Part 17 | Clear

Ada notif gak?
_________________

Jisoo melirik pantulan siluet dari kaca yang bertengker di atas papan bertulisan 'welcome'. Dia menggulum senyum sempat menoleh Myungsoo yang kini tersenyum padanya.

"See?" Ia mengangguk kembali melihat si pemilik siluet yang tertangkap oleh kaca."Pantes dari tadi keliling ngerasa kayak diikutin"

Myungsoo tertawa pelan. Sebelumnya dia sadar kalau sedang diikuti, maka dari itu sengaja mengajak Jisoo keliling taman hiburan sekalian membuat si pengutit keki dan mendumal kesal. Myungsoo jelas tahu tabiat adiknya, Taeyong paling tak suka keliling suatu tempat tanpa tujuan.

"Lagian Boss Lee ngapain ngutit?"

"Dia penasaran," bisiknya, tersenyum geli membayangkan ekspresi jengkel Taeyong saat mengikuti mereka. "Saya sudah pernah bilang, 'kan? Taeyong itu penganut tsundere."

"Kelihatan sih," ucapnya membenarkan.

"Tetap lanjut atau kamu mau pulang?"

"Lanjut aja, lanjut. Sekalian ngerjain boss Lee." Usulnya, kegirangan. Dalam benaknya Jisoo telah menyeringai puas membayangkan ekspresi jengkel seorang Lee Taeyong yang dikerjai balik oleh mereka. Lagian, siapa suruh menguntit diam-diam.

Di posisi Taeyong sekarang dia belum paham, untuk apa dia menguntit mereka? Bukannya untung malah rugi. Belum lagi dia harus rela mencari tempat sembunyi yang tak teradar oleh mereka.

Taeyong bingung. Dia masih waras, 'kan?

Rasa penasarannya timbul saat pagi-pagi sekali Myungsoo menerobos masuk ke dalam kamar dan pamit. "Aku mau pergi!" Dia yang setengah sadar hanya menyahut, iya.

"Gak mau tahu pergi sama siapa?"

Taeyong seriusan tak peduli. Saat itu dia masih mengantuk dan berharap kakaknya keluar dari kamar. Dia sudah mengusir Myungsoo dengan gerakan tangan 'get out'. Bukannya keluar dari kamar, Myungsoo malah memberitahu, "Aku mau ngajak kencan Jisoo hari ini ke taman hiburan." Setelahnya pergi begitu memberitahu. Sepertinya disengaja, karena setelahnya, Taeyong langsung terbangun dari tidur dan mengecek lewat jendela kamar melihat Myungsoo dengan mobil meninggalkan rumah.

Di sinilah dia sekarang, diam-diam menguntit, karena ingintahu, dan memastikan omongan Myungsoo itu benar.

Selama menguntit, dia selalu bergumam, "Fuckin' halu!" berulang-ulang saat melihat sekretarisnya selalu tersenyum sama Myungsoo. Apalagi saat melihat Myungsoo mencium pipi Jisoo. Taeyong seketika mendapatkan shock attack.

"Halu, halu, halu, halu, halu," gumamnya bergidik ngeri.

Sampai ketika suara husky gadis Kim mengejutkannya. Taeyong hampir meloncat keluar dari tempat persembunyian, tapi Jisoo lebih dahulu mentertawai, dan mengejek. Dia tertangkap basah, Myungsoo sama sekali tidak membantunya.

"Kamu bilang ikut pasti aku ajak," kata sang kakak.

Taeyong mendesis sembari menatap sebal mereka. Astaga, betapa malunya dia sekarang.

"Hobi Boss Lee itu menguntit, ya? Hmmm, boleh juga."

"Diam kamu, Kim!"

"Mulut itu diciptakan untuk berbicara bukan diam," tukasnya senang mempermalukan boss sendiri.

"Terserah!" ujarnya berusaha mengembalikan imagenya.

"Dih, kata-kata laknat keluar," lirih Jisoo. 'Terserah' kata-kata laknat yang selalu diucapkan oleh perempuan. Biasanya kata itu menjerumuskan kaum adam ke ladang pertikaian. Lalu muncullah sebuah konsep 'perempuan selalu benar, laki-laki selalu salah.' Namun tidak untuk kasus seorang boss Lee dan sekretarisnya.

