Bagian 14. Masalah Sebenarnya
Author POV
Veteran, Pengumpul Jiwa. 15.12
Rio menyiapkan tempat duduk untuk Rosanti juga, walau diberi jarak oleh Dona yang duduk ditengah-tengah mereka. Mungkin dia kira targetnya Baihaki padahal tidak ada yang seperti itu.
Rio mendengus geli sembari memberikan masing-masing teh ke mereka dan biskuit juga.
"Darimana aku harus memulai, ya.? " gumam Rio di meja kerjanya. "Mari kita mengingat kejadian 1 tahun yang lalu di Siring. Kau pasti ingat betul semua itu, nona Rosanti? "
"Hentikan panggilan itu aku tidak suka.. "
"Maaf. 1 tahun yang lalu ada kejadian yang disebut dengan Malam Seram di Siring, bahkan kejadian ini membuat pemerintah menutup tempat wisata tersebut. Air yang mengalir di sungai tiba-tiba naik ke darat dan membuat banjir sampai ke tempat ini pun. Tidak sampai disitu banyak roh-roh yang gentayangan yang dapat menyerang manusia setiap kali keluar malam. Pemerintah dengan terpaksa mempercayai hal goib seperti ini sebagai alasan kenapa Siring di tutup. Lalu pemerintah banyak meminta orang-orang 'yang ahli' untuk mengatasi masalah tersebut tapi tidak ada satu pun yang sanggup. "
"Sampai Ikh datang.. " seru Dona, saat Rosanti mendengar itu gadis berambut biru itu tersenyum entah kenapa.
"Benar. Dan nona Rosanti dipercaya sebagai salah satu penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Dia membuat banjir di Siring.. "
"Saya mendengar kisah itu juga, guru.. " tatap Dona waspada.
"Mau bagaimana lagi? Aku saat itu dalam pengaruh orang lain.. " ucap Rosanti dengan cuek.
"Benarkah itu, guru? "
"Itu benar juga. Tapi alasan Rosanti bergabung ke dalam kelompok itu adalah keinginannya sendiri.. "
"Uh..! " ringis Rosanti.
"Biar aku lanjutkan. Mulai saat itu pemerintah membentuk organisasi yang mengawasi setiap gerakan yang kita lakukan. Pemerintah langsung memberi tugas kepada orang-orang seperti kita untuk mencegah kejadian yang sama terulang kami dengan menangkap orang-orang yang berada di balik semua masalah itu. Termasuk Rosanti yang saat ini diawasi secara penuh.. "
"Tapi tidak terlihat seperti itu.. "
"Terserah kau mau melihatnya seperti apa.. " dingin Rosanti berucap.
Dona tambah tak suka dengannya, beda dengan Baihaki yang menikmati teh dan biskuit yang diberikan.
"Kemudian dua hari yang lalu seorang dukun yang aku cari untuk menyembuhkan jiwa J yang terluka akibat pertarungan di Siring waktu itu masih membekas.." Rio menguatkan telapaknya karena kesal.
Rosanti menyambung. "Siapa sangka sangka dukun adalah Si Pak Tua Gila itu. Hahaha, lucu sekali kau meminta bantuan dari musuh.. "
"Hei, jaga omonganmu..!" marah Dona.
"Tidak apa, Dona. Ini semua memang salahku. Ikh percaya kepadaku tapi aku mengecewakannya. Kekuatan guntur petir yang dimiliki J mungkin sangat istimewa sampai jadi incaran dia. Pasalnya kekuatan J dapat membuat fenomena seperti yang kita lihat sekarang.. " lihatnya ke Baihaki.
"?? "
"Dia pasti merencanakan sesuatu. Rosanti, apa kau tahu apa itu? "
"Aku tidak tahu. Ikh saja tidak tahu apa kekuatan J yang sebenarnya, mana mungkin aku tahu.. "
"Benar juga sih.. "
"Tapi aku sedikit mengenal pak tua gila itu selama 5 tahun selama di dalam kelompok... "
"5 tahun. Bukannya itu lama, Dona.. " bisik Baihaki, Dona hanya menjatuhkan keringatnya.
