap bingung; Jisoo menatapnya lalu tertawa geli.
“Ten, udah denger tantangannya, ‘kan?” goda Bona. “Buruan gih, kita mau nonton.”
Ten melirik Taeyong yang makin bingung.
“Wait a second!”
“Gak ada detik-detikan,” timpal Johnny. “Boss udah terlanjur ikut, gak bisa out. Ada hukuman bagi peserta yang berencana menghindari tantangan.” Dia berkata jujur. Ada hukuman untuk peserta yang berencana out menghindari tantangan.
“Jelas kalian yang memaksa sa—”
“Udah sih, nurut aja,” ujar Jisoo memotong ucapan Taeyong. “Cium rahang gak apa-apa. Boss gak bakalan terangsang sama Ten.” Itu mulut, ya!
Taeyong mendelik, sedang lainnya mengaku takjub sama mulut Jisoo.
“Buruan, Ten. Nggak usah lama-lama. Gak seru nanti!” seru Johnny tak sabaran.
Taeyong mendadak bergidik ngeri melihat Ten berjalan ke arahnya. Pria itu tersenyum lebar sebelum mencodongkan tubuh padanya.
Mereka yang melihat menahan tawa, melihat ekspresi hopeless Taeyong tersurat di wajahnya. Sebaliknya, Jisoo di samping menoleh kaget ketika tangan kanan Taeyong meremas tangannya. Akan tetapi, dia tak bisa menahan tawa geli ketika Taeyong dengan lucunya memejamkan mata merinding saat Ten mencium rahangnya.
Dia tak bisa berhenti tertawa, meski ciuman Ten singkat namun ekspresi Taeyong terkesan lama tak berubah. Seakan-akan harga dirinya sebagai pria diinjak-injak.
“Putar, John!” Johnny langsung memutar botol, sedang mereka mengamati botol serius, terkecuali Taeyong yang masih shock.
“Shit!” reaksi Jisoo saat botol berhenti di depan Taeyong. Di mana artinya mereka sebagai partner harus siap menerima tantangan dari Ten-Johnny.
“Cium bibir.”
“Nggak boleh asal tempel harus main lidah,” tambah Johnny makin membuat Jisoo mati kutu.
“GAK BISA LAIN APA?” protesnya menatap mereka bergantian. Sayangnya mereka menolak aksi protes Jisoo.
Taeyong sudah kebingungan, tambah dibuat bingung. Sebenarnya game macam apa yang mereka mainkan.
“Jisoo payah cium main lidah,” ujar Yuta tiba-tiba.
Jisoo langsung mendelik padanya. “Diam lu!” protesnya, tapi Yuta tak berhenti sampai situ, “Ari paling jago cium main lidah.”
“Enak juga jadi lo, Yut,” sambung Scoups.
“Buruan, Jis. Ngga usah lama, nggak seru ntar!” Johnny mengompori, lagi.
Jisoo menatap Taeyong. Tak tahunya, Taeyong sedang menatapnya dengan mata melotot seakan-akan marah padanya.
“Hurry up, Kim Jisoo!” teriak Ten bernyel-nyel. “Lumayan cium main lidah Boss Lee.” Bukannya menenangkan malah membuatnya mengumpat kesal.
“Gak usah pakai lidahlah, jijik.”
“Sayang, kita di Amerika. Apa pun yang menjijikan bagimu, itu nikmat bagi kita semua ” kata Bona disusul tawa mereka berlima. Jisoo merenggut kesal. Penyesalan terbesarnya ikut bermain dan satu partner sama Lee Taeyong.
Jika Jisoo merenggut kesal, lain halnya dengan Taeyong menelan saliva tanpa sadar.
Tinggal tiga part 🤘
Nanti sore aku update lagi👌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top