sbatthalah || Talking To The Moon
Talking To The Moon ~ Bruno Mars
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
"Berly, kita harus putus," bisik Naily sambil menatap mata Berly dengan linangan air mata yang belum sempat jatuh.
Berly mematung sesaat. Tangan Berly yang tadi menggenggam halus tangan Naily yang mulus seketika terlepas. Masih tercengang akan keadaan. Matanya pun mulai berkaca-kaca.
"Ta-tapi kenapa Nay?" Tanya Berly gagap, tangannya mulai bergetar.
"Aku harus pindah. Ayah ada tugas di luar kota. Aku harus ikut," jawab Naily tak kalah gemetar. Setetes air mata berhasil lolos dari kelopak matanya.
"Tapi kan kita bisa ...."
"Dan aku gak mau kita LDR-an, aku gak bisa. Aku juga sebenernya gak mau Ber. Tapi tolong ... tolong kamu ngerti," potong Naily cepat. Berkali-kali dia menghapus air mata yang membasahi pipinya yang mungil.
"Yaudah kalau kamu maunya gitu," jawab Berly singkat. Berly tak kuasa lagi menahan air mata yang sedari tadi tertampung di kelopak matanya.
"Maaf Ber. Gue juga sebenernya gak mau," bela Naily, berharap Berly mau memaafkannya.
"Iya gapapa. Tapi sebenernya kamu tau kan? Untuk beberapa lama aku belum bisa ikhlas ngerelain kamu. Atau mungkin selamanya," jelas Berly, hatinya yang kini bicara.
"Aku juga."
"Engga. Kamu bakal cepet dapetin pengganti aku." Tangan Berly mulai meraih pipi Naily, menghapus air mata yang sedari tadi jatuh dengan deras.
Naily pun membalas dengan memberi satu kecupan halus di kening Berly. Wajah Berly memerah. Sebuah kecupan pertama dan terakhir yang Berly terima dari Naily yang sebenarnya ingin ia miliki seumur hidupnya.
¤¤¤♡¤¤¤
Berly beranjak dari meja makan, menaiki beberapa anak tangga menuju kamar kecilnya. Berly membuka pintu kamar perlahan, tangannya bergetar entah karna apa. Tangannya mulai meraih kursi di depan komputer dan menggesernya tepat di depan jendela yang dibiarkan terbuka. Segarnya angin malam mulai merasuki tubuh Berly, terlihat bulan yang dihimpit beribu bintang kecil.
Berly hanya duduk termenung melihat eloknya bulan purnama itu. Mulutnya tiba-tiba terbuka, mengatakan sesuatu.
"Kenapa? Kenapa belum bisa?" Berly mulai bicara. Bukan bicara sendiri, melainkan bicara bersama bulan yang menjadi teman bicara hatinya. Kehilangan Naily benar-benar meninggalkan bekas luka yang teramat dalam.
Ponselnya mulai berdering sekali.
Dua ...
Tiga ...
Berly mulai mengambil ponselnya, mencegah agar terdengar deringan keempat. Terlihat nama pengirim pesan. Naily. Jantung Berly mulai berdentam keras.
Naily: Hai Ber!
Naily: Apa kabar?
Naily: Lo liat bulan malam ini deh. Indah banget.
Terjadi sebuah kesamaan yang membuat hati Berly terasa sakit, dia semakin teringat peristiwa malam itu. Dua bulan dan dia masih belum bisa melupakannya.
"Woy. Ngapain ngomong sendiri?" Seorang lelaki kurus dan tinggi berteriak dari bawah. Dia Rey, sahabat Berly.
"Hah? Apaan? Gue daritadi diem," balas Berly denfan teriakan yang lebih besar.
"Lo daritadi ngomong kenceng banget. Liat tetangga-tetangga sebelah lo! Dari tadi ngeliatin!"
"Hah? Masa? Bodo amat! Balik aja lu sana!" Suara Berly makin kencang, membuat lebih banyak tetangganya yang memperhatikannya.
Rei mulai berlari menjauhi rumah Berly, tanpa merespon perkataan Berly. Dan seketika suasana menjadi hening setelah Rei pergi. Pandangan Berly kembali fokus ke layar ponselnya, masih terpaku. Entah ingin membalas apa. Dia bingung.
Berly: Gue baik kok Nay. Ia gue juga lagi liat. Indah banget.
Balas Berly spontan tanpa berpikir. Pandangannya mulai teralihkan oleh awan yang lewat sejajar denfan bulan dari pandangannya. Hatinya yang sedari tadi berdentam kini mulai reda, menatap serius bulan yang bersinar terang.
"Gue tau kok, lo udah bahagia dengan yang lain. Dan sesuai dengan kata-kata terakhir yang gue ucapin, gue belom bisa biarin lo pergi, Nay. Gue pengen lo balik lagi ke gue," ucapnya kepada bulan yang mulai tertutup oleh awan hitam yang cukup tebal.
Berly bangkit dari kursinya, menutup jendela, dan mengembalikannya ke posisi semula. Dia berjalan menunduk ke arah ranjangnya, menarik selimut dan mulai tertidur lelap. Bulannya kini hilang, ditutupi oleh awan hitam yang merebutnya. Dan rintik hujan mulai terdengar.
• • • • • • • • • •
• THE END •
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top