Boss Lee selalu benar, Kim selalu salah.

...

Jisoo pulang setelah seharian bersama Myungsoo dan Taeyong, meski seharian itu lebih banyak dia mengolok-olok bosnya dan tak lupa Taeyong memanggilnya halu. Sepertinya halu sudah resmi menjadi nama Jisoo.

"Lho?" dahinya mengernyit ketika melihat Yuta bersama Ari di ruang tamu dengan ekspresi muram Yuta membuatnya segera menghampiri mereka. "Anti hoax nih pasti," ujarnya langsung mendaratkan pantat di sofa kosong sebelah kanan Yuta.

"Yuta mau ngajak Minhyun putus."

"What the hell is going on?" Dia baru pulang dapat berita begini langsung syok. Setahunya, hubungan Yuta bersama Minhyun baik-baik saja, belum ada tanda-tanda pertikaian di antara mereka. "Jelasin ke aku, siapa yang bejat di antara kalian berdua. Kamu, Yut?"

"Yuta ngerasa Minhyun balik normal," kata Ari mewakili Yuta.

"FOR REAL? Shit!" shock attack again, "Enggak mungkin! Aku ngerasa Minhyun itu sayang banget sama Yuta."

Kalian paham tidak lika-liku hubungan menyimpang itu? Mereka terpaksa menyiksa diri merahasiakan jati diri mereka ke public. Berlagak straight, padahal bukan, dan itu menyiksa sekali untuk mereka. Belum lagi mereka harus menjalin hubungan backstreat, takut pasangan balik normal, takut kena hujatan para homophobiac—blah blah blah—Yuta sudah memikul semua itu dari lama dan beruntungnya dia kenal dua perempuan yang terbuka padanya.

Ari dan Jisoo sudah banyak membantu. Dari mereka bergantian menjadi kekasih bohongan Yuta untuk bertemu orangtuanya, bertemu teman, dan menghindarkan Yuta dari godaan perempuan, bahkan mereka pernah berusaha membantu Yuta back to normal meski dengan cara—well, agak nekat juga. Tetap saja Yuta selalu merasa bahwa dirinya gay. Yuta takut perempuan, pengecualian untuk perempuan yang tak ada niatan mendekatinya as a boyfriend.

Dia trauma sebab itu dia menjadi gay. Yuta juga tak menyalahkan masa lalu, dia hanya berpikir mungkin inilah jalannya untuk melupakan masa lalu.

Saat bersedih dan meragukan pasangannya, di situlah Ari dan Jisoo bersimpati. Mereka memeluk Yuta erat sambil menyakinkan. "Minhyun ngaku begitu sama kamu?"

"Enggak."

"Lalu?"

"Aku ngelihat dia sama anak magang. Kalian paham, 'kan?" Yuta cemburu dan wajar. Pasangan mana yang tidak cemburu melihat pasangannya bersama perempuan lain? Cemburu itu wajar karena sifat bawaan manusia.

"Cewek?" tanya Ari yang memang tidak tahu.

"Yeah, she's beautiful," akunya. "Semua teman kantor begitu hanya membicarakan mereka. Tiap kali berpapasan, aku merasa mereka cocok dan serasi." Suaranya tercekat menahan sedih atas kecemburuannya. Jisoo menepuk-nepuk lengan Yuta. "Minhyun ganteng, dia cantik, mereka cocok,"

"Minhyun sukanya kamu, Yut," ujar Ari.

"Ar, cara Minhyun ngelihat dia itu—"

"Sekarang aku nanya!" Ari menatapnya serius, "Pertama kali yang deketin siapa, kamu atau Minhyun?"

"Hmmmmm, i don't know."

"Yang nunjukin sikap suka duluan siapa? Kamu atau Minhyun?" tanya Jisoo gantian.

Yuta sempat berpikir, mengingat-ingat. "Minhyun," jawabnya kemudian. Pria itu yang pertama kali menunjukan sikap tertarik padanya.

