Part 18 | Peek A boo

Masih belum ada notif?
________________________

Kadang, libur kerja sendirian di flatmate tak menyenangkan. Ari tumbenan banget hari libur ada job, sementara Yuta sedari semalam belum pulang. Sepertinya dia menginap di tempat Minhyun.

Kegiatan pagi Jisoo di hari libur gelindingan di kasur sambil memikirkan rencana kedatangan ke pernikahan Minho. Masa seorang Kim Jisoo datang ke pernikahan mantan sendirian. Gandeng Yuta? Yang ada Minho akan mentertawakannya. Minho jelas-jelas tahu Yuta itu siapanya. Masa mengajak Ari, hmm, nanti dikira dia benaran lasbi sama Ari lagi. Tahu sendiri, Minho pernah sempat curiga begitu ke dia, apalagi Ari suka blak-blakan padanya.

Jalan satu-satunya, Jisoo hendak mengajak Minhyun sehari sebagai gandengan ke pernikahan Minho sama Rose. Lagian Minho tak tahu siapa Minhyun sebenarnya.

"Gak mungkin Yuta nolak," katanya percaya diri.

Sebenarnya dia bisa saja minta bantuan adik kesayangannya, tapi Jisoo sudah lama tak mengontak si adik. Kalau tiba-tiba kontak si manusia dengan tingkat kepedean luar biasa itu, yang ada Jisoo diaduin ke papanya. Papa galaknya sudah melebihi Lord Voldemort, Yuta sempat panas dingin bertemu papanya, sementara Ari yang biasanya nyeplos mendadak kaku.

Papanya memang galak, nyeremin lagi. Pantas mama minggat.

"Ish, ngapain juga mikirin itu!" gerutunya heran. Andai mama tak meninggalkan mereka, mungkin Jisoo tidak perlu juga meninggalkan rumah. Mama aneh, sudah tahu anak perempuannya ini mengikuti jejaknya malah kabur ke luar negeri sama suami barunya.

Jisoo paling bete mengenang kerumitan keluarganya. Huft!

"Tamu saat flashback keluarga itu emang ngeselin!" gerutunya ketika mendengar bel flatmate berbunyi. Tapi dalam benaknya, ia berdoa semoga bukan orang dari pihak papanya kemari. Jisoo suka stress kalau yang datang strangers minta dia pulang, mana rata-rata mukanya galak nyeremin. Yang ada dia ketakutan duluan, akhirnya kabur kejar-kejaran dan menggila.

Yuta berkata, "Telpon gue kalo ada apa-apa." Oleh karena itu, dia keluar sambil membawa ponsel. Lewat jendela samping pintu dia mengintip keluar. Tampak punggung seorang laki-laki membelakangi, dia memakai jaket hitam dengan kupluk jaket menutupi kepala. Jisoo sudah siap akan menghubungi Yuta, namun kali ini nomernya sedang tidak aktif.

Yang tadinya orang itu menekan bel, sekarang dia menggedor pintu. Jisoo terlonjak kaget seraya mengigit bibirnya khawatir. Seriusan kalau yang datang suruhan papanya, Jisoo sudah siap memukul kepalanya dengan tongkat bisbol yang memang disediain Ari dekat pintu. Katanya, "Buat jaga-jaga, ngusir makhluk tak di undang."

Sambil berdoa, dia memberanikan diri membuka pintu tak lupa tangan kiri mengenggam tongkat bisbol.

"Lama banget, sih!" gerutu pria itu menurunkan tudung jaket dan memperlihatkan sosoknya.

Jisoo shock.

Dia juga shock.

Betapa syoknya Jisoo begitu mengetahui siapa yang bertamu ke tempanya. Boss Lee aka Lee Taeyong dan bodohnya, dia keluar dengan sosok dirinya yang asli bukan si Ugly Kim.

Mampus ... mampus ... mampus.

Dirinya yang sempat akan mengomel lenyap begitu sosok cantik muncul. Taeyong tiba-tiba menarik senyum tipis setengah malu dan bertanya, "Kim ada?"

Bukannya dapat jawaban, malah dikagetkan oleh pintu yang ditutup secara tiba-tiba. Taeyong meloncat mundur sambil mengelus dada dan mengumpat kesal, sementara Jisoo di dalam gaduh sendiri.

"OH MY GOD!" Reaksinya menutup mulut tak percaya, sedang tangan satu menyentuh dada. Pikirannya semakin kalut ketika pintu tergedor kembali dan suara Taeyong berseru dari luar. "Halo, saya Lee Taeyong mau bertemu sekretaris saya Kim Jisoo," teriaknya.

