Part 29 | Bad Bitch

Aku baru nyadar part kemarin banyak kalimat racu dan typo huhu maaf ya, gak aku edit soalnya(ಥ ͜ʖಥ)
_________________________________
ps. pertikaian ini untuk kebutuhan ff, kalian gak boleh bertikai ayo akur ( ͡°з ͡°)

Ari dengan tak sabaran sampai menabrak setiap pejalan kaki yang berlawanan arah dengannya. Dia tak sabar malabrak si biang kerok, sementara Jisoo sempat ragu. Keraguannya sebatas dia memakai masker. Khawatir maskernya sobek waktu barentem nanti.

“Ar, bentar kenapa, sih.” Ari berhenti sekadar berbalik melihat Jisoo. Ekspresinya sebelas duabelas sama penggulat sumo. Merah banget. Pertanda dia telah mengumpulkan semua emosinya.

“Aku takut.”

“Yang kamu takuti siapa, hah? Biar aku urus!” Beneran sudah level maksimal si Ari. Pokoknya hati-hati buang si anak magang.

“Aku kerja di sini, kamu lupa? Nanti maskernya lepas banyak yang tahu gimana?”

Rasanya Ari ingin menampol Jisoo karena gemas. Namun dia memaklumi ketakutannya itu. Resiko ketahuannya sangat besar, mereka akan melabrak anak magang di perusahaan Jisoo bekerja. Akan tetapi, emosi Ari sudah tak bisa dikontrol lagi. Dia ingin hari ini juga melampiaskan kesedihan dan kemarahannya.

“Kamu nggak perlu labrak, biar aku aja. Posisimu belakang sebagai back guard!”

Jisoo sebagai back guard? Astaga, nggak seru. Dia lebih suka berada di sayap kanan sementara Ari sayap kiri, sedangkan posisi back guard biasanya di isi oleh Yuta.

“Sa!” Hwasa menghampiri mereka. Berkatnya, mereka tahu dalang di balik masalah Yuta. “Dia di cafetaria. Kenapa pakai masker?” tanyanya saat melihat Jisoo dengan masker hitam menutup sebagian dari wajahnya.

“Dia cantik, jaga-jaga biar gak ketahuan,” jelas Ari.

“Oh,” balasnya demikian.

“Madam gak di kantor, ‘kan?” Ini lho yang dia takuti.

Hwasa menggeleng "Lupa, ya? Tiap kamis Madam gak pernah ke kantor."

“Yaudah, tunggu apalagi?” Semangat Jisoo langsung membara. Ari dua kali lipat lebih semangat. “Let’s go, Bitches!” serunya menirukan gaya Ari sewaktu di bandara.

Mereka bertiga bersamaan jalan masuk ke kantor. Jika diibaratkan series barat, dapat dibayangkan mereka berjalan dengan gaya slowmotion-nya, kamera menyorot ekspresi garang mereka, dengan backsound yang menantang.

Cafetaria perusahaan di jam makan siang selalu ramai, sesak dengan pegawai. Sampai di sana mereka segera menyapu pandang ke penjuru tempat mencari si anak magang. Hwasa menunjuk bagian barat. Dia di sana bersama rekan satu divisinya.

Ari memimpin disusul Jisoo dana Hwasa. Belum ada yang menyadari kalau sebentar lagi ada kehebohan besar. Mereka terlihat tenang meski sempat memperhatikan ketiga perempuan itu.

“WOI!” Ari berteriak dengan lantang. Banyakorang menoleh karena penasaran, namun tidak untuk si anak magang. Kepalanyabaru akan menoleh setelah Minhyun berdiri dan menyapa, “Ari?” Begitu siipemilik wajah cantik itu menoleh, satu tamparan melesat cepat mengenai pipikanannya.

Shit!” Reaski semua orang begitu melihat apa yang dilakukan Ari terhadap Nancy.

Nancy menyentuh pipi, rasanya perih dan sakit, dan Minhyun yang kebetulan bersama si anak magang terhenyak diam, speechles.

