Part 24 | Question
Teruntuk kalian para bucin taesoo double update, aku bahagia tembus 10k vote dong huhu terimakasih 😭😭😭💞
__________________________________
Niatan pergi sirna sudah setelah pria yang mengaku sebagai boss sang kakak menahannya. Yohan santai, tenang, tak terpengaruhi oleh tatapan menyelidik pria Lee ini. Sikap mereka berbanding terbalik, Yohan yang harusnya sikap siaga, dia sebagai seorang adik mesti siap pasang temeng untuk sang kakak, lah ini, malah kebalikan Taeyong yang pasang temeng.
Delapan menit lalu, dia berteriak mengagetkan mereka. Tahu bahwa yang datang Taeyong, Jisoo bertekad mengusir Yohan. Dia takut bossnya ini tahu soal dirinya, belum lagi Yohan mudah terpancing pertanyaan menjebak. Sayangnya pria itu tak mengizinkan Yohan pergi dan kini terjebak bersama bossnya.
“Kamu pria semalam itu, 'kan?” Tatapannya masih mencurigainya. Yohan mengernyit, mengingat kejadian semalam.
“Dia rentenir, ahaha, iya rentenir!” kata Jisoo berbohong, “saya punya hutang ke dia Boss!” Masih dengan usahanya berbohong.
“Kakak waras?”
Langsung saja dia menyikut pinggang Yohan dan mendorong punggung, menjauhkannya dari Taeyong. Bisa kacau kalau si boss sampai tahu Yohan itu adiknya. Bagi Jisoo menyembunyikan identitas asli itu jangan tanggung-tanggung.
“Boss kakak itu predaktator galak. Kamu gak perlu ladeni dia,” katanya.
“Predaktator galak?” lalu melihat boss kakaknya itu, “bentukan idiot gitu."
“Kamu benar, Han,” tak disangka sang adik satu pemikiran dengannya, “kamu mending pulang.”
“Kakak ngapain nyebut aku rentenir?”
“Kamu gak lihat Kakak jadi apa?”
Yohan mengamati sang kakak. Penampilan Jisoo sangat berbeda dengan sebelumnya. “Makanya Kakak pulang, gak perlu repot-repot jadi orang aneh.”
“Berisik kamu. Sana pulang!”
“Iya, iya, bawel!” balasnya masih sempat melihat ke depan di mana Taeyong melihat terang-terangan kepadanya. Yohan tersenyum mengejek. “Bucin tuh, Kak.”
“Hah?”
“Bossnya Kakak, muka-muka bucin.”
“Memang gak salah kamu terlahir sebagai adikku,” decak Jisoo kagum sama Yohan. “Salam buat Papa, oke? Bilangin Kakak pulang kalau duit habis.”
“Kapan sih, Kakak miskinnya?”
“Pengangguran Kakak miskin, lho.”
“Terserah Kakak ajalah,” ucapnya sebelum pamit pulang, karena sudah tak nyaman diperhatikan terus oleh Taeyong.
“Kamu bohong sama saya?” tanyanya begitu Jisoo kembali.
“Siapa berbohong? Enggak, saya gak bohong!” tukasnya.
Taeyong masih mencurigainya, tapi dia berusah tidak peduli. “Yaudah, ayo pergi!” ajaknya mengakhiri kecurigaannya dan segera memasuki mobil disusul oleh Jisoo yang diam-diam bersyukur karena Boss Lee gampang dibohongi.
...
Dia tidak tahu ke mana tujuan mereka selanjutnya, yang pasti untuk sekarang Jisoo lagi serius membalas pesan Madam Young yang menanyakan perihal hubungan Taeyong bersama perempuan, terutama artis yang sempat dikabarkan berkencan dengannya.
“Ada apa?” tanyanya melirik Jisoo yang terlihat bimbang. “Kim?”
“Anu, ini Boss, Madam Young,” lirihnya.
“Mama saya kenapa?”