"Dia suka tertarik dengan sesuatu yang sudah tiada, seperti ingin membangkitkan orang yang sudah mati. Melihat fenomena yang dialami ketiga korban membuatku sangat yakin jika kekuatan dari petir J ada hubungannya dengan hal diluar nalar ini.. "
"Aku juga berpikir hal yang sama. Pokoknya kita tidak bisa membiarkan dia melakukan sesuka hatinya, saat ini aku telah mengirim anggotaku untuk mencari keberadaan musuh. Secepatnya aku ingin masalah ini teratasi..! "
Rosanti beranjak dari kursinya menuju ke pintu keluar. "Waktunya cuma tersisa 4 hari lagi. Selama itu aku akan membantu kalian menangkap pak tua gila itu. Apalagi aku berhutang pada Ikh.. " Rosanti keluar dari Perkumpulan.
"Bagaimana keadaan disana?.... Aku mengerti. Terimakasih, Felly. "
"Guru? "
"Dona, aku ingin kau membawa Baihaki ke ruang istirahat sebentar lagi Erna dan Gina datang membawa kedua teman Baihaki.. "
"Agus dan Chandra... "
"Baik, guru. Ayo Baihaki.. "
Baihaki mengucapkan terimakasih sebelum mengikuti Dona keluar kantor.
Ditempat berbeda, lebih tepatnya di dalam bus ada seorang siswi SMP yang mengamati kelompok Agus yang ada di bagian belakang tempat duduk. Sekarang adalah jam pulang untuk semua pelajar dan kelompok Agus menggunakan bus umum untuk sampai ke Veteran.
"Aku hanya perlu turun di halte selanjutnya dan tugasku selesai.. "
Siswi yang memiliki nama 'Felly' di seragamnya ini mendapat pesan dari teman Huda.. Bariyah.
"Aku harus naik ke bus yang ada di Siring? Kenapa coba?? "
Felly menghela nafasnya lelah. Ia menuruti pesan itu karena ada nama Ikh yang disebutkan. Gina memperhatikan Felly untuk terakhir kali sebelum bus benar-benar pergi saat Felly memutuskan turun di halte.
"Mungkin cuma perasaanku saja.. " bisik Gina.
"Kau bilang apa tadi? "
"T-tidak ada.. "
Felly menunggu selama 10 menit untuk bus yang berhenti di halte dia turun.
"Bukannya ini kembali ke Cemara? " batin Felly bingung melihat tujuan selanjutnya bus ini dimana dia tinggal.
Felly tidak mau ambil pusing dirinya naik dan bertemu Bariyah yang membaca buku di tengah barusan tempat duduk.
"Maaf membuatmu ikut, Felly. Ikh tiba-tiba mensms, katanya aku harus ke rumah kakek Huda dan itu harus bersamamu, katanya kau tahu masalah yang terjadi.. " cerita Bariyah.
"Ah jadi begitu. Aku minta tuntut imbalan ke Ikh nanti.. " pusing kepala Felly dibuatnya.
"Jadi apa masalahnya? "
"Agak rumit.. " sahut Felly menolak menjelaskan.
"Hmm, benarkah~? Aku juga ingin bertemu kembarannya Huda.. "
"Ikh, aku harap kau tidak menyeret Bariyah ke masalah ini juga.. " pikir Felly.
Mereka sampai di kediaman besar keluarga Aresliana yang mirip seperti sekolah ini. Memiliki dua gerbang untuk masuk dan juga keluar. Bariyah dan Felly menggunakan pintu kecil yang ada di samping gerbang untuk masuk, sesampainya di dalam ada kebun sayur di halaman depan, beberapa pohon jambu di kanan dan bunga di kiri. Mereka memasuki kediaman Aresliana dan tak menyangka jika rumah Huda bisa sebesar ini dalam 1 tahun.
Cukup lama untuk keduanya sampai di belakang halaman untuk menemui kembarannya Huda.
"Aku tidak suka ini.. " masam Felly.
"Haudia~~" panggil Bariyah senang.
"~~"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top