Part 14 | A snake
Selamat berbuka puasa ❣
aku yang menyatukan mereka, aku yg tenggelam sama karakter mereka huhu jadi sayang threesome-ku 😭
______________________________________
Gosip beredar bagian divisi keuangan kedatangan anak magang, katanya cantik, dan Jisoo kepo. Habis jam makan siang dia mondar-mandir ke divisi keuangan sekadar ingin tahu rupa si anak magang.
Gimana dia tak kepo? Seorang Yuta yang jarang menggosipkan perempuan tiba-tiba dengan lancar membicarakan lawan jenis. Lawan jenis yang sering keluar dari mulutnya kalau bukan Jisoo, ya, pasti si Ari. Jisoo sempat mencurigai Yuta mendadak back to straight, giliran ditanya, “Kamu straight? Kok tumben.” Jisoo langsung kena tabokan.
... andai Yuta straight, ada kesempatan dalam kesempitan untuk Jisoo.
Jisoo berkeliling koridor divisi keuangan dan tanpa sengaja bertemu Minhyun. Pria itu lantas menyapanya, “Cari siapa?”
“Cari jodoh, siapa tau nemu di sini.”
Minhyun menggeleng sambil tersenyum tipis. Yuta sudah banyak cerita soal dua temannya ini. Katanya, baik Jisoo maupun Ari, mereka berdua CCG (cantik-cantik galak).
“Mau tipe apa?”
“Kamu sanggup cariin aku jodoh?”
Mereka bercanda, sekalian saling mengakrabkan diri agar Minhyun tiap main ke flatmate tidak perlu malu-malu. “Tergantung,” balasnya.
“Kayak kamu.” Jisoo asal nyeplos. Tapi seriusan, siapa sih, yang mampu menolak pesona seorang Hwang Minhyun? Sudah ganteng, tinggi, putih, dan baik pula, tak segalak dan menyebalkan Boss Lee. “Masih ada gak?” tanyanya.
“Ong mau?”
“Males! Sinting dia.” Ong teman satu divisi Minhyun. Mereka pernah bertemu di cafetaria. Pertama kali bertemu, Jisoo sudah mencap Ong sebagai ‘pria sinting’ karena kelakuan super aneh.
“Doyoung?”
“Boleh, boleh. Tapi, emang dia mau sama aku?” Doyoung, si pegawai kantor yang bentukannya daddy-able. Jisoo paling gemas setiap berpapasan sama Doyoung.
Bentar, kok malah jadi bahas jodoh? Niat dia kemari, kan, mau cari tahu si anak magang. Bagaimana, sih?
“Tuh, sama Pak Jay aja,” kata Minhyun bercanda sambil melirik Pak Jeyepi, dewan direksi, yang kebetulan lewat.
Jisoo seketika melotot horor. "Yakali!”
“Duit banyak Jis, masa gak mau?”
Mau duit banyak kalau bentukan kayak Pak Jeyepi, say goodbye, kecuali bentukannya kayak si boss maulah dia. “Nah, kalau dia aku baru mau.” Dagunya menunjuk ke depan, tepat seorang Lee Taeyong keluar dari pintu lift bersama Myungsoo.
Duo combo, perfect all kill.
“Gak perlu ditanya, semua cewek pasti mau sama mereka.”
“Kamu mau gak?” godanya menaik turunkan alis disengaja.
Minhyun tersenyum tipis. “No, Yuta lebih dari cukup.”
“Cieeeeeeeeee.”
Yang ngomong siapa, untuk siapa, yang cenat-cenut Jisoo.
Saat Jisoo asyik menggoda Minhyun, dua bersaudara Lee sempat memperhatikan. Myungsoo pun melirik saudaranya lantas bertanya, “Gak kamu panggil? Bukannya tadi nyariin?”
“Udah basi,” ucapnya tak acuh.
“Kak Minhyun!”
Minhyun pun membalas, “Ya, Nancy?”
Oh, ini toh, batin Jisoo mengangguk paham. Si Nancy, gadis yang digosipkan Yuta di cafetaria.
“Kak, aku lupa cara input data, bisa bantuin?” Tangannya memegang lengan Minhyun. “Please,” bujuknya menggerakan manja genggamannya.
“Iya.” Minhyun mengiyakan dan tersenyum. Baru saja dia mau pamit, tarikan Nancy lebih cepat membawanya pergi.
Jisoo mengernyit, entah mengapa dia meragukan sikap manis Nancy.
Saat-saat seperti ini nih, Jisoo perlu bertemu ibu HRD untuk berkonsultasi alias menggosip. Hwasa mempunyai gelar psikolog, pasti dia paham betul sifat manusia. Tanpa pikir lama dia segera melesat ke kantor Hwasa mencari si ibu HRD di ruangannya. Mengintip dari celah pintu, dia melihat Hwasa di dalam ruangan tidak sendirian, ada Myungsoo, dan sepertinya mereka sedang terlibat obrolan serius.
“Kim fuckin' snake.”
Jisoo kaget, tiba-tiba dari belakang ada suara Boss Lee mendesis, dan menyebutnya snake.
Kim fuckin' snake?
“Saya ular Boss apa, dong? Anaconda?” balasnya mendengus singkat, lantas berbalik, dan bertemu si wajah tampan hasil mahakarya Yang Maha Esa.
Taeyong memutar bola mata ke atas tanpa mengindahkan balasannya.
“Kamu suka pilih-pilih senyum,” ucapnya tiba-tiba.
“Hah?” Dia menatapnya bingung.
Taeyong terlihat tak acuh, tapi atensinya diam-diam memperhatikan sekretarisnya. “Saya melihat, kamu gampang senyum sama orang lain, sementara sama saya, kamu pelit.”
“Gak tahu, gak dengar, saya bodoh, mendadak tuli!” ujarnya. Coba saja sekali-kali bossnya ini baik, yakin dah, Jisoo akan senyum tiap saat padanya.
“Dasar barbar, halu, idiot, ular, bodoh!” Sebutin saja semua hinaan untuknya, mumpung Jisoo lagi baik hati menerima hinaan dengan segala bentuk.
Mana yang katanya mereka damai? Halah, dusta.
“Ingat, Boss. Masih ada Dudu yang bisa saya kuliti!” Ancamnya didukung oleh ekspresi maleficent-nya dan berhasil mengancam si pemilik mobil yang diberi nama Dudu.
“Awas kamu macam-macam sama Dudu.”
“Saya gak peduli.” Sikapnya tak acuh membuat Taeyong menggeram kesal “Kim!” Dan dia tidak tanggung-tanggung, ekspresinya terlihat amat kesal.
“Ha, ha, ha, ha!” Tawa Jisoo meledek puas melihat ekspresi hopeless si boss. “Like joker said, why so serious?” Kedua pundak gadis Kim terangkat cuek, disambung senyum cantiknya.
Melihatnya tersenyum begitu tanpa sadar membuat Taeyong ikut tersenyum memandanginya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top