Part 34 | New York (2)
Minal Aidzin Wal'faidzin, nih kukasih THR (✿❛◡❛)
______________________________________
“Kim?”
“Iya, ini Kim Ji ... soo,” barulah sadar, betapa cerobohnya dia pagi ini.
Lebih dari satu jam Taeyong berpikir, mengolah seluruh informasi yang pagi ini secara kebetulan mengejutkannya. Dia tak menyangka selama ini sang sekretaris bermain-main dengannya. Dia dibodohi, dan lebih bodohnya dia percaya.
Dakota Fanning, huh?
Jisoo sebaliknya lemah berpikir. Dia pasrah. Mau dipecat atau enggak, terserah Boss Lee. Kalaupun dipecat nanti dia akan pengangguran, dan itu menyebalkan.
“Saya terpak ... sa,” suaranya tertelan ketika sorot tajam itu menoleh padanya. “Sum ... pah!” Demi keselamatan kontrak kerja dia mau membela diri.
“Emang nggak salah saya panggil kamu halu!” desisnya menyindir. Kim fuckin' halu sudah lama dia tak mendengar panggilan itu. “Untungnya kamu berbohong apa, Kim?”
“Sebelum isi kepala Boss penuh konflik sinetron. Saya bisa jelasin,” ujarnya, menjelaskan, “saya nggak ada maksud apa-apa. Murni dari saya mantan pengangguran mencari pekerjaan.”
“Dengan berbohong gitu?” Taeyong memojokkannya, Jisoo pasrah. “Selain berbohong soal...,” atensinya terpusat pada wajah cantik Jisoo, dia berdehem lantas melanjutkan, “muka. Kebohongan apalagi yang kamu lakuin? Saya curiga, jangan-jangan identitas yang kamu tulis di CV—”
“CV saya asli anti hoax!” timpalnya mendengus bete. Enak saja curriculum vitae-nya dibilang palsu. Butuh dua jam dia bikin CV. Dikira bikin curriculum vitae gampang, asal tulis identitas, pengalaman, pendidikan, langsung jadi tanpa harus memikirkan kreasi, bobot, bibit, dan bebet biar CV dilirik sama perusahaan. “Saya pura-pura juga, karena kriteria perusahaan.”
Alis Taeyong terangkat satu.
“Jangan bilang Boss gak tahu,” sindirnya menatap aneh ketika melihat pria di depannya itu menaikan satu alis.
Taeyong beneran tak tahu apa-apa soal selembaran lowongan pekerjaan perusahaan.
“Jelas dibutuhkan sekretaris berpendidikan, intelektual, dan berpengalaman dengan kriteria memiliki wajah standar. Nggak boleh cantik, nggak boleh seksi, nggak boleh—”
“Apa?!” Baru kali ini dia mendengar jenis kriteria lowongan pekerjaan seperti itu. Taeyong seyakin-yakinnya, mama pasti orang dibalik kriteria tersebut. “Dan kamu rela menjadi...,” dia berdehem, atensinya kembali berpusat pada wajah cantik Jisoo, “jelek?”
Ia mengangguk cepat. “Iya, iya, iya,” balasnya membenarkan. “Boss pasti ngertilah, menganggur itu gak enak.”
“Saya gak mengerti,” timpalnya menyeringai, “saya nggak pernah menganggur, Kim. Jangan samakan saya dengan kamu.”
“Sialan!” dengusnya menatap bete Taeyong yang barusan mengejek. Mentang-mentang orang kaya, sombong banget. “Boss nggak pecat saya, ‘kan?" tanyanya, teringat status pekerjaan yang saat ini berada diambang pemecatan.
Sialannya pria yang berstatus sebagai bossnya itu, hanya mengangkat bahu; tak tahu. Jisoo hendak protes, namun Taeyong menyelanya cepat. “Tergantung Mama saya, “ iya, iya, sih, “dan tergantung mulut saya, Kim. Saya bisa saja mengadukan kebohongan kamu ke Madam.”
Seketika bahunya melorot kecewa. Apakah Taeyong berniat balas dendam padanya karena telah dibohongi?
“Saya bisa juga diam,” matanya melebar berseri-seri penuh harap, “saya nggak perlu menjelaskan, kamu pasti sudah tahu etika dalam bekerja.” Dia tahu dan hapal betul. Dalam etika bekerja seorang karyawan dilarang berbohong, apalagi mempalsukan identitas.