“Beliau tanya soal artis itu, itu lho, pacarnya Boss.” Artis cantik yang dua minggu lalu jadi perbincangan gosip setelah tertangkap kamera sedang berkencan dengan salah satu pria kaya, yang tak lain pria itu Boss Lee.
“Dia bukan pacar saya.”
“Terus?”
“Cuma kenalan.”
“Pria kaya memang suka seenaknya melabeli perempuan,” komentarnya demikian, “yang benar mana? Pacar atau kenalan?”
“Kami baru bertemu satu kali, itupun langsung terendus paparazzi.”
“Boss gak jago backstreet. Lain kali cari pasangan jangan dari kalangan artis. Ribet!” petauhnya sedang Taeyong mengangguk mengerti dan menahan senyum mendengar nasehat si sekretaris.
Dia sempat menoleh ketika mobil berhenti di lampu merah. “Teman kamu bagaimana?” tanyanya tiba-tiba.
“Ari atau Yuta?”
“Yang satunya,” ucapnya, “yang mirip kamu. Bagaimana? Dia mau?”
Jisoo tertohok. Ya ampun, si boss masih ingat saja sama dia versi asli.
“Dia nggak mau, Boss.” Dia maunya pacar sungguhan Boss, batinnya terkekeh geli.
“Kenapa?”
“Gak tahu, katanya gak mau.”
Lampu merah berganti warna ketika Taeyong baru akan menanyainya. “Siapa namanya?” tanyanya begitu mobil melaju di jalanan raya.
“Hm?”
“Teman kamu. Namanya siapa?”
“Oh...,” Kim Jisoo namanya, Kim Jisoo, “Dakota Fanning.” Dalam benaknya Jisoo sedang mentertawakan kebodohan Taeyong yang mudah sekali dibodohi.
“Saya serius, kamu berbohong.”
“Serius Boss, namanya Dakota Fanning memang mirip artis saudara Elle Fanning.” Mampus kamu dibohongi sekretaris.
Taeyong sempat meragukan, tapi tetap mengiyakan. Nama sekarang banyak pasaran, mungkin, si ibu teman Jisoo terinspirasi dari Mrs. Fanning.
“Sudah punya pacar?”
“Udah!” timpalnya cepat siap berbohong lagi. “Pacarnya ganteng kayak Bill Skarsgard.”
“Oh,” balasnya singkat.
“Kok gak seneng gitu, Boss naksir teman saya?” kekehnya senang sekali membodohi Boss Lee.
“Enggak.”
“Lah, terus kenapa nanya-nanya soal dia?”
“Memang gak boleh?”
Jisoo mengiyakan. “Terkadang orang bertanya tentang seseorang kepada oranglain itu punya dua alasan yang patut dicurigai,” jelasnya sambil menunjukkan dua jarinya. “Pertama kepo, kedua karena naksir.”
“Dan hipotesis kamu mengatakan kalau saya kepo dan naksir teman kamu, benar begitu Kim?”
Ia mengangguk sambil menahan senyum.
“Sekadar bertanya dijadikan masalah. Isi kepalamu memang sumber dari masalah, Kim.” Lagi-lagi isi kepalanya jadi sasaran.
“Lagian Boss, sok-sokan nanya teman saya. Kan, saya jadi curiga.”
“Kamu gak suka saya menanyakan teman kamu?”
Bukannya tak suka, tapi aneh. Aneh karena Jisoo harus memberitahu informasi tentang dirinya sendiri kepada bossnya.
“Sekarang saya balik tanya soal kamu.”
“Kok jadi saya?”
Mobil berhenti lagi di lampu merah, kali ini Taeyong menatapnya.
“Karena saya ingin tahu.”
Jisoo tiba-tiba panik ditatap begitu serius oleh Taeyong.
“Anu, Boss, itu...,” dia berusaha menghindari tatapannya, “CV! Iya, CV!” serunya mencoba mengalihkan. “Nah, Boss gak perlu repot-repot nanya, kan, ada CV saya di ruangan Boss.”