Jisoo meremas kepalanya yang stress, sementara Taeyong di luar masih belum menyerah.

"Tolong sampaikan Kim saya butuh bantuannya."

"O-okaay!" sahutnya asal. Lalu buru-buru balik kamar. Jisoo bergegas mengganti pakaian, mengucir rambut, asal memakai fandaution. Dia sedang kacau, biasanya Ari mengurusnya sekarang dia harus melakukan itu seorang diri. Setelah dirasa telah menjadi si Ugly Kim, Jisoo bergegas keluar dan menemui Boss Lee.

"Eh, Boss!" sapanya menarik senyum sebisanya bersikap tenang.

Taeyong sempat memicingkan mata, menatap sekretarisnya, lalu menengok dalam sedang mencari orang lain. "Saya hampir marah ke teman kamu!" omelnya, sedikit menenangkan Jisoo karena bossnya ini ternyata bodoh dan gampang sekali dibodohi.

Jisoo meringis melihatkan deretan gigi putih rapi berbehelnya. "Boss mau minta bantuan saya?"

"Iya!" sahutnya cepat, selangkah ke depan hingga cahaya memperlihatkan keseluruhan wajah gantengnya yang sudah terkontaminasi dengan luka lebam.

"Muka Boss kenapa?"

"Kamu gak ngizinin saya masuk?" tanyanya mengalihkan dan langsung membuat Jisoo menyingkir memberi jalan untuknya.

"Boss duduk aja dulu," katanya mempersilahkan Taeyong duduk sementara dia lari ke dapur mencari alat P3K. Tak lama kembali, menempatkan dirinya duduk di samping Taeyong dan sebelum mengobati, Jisoo lebih dulu minta izin.

Untungnya si boss lagi baik hati. Tapi Jisoo masih ketar-ketir dan takut Taeyong mengenali mereka.

"Kamu di sini tinggal berempat?"

"Hm?" Dia sempat diam kaget tiba-tiba si boss menanyakan hal itu. Lalu terpaksa berbohong, "Hehe, iya."

"Boss kok bisa kayak begini kenapa?" tanyanya mencoba mengalihkan.

"Panjang."

"Dibuat pendek aja." Jisoo masih dengan senyum mencoba menyamankan diri. Dia sedang berbong dan duduk sedekat ini sama Taeyong bahkan jarinya menyentuh kulit wajahnya. Astaga, siapa yang tak ambyar coba?

"Madam pulang. Beliau marah, saya kabur."

"Kabur kok muka bonyok?"

"Oh, muka bonyok gak sengaja di jalan ketemu preman."

"Boss berantem?" Kali ini tatapannya serius, Taeyong balik menatapnya sebelum tersenyum tipis hingga membuat napas Jisoo tercekat. "Sok hero banget sih," ucapnya mencoba mengalihkan pandangan.

"Saya marah"

"Marah habis kena amukan Madam? Ck, pelampiasan kok ke preman."

"Mereka juga saya bayar"

Gila! Yang benar saja Taeyong membayar preman sekadar melampiaskan amarahnya. Selain bodoh, bossnya juga sinting.

"Terserah Boss aja deh," katanya mulai menyerah meladeni keidiotan Taeyong. "Lagian ya, boss kalau mau cari pasangan jangan sama artis. Biar Madam nggak tahu, Boss harusnya cari pasangan rakyat biasa."

"Yaudah, teman kamu aja," katanya.

"Teman saya yang mana?"

"Yang barusan ketemu saya," membuat Jisoo terhenyak, "pinta dia jadi pacar bohongan saya."

"Idih, mana mau dia."

"Kenapa?"

"Teman saya limited edition, maunya yang limited edition."

"Lalu saya bukan limited edition?"

"Bukan!" ujarnya menahan diri supaya tak tertawa dan mengatai bodoh Taeyong. Astaga, seriusan si boss belum sadar juga siapa yang ditemui barusan? Ya, ampun. "Teman saya gak bakalan mau sama Boss Lee."

"Kok gitu?" tanyanya. "Saya kurang ganteng?" Bukan kurang lagi, tapi overload gantengnya.

"Iyakali."

"Ck, teman kamu minus sepuluh pasti." Hei! Kalau Jisoo minus sepuluh terus bedanya sama dia apa? Dia bahkan tak bisa membedakan si cantik Jisoo dan si jelek Jisoo. "Atau jangan-jangan kamu gak rela teman kamu jadi pacar bohongan saya?"

