Part 2 | Onepunch girl!
Selamat berbuka puasa ❣
Jika kantor Madam Young—Big Mama—begitulah panggilannya, terlihat mewah, luas, elegan, dan terkesan horor berbeda sama kantor putranya. Perbedaannya mungkin terletak pada warna dinding, sofa, dan beberapa perabot yang tidak dia temui di kantor Madam Young. Ah, satu lagi, dia tak melihat bodyguard di sini. Hanya seorang laki-laki dan berdasarkan biodata singkat yang dia baca satu jam lalu, bahwa mereka sepantaran yang artinya seumuran.
Oh ....
Jisoo tak menyangka di masa mudanya lelaki itu telah menjadi seorang CEO. Orang kaya dengan istilah keturunan memang agak menyebalkan. Membuat jiwa iri dan dengkinya meronta-ronta.
Dari tempatnya berdiri, Jisoo bisa menilai betapa luar biasanya sosok CEO Lee. Struktur wajahnya begitu sempurna seperti pahatan patung yunani. Rahangnya keras, menggoda iman kaum hawa, dan rambutnya tertata rapi hitam.
Kalau ini mah, Jisoo siap jadi sekretaris sugar si boss.
“Siapa menyuruhmu mendekat? Mundur lima langkah ke belakang!” Matanya melotot garang, mengagetkan Jisoo yang sempat terpesona oleh ketampanannya.
Emak sama anak nggak jauh beda, batinnya.
“Lima langkah ke belakang!” Suaranya keras dan terkesan sengaja mendekte detail tiap perintah. “Bagus!” Kepalanya menunduk lagi menatap macbook tanpa menghiraukan Jisoo yang berdiri menunggu.
Tik tok tik tok hello, pak boss di sini ada manusia butuh perintah???
Jisoo memutar bola mata ke atas. Pertemuan mereka belum ada setengah jam dan tanpa obrolan. Sekali masuk mereka saling berhadapan menjauh. Penyesalan dalam dirinya adalah mengakui ketampanan si boss tapi sifatnya sangat dingin bagaikan beruang kutub utara.
“A-anu, Pak?” cicitnya mencoba menarik perhatian. Astaga, biasanya mereka yang mencoba menarik perhatiannya kini dia harus membalikkan keadaan. Dia dengan dandanannya saat ini—huft! Enyah saja, wanita cantik!
"Pak Taeyong?” Jari telunjuknya terangkat menyuruhnya diam, dia menurut. Bergeming menatap bingung si boss yang sepertinya tidak menganggap dirinya ada.
I hate you, Yuta, really? Dia menyesal telah mengiyakan tawaran Yuta bekerja sebagai sekretaris tapi berpenampilan jelek. Jelek, huh?
“Sekarang, kamu keluar!” Tanpa basa-basi dia langsung menendangnya keluar, melihat pun tidak, atau memintanya mengenalkan diri gitu? Karena dia sekretaris baru seenggaknya pintalah Jisoo untuk mengenalkan diri. Sial!
Jisoo mendengus kesal mau membantah, tapi si bos menyahut lebih cepat. “Saya tahu kamu datang kemari atas perintah Madam Young. Jadi, Mis—”
“Kim Jisoo. Saya Kim Jisoo!” jawabnya bete.
Masih enggan menatapnya, dia berkata tak acuh, “Whatever!” diikuti gerakan tangan mengusir keberadaannya, “keluarlah. Buat dirimu senyaman mungkin di tempatmu. Aku tidak senang kamu berada di sini lama-lama.”
Sebuah penghinaan.
Jisoo mengepalkan tangan marah. Kenapa setiap laki-laki kaya berwajah tampan selalu menyebalkan, huh?
Awas!
“Keluar! Buruan!” Sempat mereka bersitatap, mata si boss berwarna coklat bening mempesona sama seperti Madam Young. “Pergi ... pergi ... pergi. Saya tidak membutuhkanmu!”
Sebuah penghinaan (2).
Atas perintah, Jisoo keluar ke tempat seharusnya dia berada. Pantatnya menduduki kursi dengan kasar sembari membuang napas pasrah, lalu menyambar kaca dari tas dan bercermin.
“Panteslah, muka ganteng kayak dia risih ngelihatnya!” Dengusnya bete lantas meletakkan kaca ke meja.
Belum genap sehari bekerja Jisoo sudah uring-uringan dibikin bosan. Setelah pertemuan panjang bersama Madam Young yang cukup melelahkan dengan segala tetek bengek perintah, sekarang, belum setengah jam di ruangan si bos dia langsung ditendang keluar. Rasanya Jisoo mau kembali jadi pengangguran saja.
Sabar ... sabar ... sabar.
