Bagian 15. Pesan Bantuan

Author POV

Ruang Istirahat, Pengumpul Jiwa. 20.00











Agus, Baihaki, Chandra dan lainnya berkumpul kembali di markas Serikat atau kelompok Dona, Erna dan Gina bekerja, mereka kumpul-kumpul bersama sambil makan martabak telor dan martabak manis rasa coklat, keju serta kacang, apalagi Chandra yang melahap habis setengah dari martabak manis sehingga dirinya kesusahan untuk bergerak. Gina tertawa geli sembari membantu Chandra mengambilkan minuman, di sudut sofa yang muat untuk 4 orang ini ada Agus dan Erna yang asik bicara berdua soal sekolah.

Baihaki cuma diam memperhatikan kedua sahabatnya tengah bersenang-senang, sampai Dona duduk disampingnya.

"Kau tidak mau makan lagi? "

"Aku tidak terlalu lapar.. "

"Begitu.. "

Mereka berdua sama-sama memperhatikan sahabat mereka saling berbincang riang. Dona agak terkejut saat Baihaki berbisik, bila ia ingin semua ini terus berlanjut tanpa ada akhir. Dona setuju dengan doa Baihaki tapi semua orang yang ada disana sangat tahu jika itu adalah hal mustahil. ADA sesuatu yang mesti mereka perbuat, dan waktu mereka tidak banyak.

"Secepatnya aku ingin semua ini berakhir lalu kita bisa seperti dulu lagi..! " perkataan Baihaki barusan di dukung penuh oleh dua sahabatnya, mereka menginginkan hal yang sama.

"K-kak Baihaki tenang saja. Erna akan membantu sekuat Erna bisa.! "

"Aku juga..! "

"Chandra serta lainnya nampak kesusahan dan aku ingin membantu kalian?! "

Ketiga pemuda ini dengan kompak tersenyum. Pesta berlanjut sampai jam 9 malam lewat.

Dona masuk kembali ke ruang istirahat setelah beberapa saat lalu ia keluar. "Aku sudah minta izin sama orangtuaku jika akan menginap disini.. " beritahunya.

"Aku juga..! " kata Gina memperlihatkan HP nya.

"Ya. E-Erna lagi di rumah teman. Hm.. "

Agus nampak tidak enak melihat Erna membohongi ibunya karena masalah mereka, Gina menyakinkan Agus untuk menerima hal tersebut.

"Erna baru saja diperbolehkan menginap.. "

"Dengan ini masalah selesai.. " lega Dona.

"Maaf Erna.. "

"Tidak apa kok.. "

Keenamnya berencana tidur di ruang istirahat tapi kemudian Rio tiba-tiba saja masuk ke dalam dengan ekspresi serius.

"Guru, ada apa? " Gina.

Rio menutup matanya, berpikir. Lalu Rio meminta bantuan. "Maaf menganggu. Aku tahu kalian baru datang akan tetapi aku SANGAT perlu bantuan saat ini?! "

Dona, Erna dan Gina yang sudah lama berada di Serikat mengerti jika ini adalah masalah yang serius sampai Rio---guru mereka meminta bantuan, terlebih dengan ekspresi serius seperti tadi. Ketiganya sempat melirik Agus, Baihaki serta Chandra karena kemungkinan besar ketiganya ikut terlibat.

"Ada apa, kak Rio? " tanya Agus mulai penasaran.

"Beberapa menit lalu aku mendapat pesan bantuan dari rekan-rekan Pengumpul Jiwa, bila mereka dalam masalah. Pesan itu berasal di empat tempat berbeda, namun dikirim di waktu yang sama.. "

"Apa maksudnya itu? " Dona.

"Tidak tahu. Tapi aku tahu jika mereka sedang terlibat masalah sampai mengirim pesan bantuan. Pengumpul Jiwa saat ini kekurangan anggota karena aku menyuruh mereka mencari Profesor Gila. Aku tidak ingin menarik mereka dari tugas yang sudah aku berikan. Jadi hanya kalian yang tersisa.. "

"Tidak apa. Biarkan kami ikut dalam tugas ini, kak Rio?!" seru Agus.

"Anggap saja bayaran untuk martabak tadi.. " senyum Chandra.

"Aku belum ngantuk juga.. " sambung Baihaki.

"Terimakasih... " senang Rio.

Dona, Erna dan Gina nampak setuju juga.

"Itu artinya kita harus membagi kelompok jadi 4? " Gina.

"Aku akan pergi sendiri.! " seru Agus membuat Erna terkejut. "T-tapi kak Agus, itu!? "

"Aku baik saja. Erna, kau harus bersama yang lainnya karena kekuatanmu sangat berguna.. "

"Kalau begitu Erna ingin ikut kak Agus?! "

"Heeee.? "

"Aku saja, Agus. Aku sudah terbiasa kerja sendiri disini.. " ucap Dona.

"Dona!? " terkejut Agus.

"Berarti tersisa aku, Baihaki dan Chandra.. " gumam Gina.

Baihaki mendekati Dona. "Kau akan baik saja seorang diri, Dona? "

"Ya. Thanks sudah mau mencemaskanku.! "

"Aku tahu kau kuat tapi aku cemas.. "

"Baihaki.. "

Rio mengerut dahinya melihat keputusan anak anggotanya. Apa mereka lupa jika dia adalah pemimpin ketiganya? Pikir Rio.

"Tidak usah buru-buru. Kalian tetap akan di satu kelompok yang sama.. " kata Rio.

"""??? """ ke-enam remaja ini sontak saja terdiam.

"T-tapi guru, bukannya ada 4 tempat? Siapa sat---"

"---Satunya biar aku! "

""!? "" ketiga gadis ini terkejut.

"Aku akan mengambil bagian tersulit. Itu tidak jauh dari sini juga.. "

"......... "

"....... "

"...... "

"Huu. Jangan berwajah seperti itu. Ada apa dengan kalian ini.? " kekeh Rio menertawai mereka. Rio kemudian memberikan alamat kepada ketiga pemuda yang akan bersama mengerjakan.

"Ini alamat yang harus kalian tuju. Lindungi ketiga gadis kecilku. Oke? "

Rio keluar dari ruang istirahat setelah urusannya selesai. Mereka jadi diam memikirkan keputusan dari guru mereka.

"Eerr. Ini jadi kacau... " garuk Chandra.

"Kalian bertiga.. " panggil Agus. "Aku juga bingung dengan keputusan kak Rio. Jika dia ikut pergi, siapa yang akan melindungi tempat ini? Tapi satu hal yang aku tahu, kak Rio melakukannya demi kebaikan semua orang yang ada disini. Kalian setuju dengan itu, bukan? "

"Agus benar. Heh. Guru ada-ada saja.. " dengus Dona sebal.

"Terkadang guru bisa buat kita bingung dan frustasi.."

"Hmp.! "

Agus mengangkat kedua tinjunya melakukan pukulan ringan bersama Baihaki dan Chandra, kemudian tersenyum penuh semangat.

"Apalagi yang kita tunggu? Ayo! "

"" Ya! ""

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top