Sumpah, dia mau ketawa sepuas-puasnya mentertawakan kebodohan seorang Lee Taeyong.

Jisoo berdehem keras mencoba menahan tawa. "Kata siapa?"

"Your Boss." Nadanya sombong, tapi luntur karena Jisoo sudah mencapnya sebagai boss idiot, sinting, polos, bodoh—paket lengkap pokoknya.

"Sama Ari saja, mau? Dia available."

"No!" Taeyong langsung menolak.

"Kenapa?"

"She's beautiful, I know. Bu t...." Sengaja menjeda kalimatnya sembari memandang sang gadis Kim ragu. Gimana ya, dia mau membicarakan orang lain dan orang lain itu teman dari sekretarisnya. Kesannya aneh, membicarakan seseorang bersama teman orang itu sendiri. "Dia terlalu menakutkan, Kim. Jika dibandingkan, hmm, sebelas duabelaslah, sama kamu."

"Maksud Boss, kita berdua barbar begitu?" Apa bedanya dong, sama Jisoo versi cantik? Kan, mereka sama.

"I said what I said, Kim."

"Said what I said, gundulmu!" protesnya sambil menekan lama luka di pipi Taeyong hingga membuatnya mengaduh kesakitan. "Lagian Boss kenapa mesti cari pasangan? Kenapa gak terima saja tawaran perjodohan Madam Young?"

"Saya mau," akunya menghentikan sesaat kesibukan Jisoo mengobati luka lebam di wajahnya, "tapi saya gak mau melukai perasaan orang lain. They love each other, so, saya gak mau merusak kebahagiaan mereka."

"Boss sendiri?"

"Mencari kebahagiaan saya sendiri"

"Tiba-tiba saya merinding Boss, maaf," lirihnya. "Boss bilang mau cari kebahagiaan, harusnya boss cari pasangan bukannya minta orang lain buat jadi pacar bohongan."

Taeyong diam. Bukan diam berpikir, dia diam karena menikmati obrolan mereka sembari memperhatikan sisi lembut sang sekretaris. Seulas senyum samar-samar terukir di wajah, namun saat gadis itu menatapnya, dia buru-buru melenyapkan senyumnya.

"Satu minggu pura-pura, teman kamu masih tetap gak mau?"

"Gak!" Dia mau kalau selamanya.

"Saya bayar."

"Tetap gak mau!" Sambil mendelik galak. Dibilangin dia mau selamanya bukan hanya seminggu. "Cari lainnya saja."

"Kamu?"

"Hah?" Ekspresinya melongo dungu. Setelahnya Jisoo tertawa. Akhirnya dia bisa mentertawakan kebodohan dan kepolosan seorang Lee Taeyong. Definisi 'bodoh dan polos itu beda tipis; memang benar.

"Saya gak butuh ledekan kamu, Kim."

Jisoo berhenti. "Maaf, maaf." Namun kembali tertawa. Taeyong yang selalu marah-marah ternyata sepolos dan sebodoh ini.

"Gak, Boss, gak mau."

Taeyong terhenyak. "Kamu menolak saya?"

"Emang Boss nyatain perasaan, enggak, 'kan?"

"Kim fuckin' halu," desisnya sebelum memukul kepala Jisoo dengan botol betadine. "Saya minta tolong bukan menyatakan perasaan. IQ mu berapa, sih?"

"IQ saya ada di atas rata-rata!" Sambil mengusap bekas pukulan di kepalanya. "Boss kalau ngomong yang jelas, jangan setengah-setengah."

"Ngomong sama kamu capek, Kim."

"Terbukti IQ boss berada di bawah saya," katanya. "Daritadi kita ngobrol sambil duduk, kecuali sambil jalan baru boleh bilang capek!"

"Terserah kamu aja Kim, saya capek."

"Dasar kaum lemah!" sindirnya menataki obat setelah selesai mengobati luka lebamnya. "Boss mau tetap di sini atau pulang?"

"Kamu mengusir saya?"

"Saya bertanya bukan mengusir!"

"Buat cari aman saya tinggal di sini. Saya akan pergi kalau Mama sudah berhenti mengomel."

"Yaudah!" ucapnya beranjak sambil membawa peralatan P3K. Mau dibalikin ke tempatnya. Saat hendak pergi, tiba-tiba Taeyong berseru dan membuat jantungnya berhenti berdetak.

"Setelah saya perhatikan, kamu dan temanmu itu terlihat mirip. Kalian bersaudara?"

Waduh, mampus.


Part ini terpanjang dong hampir 2K 😱😱😱

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top