“Apa-apaan, nih?” Nancy baru akan marah sebelum Jisoo seru, “Nih, apa-apaan!” Satu tamparan kembali menyentuh pipinya, kali ini pipi kiri.

Seketika tempat mereka terkerubungi banyak orang, yang tadinya mau makan siang memilih untuk meninggalkan meja, karena keributan lebih seru.

“Kamu cantik tapi mulut gak bisa dijaga!” ujar Ari.

Nancy yang merasa tidak tahu apa-apa siap meradang. Kedua pipinya merah akibat tamparan dua perempuan yang tidak dikenalnya.

“Masalah kalian apa?”

“Gara-gara kamu, suamiku pergi!”

Bisikan para penonton keributan makin ricuh setelah Ari menyebut suami. Hwasa ketawa menonton, sedang Minhyun mulai mengerti kenapa Jisoo sama Ari bisa ada di sini melabrak Nancy.

“Aku nggak pernah ngerebut—”

“Yuta!” potongnya tak sabaran untuk kesekian. “Dia suamiku, kita istrinya.” Lalu gosip mulai menyebar Yuta beristri dua.

“Alah, kelamaan.” Jisoo maju ke depan langsung mengoyak kepala Nancy tanpa ampun. Puluhan ponsel segera keluar merekam aksi jambak-menjambak mereka.

Nancy mencoba melawan. Dilihat dari segi porsi tubuh saja Jisoo pasti kalah karena Nancy lebih bosor darinya. Sekali tangkis Jisoo hampir kewalahan, untung Ari gerak cepat menarik belakang rambut Nancy.

Minhyun beserta orang-orang dari divisinya gelagapan bingung. Nancy anak magang di divisinya otomatis dia tanggung jawabnya. Tapi dia tak bisa berbuat apa selain menonton. Dia tahu mengapa Ari dan Jisoo begitu marah kepada Nancy.

“Sa, kamu gak mau misahin mereka?” Saat meliriknya, Minhyun tertegun. Hwasa jelas menikmati keributan mereka bertiga.

“Lagi nunggu dua di antara mereka tumbang, baru deh aku maju.” Keinginan Hwasa menolong sangatlah besar, iya nanti kalau di antara Jisoo dan Ari ada yang tumbang. Sekarang dia mau menjadi penonton sekalian flashback, yang mana dia sempat berantem sama Jisoo gara-gara salahpaham dan hampir membuangnya sekarat karena cekikan lehernya.

“Sialan!” Jisoo tak merasa puas berantem memakai masker. Dengan sadar dia menarik masker dan membuangnya. Selain pengap, hal itu dijadikan Nancy sebagai ancaman, dia menarik maskernya membabi buta. Belum lagi kuku-kuku tajam Nancy mengorek pipinya meninggalkan garis merah memanjang, sedang Ari menempeleng Nancy dari belakang tanpa ampun.

Karena ribut yang tak kunjung berhenti, membuat kicauan burung berseliweran sampai terdengar ke telinga kedua anak Madam Young. Mereka kebetulan baru balik setelah keluar mencari makan.

Myungsoo yang penasaran segera bertanya ke salah satu pegawai kantor yang lewat di depannya. “Anak magang diserang dua perempuan barbar, Pak,” katanya.

“Kakak mau ke mana?” Taeyong bertanya setelah menyadari arah jalan Myungsoo.

“Ngelihat keributan,” jawabnya.

Taeyong malas ikut dan meminta resepsionis memanggil satpam kantor untuk membereskan keributan. Setelahnya dia kembali ke kantor sambil berpikir sepi, karena sang sekretaris izin sehari tidak masuk.

Sampai di tempat keributan, Myungsoo menyisiri kerumunan untuk melihat siapa dengan siapa yang bertengkar sekaligus memastikan apakah sudah ada orang yang melerai atau hanya dijadikan tontonan belaka.

Sesuai dugaannya, tak ada satupun yang melerai, mereka keasyikan menonton keributan yang semakin memanas, karena baik tiga di antaranya sama-sama tak mau mengalah. Nancy sendirian bertahan melawan serangan Jisoo bersama Ari. Luar biasanya, Myungsoo tak menyangka Jisoo bersama temannya yang membuat kehebohan.

