[κ] Aula (Part 1)

🍑🍑🍑


Mulut Keila terpaksa harus terbuka lebar ketika beberapa orang berpakaian serba hitam dan tampak formal mulai memasuki aula. Meskipun mereka semua memakai kacamata hitam dengan mata tajam dibaliknya, bibir terkatup rapat, dan wajah tegas sekaligus kaku, Keila bisa menebak kalau mereka semua masih sangat muda dan kuat.

Seorang bodyguard di Bimasakti?

Keila juga mengamati semua teman angkatannya yang tidak jauh berekspresi sama seperti dirinya dan beberapa dari mereka tampak seperti orang kampungan--contohnya Juna. Beberapa dari mereka hanya menampilkan wajah datar dan kurang berminat seperti Aceville Orlando dan Veano Putra.

"Ini ada apa sih? Apa walikota datang ke Bimasakti?" tanya Dhimas dengan terheran-heran.

"Mungkin kepala sekolah dan pemegang saham," kata Veano dengan tenang seraya membolak-balikkan brosur yang ada di tangannya. "Mereka kan butuh pengawalan khusus."

"Kok aku deg-degan sih? Serem tahu lihat mereka kayak di film." April menggelengkan kepalanya ngeri ketika salah satu bodyguard meliriknya.

"Eh kita kayak kawanan domba di kawasan srigala," celetuk Inge. "Salah sedikit aja kita bakalan tamat. Eh ngomong-ngomong kita berenam, sebaiknya kita berpasang-pasangan deh biar romantis."

"Ogah!" tolak Keila dan Veano.

"Kan enak pasangan sama aku. Kenapa kok gak mau?" tanya Juna dengan bibir mengerucut imut. Cowok itu dengan seenaknya merapatkan tubuhnya ke Keila  membuat cewek itu mati-matian menahan amarahnya.

Beberapa orang memasuki aula, merela semua berpakaian modis dan terlihat elegan. Bahkan beberapa murid tak mampu menutup mulutnya. Tapi yang paling mencolok menurut Keila adalah seorang kakek yang membawa tongkat, kakek itu tersenyum kepada semua murid baru yang menatapnya. Di sebelah kakek itu ada dua murid baru Bimasakti yang langsung duduk di deretan pemegang saham dan bukan dibarisan murid baru lainnya.

"Siapa mereka berdua? Anaknya si kakek ya?" tanya Dhimas penasaran.

Keila menggeleng. "Mereka itu Liam Kaisar Mahawira dan Ivy Ajeng Mahawira, si pewaris sekolah ini. Jelas banget kalau kakeknya alias Laiv Mahawira melarang mereka berdua duduk dekat dengan kita yang seperti remahan rengginang ini. Mereka masih punya darah bangsawan tahu."

"Darimana kamu tahu itu, Kei?" tanya April dengan takjub karena Keila jarang sekali menjelasan hal seperti tadi.

Keila merebut brosur yang ada di tangan Veano dan memperlihatkan kepada mereka semua. "Di sini malah penjelasannya lebih detail."

Juna langsung merebut kertas itu untuk membenarkan pernyataan Keila. "Kalau itu benar, berarti orang yang mengirim amplop coklat itu si kakek yang namanya Laiv Mahawira ini?"

"Dengan pertimbangan seluruh Mahawira," jawab Keila.

Kepala sekolah alias Julian Linggarjati kemudian menaiki podium. Pria itu tersenyum secerah matahari terbit ke arah murid barunya--meskipun beberapa manatapnya dengan pandangan memuja yang berlebihan seperti Inge dan juga April. Oh ayolah, teman-teman Keila yang masih jomblo mempunyai radar yang tinggi untuk manusia tampan hingga tampan sekali.

"Kalau aku himana? Udah cocok gak sama Keila?" tanya Juna kepada April.

April menatap Juna sebentar kemudian melanjutkan kegiatan menatap Pak Julian yang sedang mengoceh di depan. "Gak pantes. Kamu jelek."

Juna langsung menutupi mata April sampai cewek itu mendesis tidak suka. Keila yang melihat kelakuan mereka berdua hanya bisa tertawa cantik.

Mata Keila bertabrakan dengan mata Juan yang sedang menoleh ke belakang. Cowok itu tersenyum tampan kepada Keila, membuat cewek itu tanpa sadar meremas lengan Veano Putra yang ada disampingnya dengan gregetan. Juan terlihat sangat tampan sekali dan membuat hati Keila berdebar tidak karuan.

"Ve, dia ganteng banget sih!" ucap Keila tanpa sadar.

Veano mengerutkan alisnya dan tidak sengaja menatap Juan juga. Dengan segera cowok itu melepas tangan Keila yang masih bertengger manis di lengannya, enak saja cewek itu mencuri kesempatan untuk modus kepadanya.

Veano tersenyum manis ke arah Keila dan mengedipkan sebelah matanya dengan genit. "Masih gantengan mana sama aku?"

Keila nyengir tanpa dosa. "Ya kamu lah siapa lagi? Kalau masalah hati Djuanda tetap di hatiku."

"Hemeh!" cibir Veano.

Para anggota pemegang saham dan Laiv Mahawira beberapa menit kemudian meninggalkan aula dan acara dilanjutkan dengan pengumuman dari Ketua Aldebaran yakni Jendral Azri Mahesa.

Lagi-lagi Keila memekik tertahan karena Jendral hari ini terlihat samgat tampan sekali. Begitu berkuasa dan sangat bijaksana, mendadak Keila merasa aneh jika Veano Putra beraura seperti itu. Tanpa sadar dia menoleh ke arah Veano dengan kening berkerut-kerut.

"Kenapa lagi? Itu di depan ada blasteran surga kenapa gak di lihat juga?" tanya Veano seraya memutar kepala Keila supaya menghadap ke depan.

Juna yang mendengar ucapan Veano langsung menyenggol Keila. "Hei, masih gantengan aku daripada Kak Jendral. Dia tuh satu level di bawahku."

"Bacot banget sih, Ju!" Keila menatap tajam Arjuna yang sedang tertawa karena berhasil menggoda cewek itu.

Juna lalu membisikkan sesuatu kepada Keila. Napas Juna yang membelai lembut leher Keila membuat cewek itu sedikit tidak nyaman tapi sedetik kemudian justru Keila langsung menjitak keras kepala cowok itu.

"Mati Arjuna!"

***

Love

Fiby Rinanda🐝
13 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top