Klakson mobil belakang mengalihkannya. Ternyata lampu telah berganti warna, mau tak mau dia harus melajukan mobil sekaligus menjeda obrolan mereka. Mobil membelok ke kanan memasuki apartement elit yang diyakini Jisoo sebagai tempat tinggal para orang kaya.
“Boss tinggal di sini?”
“Teman saya.”
“Oh,” gumamnya sambil mendongakkan kepala melihat kemegahan gedung bertingkat lebih dari dua puluh lantai tersebut.
“Teman Boss pasti perempuan.”
Tanpa perlu diiyakan, Jisoo sudah bisa membaca dari ekspresinya yang mengatakan sangat jelas kalau memang benar, temannya itu perempuan.
“Lisa,” jawabnya tanpa ditanya. “Kalau kamu mau tahu namanya.”
Lisa hmm, Jisoo pernah dengar nama ini. Bentar, bentar, dia mau ingat-ingat dulu.
“Kamu mau ikut atau tetap tinggal?” Ternyata mobil sudah berhenti dan Taeyong terlihat siap keluar sambil menenteng tas belanjaan, entah apa isinya, Jisoo baru sadar di mobil ada tas belanjaan bermerk.
“Di sini aja, gak enak jadi obat nyamuk.”
Jawaban yang sukses membuat Taeyong tergelak oleh tawanya.
“Lisa teman saya, Kim, gak ada yang perlu kamu cemaskan.”
“Teman pedekate,” timpalnya melirik tas bermerk yang digenggaman tangan kanan Taeyong. Lagian mana ada teman biasa bertamu sambil bawa hadiah bermerk.
“Kim,” ucapnya kemudian, “kamu gak perlu cemburu.” Lalu tawa Taeyong terdengar mengisi kedua indra pendengarnya. Jisoo melongok. Bisa-bisanya si boss bilang begitu sama dia?
“Gak ada yang cemburu. Lagian bukan urusan saya juga. Mending Boss temui Lisa sebelum dia ngamuk.”
“Lisa gak pernah mengamuk,” tuturnya. “Mungkin, kamu yang mengamuk sekarang.”
“In your dream, Boss!” Sengaja mendorong bahu Taeyong supaya segera keluar dari mobil. “Boss gak perlu halu biar halunya untuk orang lain saja."
“Kenapa? Halu itu free access.”
“Iya, free,” balasnya, “tapi lama-lama menghalu itu gak enak. Nanti kebawa perasaan siapa yang mau disalahkan, kehaluan?”
Bahunya terangkat sekali menanggapi singkat ucapan Jisoo.
“Tetap tinggal di mobil jangan ke mana-mana.”
“Lagian saya gak akan ke mana-mana, kok.”
“Well, terakhir kali saya kembali. Saya melihatmu sedang asyik berdua bersama stranger,” ujarnya sempat membuat Jisoo berpikir. Hm, stranger? Kemudian teringatkan dia dengan Yohan, adiknya.
Dia pun tersenyum.
“Boss cepatan pergi, saya di sini mau ketawa saja,” katanya disela senyumannya.
“Kamu gak apa-apa?”
“I'm okay, Bos.”
“Kim?”
Kepalanya mendongak balas menatap mata coklat bening Taeyong.
“Boleh saya bertanya?”
Dia mengangguk sekali.
“You have the prettiest smile I've ever seen.”
Itu bukan pertanyaan Bos, itu pernyataan!
pokoknya mereka gemes jd adik-kakak 😭 huhuhu
aku gak ngikutin produce, sekedar tau karena ada midam 😭 tadi niatan mau midam jd adeknya jisoo, gak mirip, midam terlalu soft huhu mau noah, noah terlalu cuek bebek, mau cha junho dia terlalu mirip myungsoo wkwk akhirnya yohan deh. Itupun tau yohan-junho dari mutual rt foto mereka wkwk dan mereka udah famous di wattpad ternyata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top