⭕PROLOG⭕
✴Perbedaan itu manusiawi. Tapi, bagaimana kalau aku bukanlah manusia?✴
🍁
Pria dengan jubah bertudung berdiri di puncak monumen Columbus. Semua orang berpikir ia lah Columbus sang penjelajah dunia. Tapi, dua puluh tahun yang lalu patung Columbus sudah menghuni dasar lautan, sedang yang berdiri di sana di pucuk monumen itu adalah penguasa kegelapan yang dikutuk menjadi batu.
Gelap berganti terang, musim berganti musim, patung penguasa kegelapan tetap berada di sana, berdiri menatap ke dasar monumen. Hanya mata merahnya yang menunjukkan bahwa jiwa immortal masih berada di sana. Jika meneliti lebih detail, ada garis tipis, pendek, dan berwarna ungu menyala berada tepat di perut si patung. Garis itulah penyebab kutukan si penguasa kegelapan.
Kutukan yang tidak disadari oleh pemilik kekuatan. Garis ungu itu merupakan patahan harpa seorang hybrida.
Mata merah si patung penguasa kegelapan menatap dengan penuh rasa lapar ke dasar monumen, pelabuhan, dan jalan di sekitar La Rambla. Ia berharap ada seorang mortal yang dengan tolol meneteskan darah ke bibirnya yang membatu. Hanya itu tiket untuknya kembali ke keabadian.
Kemudian, mata merah si patung menatap penuh amarah pada tiga orang pejalan kaki yang melintas menuju La Rambla. Tiga orang itu terdiri dari seorang wanita berambut cokelat sepinggang, lelaki bermata biru, dan seorang anak lelaki berusia lima tahunan yang memiliki rambut sama dengan si wanita dan mata serupa dengan si lelaki. Mereka bertiga bertukar canda dan tawa, seolah tidak mempedulikan mata yang tengah mengawasi.
Ketiga orang yang membaur dengan manusia itu bukanlah manusia seutuhnya. Tapi, mereka memang tampak seperti manusia biasa. Tinggal di salah satu apartemen tua di La Rambla, si lelaki dewasa bekerja sebagai staff kantor pembiayaan, si wanita seorang ibu rumah tangga biasa, dan mereka hidup dengan sederhana.
Sesekali mereka bertegur sapa dengan warga yang tinggal di La Rambla, bercengkrama, dan melemparkan senyuman. Tapi, saat bocah lelaki itu menatap ke arah patung Columbus, saat itulah maniknya berubah warna menjadi abu-abu. Sesaat si bocah dan patung saling tatap.
Namun, si wanita menyadari apa yang terjadi pada anaknya. Ia menjawil tangan si lelaki bermata biru.
Si lelaki pun mengangkat tubuh bocah itu, kemudian menggendongnya dengan posisi tangan menyembunyikan wajah si anak ke dadanya. "Ini sudah waktunya Daniel tidur siang," ujarnya. "Kami permisi dulu, Nyonya Gissel."
"Ya, semoga harimu menyenangkan, Tuan dan Nyonya Alves," balas Nyonya Gissel.
Nyonya Gissel mendekap karton belanjaannya, sembari menatap langkah demi langkah keluarga kecil tadi menuju apartemen mereka.
Wanita yang dipanggil nyonya Alves berbalik sambil berjalan mundur. "Nyonya Gissel!" serunya. "Nanti aku dan Daniel akan berkunjung ke rumahmu."
"Ya! Pintu rumahku selalu terbuka untuk kalian," jawab nyonya Gissel dengan senyuman.
"Sampai jumpa!"[]
Linda Alenta, 30 Agustus 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top