Saat sedang menyemangati dirinya sendiri terdengar suara sepatu berhak menginstrupsi ketenangannya. Jisoo berdiri muncul di balik ruangan menengok keluar. Matanya auto fokus melihat perempuan cantik dengan gaya kasual super anggun itu.
“Siapapun perempuan yang bukan berasal dari sepuluh daftar tersebut, kuharap kamu bisa menjauhkannya dari Putraku.”
Sepintas perintah Madam Young terngiang. Membuatnya melesat cepat menghalangi langkah perempuan itu.
“Maaf,” ucapnya bersikap ramah, “Anda siapa?”
Perempuan itu menatapnya heran bercampur kaget. “Sekretaris baru?” Kepalanya mengangguk cepat. “Saya Jennie. Pacar Lee Taeyong.”
Ha ... ha ... ha.
Jisoo tertawa dalam hati. Ayolah, Jisoo sudah hafal kesepuluh perempuan yang diizinkan bertemu bossnya. Sesuai mandatnya, dia harus mengusir perempuan yang bukan dari kesepuluh daftar.
“Dengar Jisoo, anak saya tidak memiliki kekasih. Jika ada perempuan mengaku sebagai kekasihnya, usir saja. Taeyong suka mengoleksi banyak perempuan dan belum pernah menjalin hubungan.”
Kedua tangannya langsung menahan dorongan Jennie yang hendak masuk ke ruangan si boss. “Maaf, tapi Anda tidak diizinkan masuk”
Deg!
Jantungnya terkejut karena tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Dia hampir terjungkal ke belakang, untung refleksnya cepat menyeimbangkan tubuh, kalau tidak, jatuhlah dia.
Taeyong keluar dengan ekspresi datar menatap marah Jisoo, kemudian menarik masuk Jennie. Saat dia hendak protes membela, pintu tertutup bahkan di kunci dari dalam.
Seriously, Boss?
“Saya tidak mau tahu. Bagaimanapun caranya, kamu harus mengusir perempuan jalang dari kantor anak saya. Walau ruangan dikunci, kamu bebas memakai segala hal untuk mengusirnya.”
Sabar... Sabar... Sabar.
Menjadi sekretaris anak Madam Young harus ekstra sabar dan itu membuatnya tertantang. Dia menyeringai sambil menarik rok naik keatas lutut. Jangan harap kalian lolos dari Kim Jisoo!
Dia mundur belakang, memasang kuda-kuda, bersiap menerjang pintu. Terima kasih untuk mantan perusahaan tempat dia bekerja dulu yang telah menyediakan layanan bela diri untuk semua pegawai perempuan. Meski sabuknya belum sampai warna hitam, dia cukup ahli menendang pantat lelaki bajingan. Dan Jisoo cukup percaya diri jika disuruh mempraktekan metode kuno SING.
Solarplexus, Instep, Nose, Groin. (Ulu hati, talapak kaki, hidung, selangkangan)
HYAAAAH!
Dalam sekali tendangan pintu terdorong mengagetkan dua orang yang sedang bersiap akan bercumbu. “GET AWAY FROM HIM BITCH!!!!” teriaknya dengan lantang, langsung melesat bak superhero menarik rambut Jennie mengusir dari ruangan Taeyong.
Taeyong speecheles atas aksi sekretaris barunya yang terlampui berani, sementara Jennie shock dan berteriak kesakitan yang berujung jadi tontonan pegawai. Satpam yang seolah dibutuhkan kehadirannya langsung mengerti ikut mengusir Jennie.
Ha ... ha ... ha, nice job!
Jisoo membanggakan diri menggulum senyum bahagia sambil membusungkan dada.
“Sialan!” Taeyong mengerang marah ekspresinya tersirat jelas ingin menendang pantat Jisoo jauh-jauh dari kantornya. “Kamu saya pecat!”
Huh! Seriusan?
Seolah tidak peduli dengan ekspresinya, pandangan Taeyong menyapu ke seluruh pegawai yang tertangkap basah menonton. Saat matanya berhenti pada laki-laki setelan jas biru gelap, dia berteriak, “GANTI PINTU SAYA! SEGERA!” perintahnya langsung melongos pergi.
Jisoo masih diam berpikir. “Dih! Lagian saya bukan sama Anda! Wleeeek.” Menjulurkan lidah ke punggung Taeyong yang semakin hilang jejaknya.
Dia kerja untuk Madam Young. Sebelum bertemu si bos, Madam Young berpesan bahwa cuma dia yang bisa memecat Jisoo. Tugas Jisoo hanya menjadi sekretaris sekaligus penjaga putranya dari perempuan-perempuan jalang koleksian Taeyong.
She win!
_________________
Madam Young
Nice job miss, Kim.
_________________
Bahagianya dia dapat pujian langsung dari Big Mama, huhuhu, Jisoo terharu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top