“Kalian kenapa cuma menonton? Lerai mereka!” perintahnya mutlak. Tahu siapa yang memberi perintah, mereka maju ke depan namun langsung mundur, karena tak berani menyela keributan. Myungsoo mendelik galak ke arah mereka yang bernyali ciut.

“Minhyun, pisahin mereka!” perintah Myungsoo ke Minhyun yang tetap diam tak bergerak maju. Hwasa menahannya, itu sebabnya dia tak bisa maju.

Myungsoo kepalang kabut melihat keributan di depan mata. Itu mereka bertiga bentukannya sudah hancur apalagi Nancy paling parah. “Stop, stop!” teriaknya tidak diacuhkan.

Dengan keberanian yang begitu besar, Myungsoo menarik pinggang Ari, niatan mau menahan Jisoo tapi gadis itu sudah menggantikan posisi Ari meringkus tubuh Nancy dari belakang hingga mereka jatuh ke lantai dan baku hantam.

“Bangsat!” Ari memaki kesal. Tenaganya begitu kuat mampu menyikut kasar pinggang Myungsoo hingga membuat anak sulung Madam Young mengaduh kesakitan. Seriusan sikutan Ari luar biasa sakit sampai mengenai tulang pinggangnya. Tidak sampai di situ, Ari sempat mendorong dan memaki Myungsoo. “Gak usah ikut campur!” Maju ke depan menolong Jisoo.

Hal itu memicu reaksi beragam dari penonton. Mereka kalang kabut dan bersimpat atas apa yang dialami oleh Myungsoo, si anak pemilik perusahaan.

Beruntungnya empat satpam datang melerai mereka.Ari sempat memberontak, memaki Nancy dengan dua satpam menahan tubuhnya.Setelahnya mereka bertiga dibawa paksa ke tempat sidang.Ari be like:

He-he-he ( ͡°³ ͡°)

Boss Lee datang terakhir setelah ketiga pembuat keributan dibawa ke tempat sidang. Mulanya dia mau ke kantor tanpa mengurusi keributan tapi tak sengaja mendengar gosip pegawai kantor. “Iya, si Jisoo sama temannya nyerang anak magang. Katanya mereka istri Yuta.” Secepat itupula dia melesat pergi untuk melihat keributan.

“Mereka di mana?” tanyanya kalang kabut. Ekspresinya tampak murka siap memakan siapapun hidup-hidup.

“Dibawa ke ruang sidang, Yong,” jawab Myungsoo masih terlihat kesakitan seraya memegangi pinggang bekas sikutan Ari.

“Kim!” panggilnya begitu masuk ke dalam.

Ada Jisoo bersama Ari dengan tiga satpam mengawasi, sedang Nancy cukup dijaga satu satpam, karena di antara mereka yang terlihat seperti benteng mengamuk hanya Jisoo dan Ari.

“KIM JISOO!!!”

Jisoo auto kejang-kejang menyadari si pemilik suara itu. Sorot mata Taeyong menyapu setiap orang mencari sang sekretaris. Khawatit kedoknya terungkap, Jisoo segera menyembunyikan wajahnya di punggung Ari.

“Saya tahu itu kamu, Kim!” serunya, hendak menghampiri Jisoo yang bersembunyi di punggung temannya, namun tak urung karena Ari terlihat liar dan menakutkan sedang mengancamnya lewat tatapan super seint seiya-nya.

_____________________________________

next part akan aku jelasin kenapa nancy begitu, huehehe tiati plot twist ✌ dari awal udah aku peringati, lapak ini banyak plot twist ( ͡°з ͡°)

arti dari medusa di part intro untuk nancy itu gak jelek. jika kalian penganut mitologi yunani kalian pasti suka sama medusa, seperti aku ❤ kalau kalian lebih suka aphrodite, ckck, kalian payah 😂

aphrodite itu definisi ular sesungguhnya 😭

kemungkinan besar aku double up jam 00.00 seperti biasa ❤❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top