[δ] Cantik
🍑🍑🍑
Dua hari sebelum pelaksanaan MOS di Bimasakti High School, para calon siswa baru diwajibkan untuk mencari barang-barang yang ada di list, jika tidak mereka akan mendapatkan hukuman dari OSIS.
Cowok bernama Juan itu sudah selesai menulis nama-nama barang yang dia cari. Tidak sulit dan hanya perlu ke supermarket terdekat untuk membelinya.
Dengan segera dia mengambil hoodie berwarna hitam dan juga topi hitam kesayangannya karena hari ini tiba-tiba turun hujan dan udaranya sangat dingin apalagi saat ini sudah pukul setengah delapan malam.
"Mau kemana?" tanya Bibinya ketika melihat Juan buru-buru.
Juan tersenyum manis. "Mau cari barang buat MOS nanti, yaudah Juan pergi dulu ya."
"Kenapa gak besok saja? Lagi hujan loh nanti kalau kamu sakit gimana? Nanti Bibi yang dimarahi Mamamu, kamu gak tahu sih kalau Mamamu itu galak," ucap Bibinya yang terlihat khawatir.
Masih tetap tersenyum Juan menjawab. "Bibi gak usah khawatir, Juan gak akan sakit."
Dengan bermodal payung bermotif polkadot warna hijau Juan menerobos hujan, untung saja hujan sedikit reda dan hanya butuh satu lima menit saja Juan sampai di supermarket.
Ketika membaca daftar benda-benda dikertas yang ditulisnya tadi, telinga Juan menangkap suara-suara perseteruan dari jauh. Seorang cewek berbaju kuning yang sangat manis dan seorang cowok berwajah tengil, Juan tidak kenal mereka berdua.
"Aku gak manggil kamu, kok kamu yang noleh," kata si cowok itu dengan senyuman jahil dan menyebalkan. Si cewek langsung cemberut dan bergegas untuk memasuki supermarket meninggalkan si cowok.
Juna hanya mengulum bibirnya ketika mencuri dengar perdepatan mereka berdua.
Sesampainya di supermarket, Juan segera mencari barang-barang dan berusaha untuk mengabaikan perseteruan antara cowok dan cewek tadi.
"Astaga mereka berdua berisik sekali," gumam Juan seraya mengelus telinganya dengan gelisah, jujur saja kalau cowok itu benci sekali dengan suara-suara yang berisik.
"Mau nonton drakor lagi?" tanya si cowok yang berhasi Juan dengar. Posisi mereka hanya dibatasi dengan satu rak dan cowok itu persis disamping si gadis.
Meskipun berisik, Juan sangat penasaran dengan mereka berdua.
"Gak ada niatan bantuin aku buat cari barang MOS nanti, barangnya banyak loh nanti kalau kakak-kakak Osisnya marah gimana? Katanya sih osisnya Bimasakti itu galak-galak," ucap si cowok lagi.
Juan tersenyum tipis, pantas saja dirinya merasa kepo dengan mereka berdua karena bakalan satu sekolah.
"Dasar tukang kepo!" bentak si cewek dengan galak sampai membuat si cowok meringis.
Si cewek kemudian pindah ke rak lain dan kesempatan ini tidak dilewatlan oleh Juan untuk mendekatinya.
Juan sudah pernah mengatakan kalau cewek itu sangat cantik dan juga manis, mata bulatnya yang indah melebar ketika menemukan benda yang ia cari untuk MOS. Benda itu sangat tinggi, jauh dari jangkauan Keila.
Juan terkekeh geli melihatnya sangat berusaha untuk meraihnya tapi dia terlalu pendek dan Juan sangat ingin membantunya. Dengan pelan Juan meraih benda itu dengan posisi dia tepat berada di belakang si cewek.
Tiba-tiba Juan membeku dan sepertinya si cewek juga, saat-saat seperti inilah yang membuat suasana canggung.
Jarak mereka terlalu dekat dan sepertinya Juan salah langkah.
"Mau ngambil ini kan?" Juan memberikan benda itu setelah tersadar. Ia tersenyum manis untuk mengusir kecanggungan. "Lain kali minta bantuan orang lain ya."
"Makasih banyak umm..."
"Djuanda Cetta Rajendra, kamu bisa panggil aku Juan." Juan itu mengulurkan tangannya yang dengan senang hati disambut si cewek.
"Pasti buat MOS di Bimasakti kan? Maaf sempat dengar tadi," tanya Juan masih dengan senyuman manisnya. Cowok itu kemudian mengambil benda yang sama.