"Minhyun juga yang ngajakin jadian?"

Yuta mengangguk.

"Jelaskan, siapa yang bucin di antara kalian?"

"Tapi mer—"

"Yut!" Jisoo membentak. "Teman kamu ini tahu mana yang beneran gay, mana gay setengah-setengah, dan gay bohongan. Menurut kamu, kenapa kita gak macem-macem ke Minhyun pas tahu dia pasanganmu?"

"Karena kita tahu, Minhyun bucen!" sambung Ari, "ih, kamu mah, dapat pasangan ganteng bukannya balik dibucinin malah ngeraguin."

"Kalau gak mau sini buat aku aja!" kata Jisoo asal tapi langsung ketawa menggodai Yuta setelah pria itu menatapnya galak. "Bercanda, Yut, bercanda," ujarnya.

"Biar kita urus wanita ular yang nyoba ngerebut Minhyun," kata mereka kompakan menatap Yuta yang kini mulai menarik senyum.

"Gitu dong, senyum ganteng," kekeh Ari memukul pelan dada Yuta sebelum mengusap-usapnya. "Jis, bukain pintu ada tamu, tuh!" tegurnya menepuk lengan Jisoo yang membungkus setengah dari pinggang Yuta.

Jisoo menolak. Kepalanya yang bersandar di lengan Yuta menengok Ari. "Kamu aja, Ar, aku capek."

"Kamu, ih!

"Biar aku aja." Yuta mau bangkit berdiri tapi ditahan karena Jisoo melarangnya. "Biar Ari aja," katanya.

Ari mendumal tapi dia tetap berdiri, terpaksa membuka pintu, karena Jisoo sedang merajuk manja.

"Gimana kencannya, seru?"

"Seru tapi ngeselin!"

"Kok gitu?"

"Masa ya, si Boss Le—"

"Jisoo!!!" Belum sempat bercerita, Ari datang-datang mengagetkan mereka. "Mantan kamu di luar!"

"Siapa?"

"Minho. Minho."

"NGAPAIN?"

"Nih!" Diberikan undangan warna putih dengan tulisan bertinta emas dan terdapat nama mantan tertera di sana bersandingan dengan nama seorang perempuan.

"MINHO MAU NIKAH?"

"Iya!" Ari membenarkan dengan cepat. "Dia masih di luar mau ketemu."

Sebelum keluar, dia membuang kacamata, mengusap make up super weird-nya, mengerai rambut, terburu-buru menemui sang mantan setelah merasa dia menjadi si cantik Kim Jisoo. Tidak lupa di belakang ada Ari bersama Yuta ikut menemani.

"Jisoo," sapa pria itu.

Jisoo menggulum senyum menyambut kedatangannya, well, Minho tak sendirian dia bersama calon istrinya.

"Ya ampun, Rose! Ternyata kamu calonnya Minho?" pekik Jisoo langsung menghambur Rose, soon to be Minho's wife, kepelukannya.


say hi to minhoxrose 🙈

teruntuk kalian, please, aku serius ini! stop sebut kapal lain di komen section, jangan sebut kapal yang gak ada di lapak ini, kapal yang gak pernah aku ciptakan di lapak ini, jangan sebut kapal manapun yang gak ada di lapak 'ugly kim' sebutin aja nama kapal yang namanya aku munculin di lapak ini asal jangan meleceng jauh. Apalagi cuma komen singkat padat jelas gak ada sangkut pautnya sama cerita lalu ujung-ujungnya minta dibuatin lapak untuk kapal yang gak pernah aku sebut disini.

Please, stop!

Kalau komen begini "buat lapak arixyutaxjisoo" atau begini "buat lapak myungsooxjisoo" gak masalah karena mereka aku sebutin disini, lah ini malah nyasar 😤 misal komennya itu di lapak 'playlist' gak apa-apa juga, lah ini dilapak yang jelas gak ada hubungannya 😤

suka bingung padahal kan kusudah ada juga lapak jisoo ft boys ngapa masih nyasar 😭😭😭😭 astaghfirullah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top