“Boss, nggak ada maksud nuntut saya, ‘kan?” Taeyong mengangkat bahu; tak tahu. “Boss mau meras saya?” Tatapannya penuh selidik, mencurigai wajah Taeyong yang terlihat mencurigakan.
“I don't know,” lalu dia tertawa mencurigakan. Saat Taeyong hendak pergi menuju kamar, Jisoo mengekor dibelakang berniat protes, tapi Taeyong balik protes padanya. “Jangan dekat-dekat!”
“Lima langkah ke belakang, Kim!” perintahnya mengingatkan dengan pertemuan pertama mereka. Jisoo segera mengambil lima langkah ke belakang tanpa protes. Sebelum Taeyong sembunyi di dalam kamarnya, dia memberitahu, “Kita gak jadi pulang malam ini.”
“Ke-kenapa?”
“Saya ada pertemuan di kantor. Ten meminta saya untuk datang. Kamu boleh ikut.”
“Serius?”
Taeyong mengiyakan. Jisoo kegirangan dalam hati.
“Buruan siap-siap!” ujarnya. “Saya tahu, perempuan suka lama berdandan.”
Jisoo tersenyum girang, penuh berterima kasih pada Boss Lee.
...
Padahal dia sudah mengingatkan Jisoo supaya bersiap-siap. Taeyong sudah rapi dengan setelan jas super mahal. Dia duduk di sofa menunggu sang sekretaris yang belum kelar berdandan. Lebih dari satu jam dia menunggu, gadis Kim belum juga keluar dari kandang.
“Ayo, Boss!” serunya semangat keluar setelah membuat Taeyong menunggu lama. Jisoo menggulum senyum lebarnya yang terlihat cantik.
Mata Taeyong melongo lebar.
“Siapa suruh kamu berdandan seperti itu?” ucapnya tiba-tiba.
Jisoo bingung. “Ada yang salah?”
“Saya kasih kamu waktu sepuluh menit untuk berdandan.”
Dia makin bingung. Make upnya aneh? Jisoo sudah berkaca selama belasan kali. Dia yakin-seyakinnya, bahwa hari ini dia terlihat sempurna.
Taeyong menggeram kesal. Lantas beranjak mendekati Jisoo yang masih bergeming, kemudian menggandeng lengan gadis Kim membawanya masuk kamar. Jisoo yang dibawa masuk kamar bingung sendiri.
Dia sempat mau protes karena kesannya Taeyong memaksa kehendaknya, namun, kebingungan itu langsung terjawab ketika Taeyong asal menyapu makeup Jisoo dengan tissue basah yang diambil di meja.
“Boss!!!” jeritnya menepis tangan Taeyong dari wajahnya. Jisoo merenggut kesal. “Boss kira makeup itu gampang? Butuh satu jam saya berdandan, dan Boss seenaknya hapus makeup saya!”
“Biar kamu sadar diri,” tutur Taeyong mendorong dahi Jisoo sekali ke belakang. “Kalau mau aman, kamu harusnya gak ceroboh. Di sini banyak mata-mata Madam. Kamu mau mereka mengadu soal kamu?”
Jisoo menggeleng cepat.
“Lalu kenapa kamu berdandan cantik?”
Dia menunduk. “Kan udah ketahuan sama Boss. Ya udah, sekalian saja sa—”
“Oh, berarti kamu mau dipecat?”
“Nggak mau.”
“Bagus!” decaknya sambil membuang tissue ke tong sampah. “Sekarang dandan jelek sebelum saya berubah pikiran meninggalkanmu di sini sendirian.”
“Iya, iya, saya dandan jelek,” Jisoo merenggut bete. “Salah Boss juga gak bilang ke saya.” Taeyong langsung mendelik marah, dan Jisoo kembali merenggut bete.
“Ngomong-ngomong...” Jisoo menyeringai berniat menggoda Taeyong, “Boss barusan bilang saya cantik.” Dia tertawa, sedang Taeyong terhenyak oleh godaannya.
“Saya tahu, saya cantik. Boss nggak perlu sungkan mengakui—LEE TAEYONG!” teriaknya kesal ketika dengan resenya Taeyong menabur wajahnya dengan bedak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top