Si cewek mengangguk pelan. "Iya, kamu juga sekolah di Bimasakti?"
"Iya nih, Bimasakti itu incaranku sejak SMP. Eh, untungnya diterima."
Selanjutnya tidak ada yang membuka obrolan lagi, mereka berdua terdiam masih dengan suasana canggung. Juan beberapa kali melirik cewek manis yang ada di sampingnya dan dia benar-benar hebat karena berhasil membuat detak jantung Juan berdegum dengan kencang.
Sebenarnya Juan tidak mempercayai hal ini tetapi sepertinya dia mulai jatuh cinta dengan cewek manis ini.
"Kei, kamu gak beli ini, lagi dapat kan?" tanya si cowok tiba-tiba muncul layaknya hantu. Cowok itu menenteng benda benda berbentuk balok yang sangat sakral.
Pembalut wanita.
Si cewek mendelik sedangkan Juan cukup terkejut dengan kedatangan si cowok dan benda sakral itu. Cowok itu benar-benar aneh.
Juan menoleh kearah si cewek dan cewek itu balas menatap Juan kemudian menggeleng kecil. Juan sebenarnya mau tertawa karena wajah cewek itu memerah dan sangat terlihat imut tetapi berhubung suasana tidak mendukung jadi Juan mengurungkan.
Si cowok dengan santai memasukkan benda sakral itu diranjang si cewek.
"Bunda bilang kalau persediaanmu habis jadi--"
"Err, pacarmu?" potong Juan tiba-tiba, entah kenapa cowok ini sangat membuatnya marah. Dia terlalu tidak sopan.
"Calon!"
"Bukan!"
Keduanya menjawab bebarengan tetapi jawaban mereka berdua berbeda.
Juan mengulum bibirnya seraya menatap si cewek dengan teduh kemudian menatap si cowok datar. Melihat interaksi mereka yang tergolong unik, Juan berhasil menarik kesimpulan dirinya sekarang berhadapan dengan rivalnya.
"Kurasa kita bertiga akan sering ketemu," kata Juan pelan.
"Maksudmu apa?" tanya cowok itu dengan intonasi nada yang tajam.
"Siapa namamu?"
Bukannya menjawab pertanyaan Juna, cowok itu malah bertanya kepada si cewek. Ya, untuk memanasi cowok songong yang ada dihadapannya sekarang.
Juan sedikit mengedipkan matanya dengan nakal yang sukses membuat si cewek terlihat salah tingah dan membuat wajahnya semakin merah.
Sangat manis.
Juan semakin suka.
"Keila. Keila Allise Handoyo," jawab Keila pelan, cewek itu menunduk dan terlihat tidak berani membalas tatapan Juan.
Juan kemudian menatap si cowok yang tengah terbengong-bengong seolah dirinya berada di dimensi lain. Cowok itu terkekeh geli ternyata dia berhasil mengerjai si cowok songong tidak tahu diri itu.
"Keila aku pastikan beberapa tahun kedepan namamu akan menjadi Keila Allise Rajendera," kata Juan tiba-tiba membuat Keila langsung menatapnya dengan bingung.
Seperti yang Juan duga kalau si cowok songong itu yang pertama menentang. Lucunya dia menghentakkan kakinya dengan heboh dan menunjuk-nunjuk Juan tepat didepan hidungnya.
"Salah! Salah banget! Nama Keila seharusnya Keila Allise Renggala."
"Renggala?"
"Arjuna Dwi Renggala, nama belakangku akan menjadi nama belakangnya."
"Kenapa kau terlihat percaya diri?" tanya Juan kemudian.
"Seharusnya aku yang menanyakan itu!" bentak Juna.
Juan mencibir dan semakin tidak suka dengan cowok ini. Terlalu bodoh dan juga naif.
Beberapa kepala muncul dibalik rak-rak setelah perkataan Juna yang cukup lantang. Keila menutupi mukanya karena kelakuan Juna yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Juan tersadar akan kelakuannya dan melirik Keila yang semakin lama semakin merapat kepadanya.
"Kamu mau kuantar pulang, Kei?" tanya Juan pelan karena dia sendiri bisa melihat Keila sangat tidak nyaman karena hal tadi.
Keila mengangguk dan mereka berdua meninggalkan Juna sendiri.
***
Character unlocked
Frisha Komalasari
(Jung Yoojin)
Love
Fiby Rinanda🐝
3 Januari 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top