[α] Amplop Coklat
🍑🍑🍑
“Paket dari siapa tuh?” tanya seorang cowok dengan rumbut acak-acak khas orang bangun tidur. Cowok yang terdeteksi sebagai adiknya yang bernama Krishna dengan seenaknya merebut paket yang semula dipegang Juna dan menggoyang-goyangkan.
“Mungkin punya Ayah, dia kan suka beli yang aneh-aneh,” sahut seorang cewek yang muncul tiba-tiba dari belakang Juna. Dengan lincahnya dia merebut paket itu dari tangan si cowok.
Juna hanya mengamati kedua adik kembarnya yang jauh lebih muda setahun darinya. Seperti dugaannya mereka berdua itu terlalu kepo.
“Ye gak mungkin punya Ayah,” kata Krishna itu seraya menghempaskan tubuhnya di sofa merah.
“Lebih gak mungkin lagi kalau paket itu punya Mas Juna,” sambung si adik cewek yang ternyata bernama Khansa itu sambil menatap Juna dengan jahil.
Juna mendengus jengkel dengan cepat dia merebut paket itu dan membukanya. Alangkah terkejutnya dia mengetahui isi dari paket itu.
“Kotak kayu?” tanya Juna seraya memperlihatkan kotak itu kepada adik kembarnya. Sebuah kotak dengan ukiran rumit yang misterius tetapi mempunyai keindahan yang luar biasa.
“Kayaknya Khansa bener deh,” ucap Krishna yang kembali kepo, cowok itu sudah duduk tegak seraya mengamati kotak kayu misterius itu.
“Lihat ada logonya!”
Di bagian samping kotak terdapat sebuah logo burung dengan tulisan berbahasa latin. Juna tidak mengetahui artinya tetapi dia penasaran darimana asal paket itu dikirimkan karena dia menemukannya di depan pintu ketika hendak lari pagi.
“Sepertinya gak asing,” kata Krishna ketika mengamati logo itu dengan teliti. "Gak mungkin juga paket ini nyasar kemari. Coba cari siapa yang kirim."
"Aku udah cek tapi gak ada tanda-tanda siapa yang ngirim." Khansa ikut duduk di samping Khrisna, cewek itu sedikit mengerutkan keningkan karena logo itu sangatlah tidak asing.
Juna menggaruk rambutnya yang tiba-tiba gatal kemudian cowokitu juga ikutan duduk di depan kedua adiknya. "Aneh sekali. Seingetku barang-barang antik punya Ayah selalu ada nama pengirimnya."
Si adik cewek menatap Juna, raut wajahnya terlihat khawatir. "Mas Juna ada masalah sama orang lain atau pernah ada orang yang sedikit mencurigakan gitu."
"Huss maksudmu Mas Juna dikuntit?" tanya Krishna.
Khansa mengangguk mantap. "Siapa tahu Mas Juna lihat sesuatu terus orang itu meneror."
"Aman-aman aja kok, aku gak ada masalah sama orang juga. Lagian kamu itu kurangin nonton drama koreanya, gak realistis tahu." Juna merebut kotak kayu itu dari Krishna.
"Mending kalau drama yang ditonton Khansa genrenya romantis eh yang ditonton malah yang psikopatlah, detektiflah, terlalu berat cuy."
"Jangan-jangan kalian berdua yang malah dikuntit orang," tuduh Juna.
"Ya gak mungkin kita berdualah, Mas," sangkal si kembar bebarengan.
"Kenapa gitu toh kalian berdua juga sering buat masalah sama orang lain kan?" Juna masih ngotot nuduh si kembar.
"Mas Juna lebih parah dari kita loh, ya kan Kris?" tanya Khansa dan Krishna mengangguk.
Juna hanya tersenyum kemudian berlali mendekati si kembar dan terjadilah perang dunia untuk kesekian kalinya di keluarga wayang ini.
“Apa yang kalian bertiga ributkan pagi-pagi? Kalian merusak momen indah aduhai Ayah aja.”
Ketiganya menoleh dan mendapati si Ayah menatap mereka dengan jengkel. Ayah berjalan mendekati ketiganya dengan pelan dan Juna bisa melihat ada merah-merah di lehernya.
"Ayah kurang jatahnya ya?" tanya Juna dengan senyuman jahil. Krishna yang sadar mendadak menundukkan kepalanya dan Khansa merapat ke Juna tersenyum canggung.
Ayah mendelik tajam kemudian raut wajahnya menjadi bingung ketika melihat kotak kayi itu. “Apa itu Jun?”
“Sebuah paket misterius Ayahanda terganteng,” jawab Juna seraya mempersilahkan si Ayah untuk duduk. "Punya Ayah kan?"
Si Ayah menggelengkan kepalanya merasa pusing dengan tingkah laku anak-anaknya yang agak kurang normal. Ketiganya sama-sama random.
“Krishna dan Khansa, kenapa kalian ikutan gak normal kayak si Masmu sih?”
Beberapa menit kemudian mereka berempat sudah duduk dengan tenang seraya menatap kotak kayu itu. Ketiga anak wayang menatap si Ayah dengan penuh minat berharap si Ayah dapat menemukan jawabannya.
“Bukan punya Ayah dan kotak kayu ini bagus dan ringan,” kata si Ayah ketika melihat kotak kayu dengan teliti.
“Bener banget!” celetuk Khansa.
“Pasti harganya mahal,” kata si Ayah lagi.
“Gak heran soalnya dari ukirannya rumit banget dan butuh waktu lama membuatnya,” ucap Krishna.
“Logo ini...”
“Ayah tahu logo ini?” tanya Juna dengan penuh penasaran.
Si Ayah kemudian memukul tangan Juna dan Krishna dengan gemas kecuali Khansa karena dia anak perempuan satu-satunya. “Kalau kalian penasaran kenapa gak buka kotak itu? Gak digembok juga kan?”
“Oh ya kok gak kepikiran sih hehehe,” ucap Juna dengan senyuman lebar dan langsung mendapat pelototan si Ayah.
Juna membuka kotak kayu dan menemukan sebuah amplop coklat dengan logo yang sama dengan yang ada di kotak kayu itu sendiri.
“Mustahil,” gumam Juna ketika membaca surat yang ada di amplop itu secara kilat.
“He bukan surat cinta kan?” tanya Khansa seraya mengintip tetapi Juna tidak mengijinkan.
“Masmu kan gantengnya ketutupan sama tingkahnya, mana mungkin ada cewek nekat ngirim surat kepadanya,” kata si Ayah seraya menyeringai kerah Juna yang saat ini menatap adik perempuannya dengan jengkel.
"Lagian jika itu surat cinta gak mungkin dia kirim pake acara dibungkus kotak kayu unik," sahut Krishna.
Juna melemparkan surat itu kepada Khansa. “Noh baca sendiri!”
Begitu surat itu berada di tangan Khansa, Krishna dan si Ayah merapat karena sama-sama kepo. Sama seperti Juna mereka bertiga juga terlihat terkejut.
“Undangan sekolah?” tanya si Ayah.
“Bimasakti? Sekolah yang paling terkenal di Malang itu?” tanya Krishna.
“Padahal Mas gak pinter amat tapi kok bisa ya?” gumam Khansa.
"Pantesan logonya kok gak asing ternyata ini dari Bimasakti toh, sekolah ini terkenal banget di Malang eh salah bahkan di Indonesia dan ulusannya hampir semua diterima di universitas negeri atau swasta terbaik. Aku pernah baca sesuatu di base sekolah itu dan katanya hanya orang-orang istimewa yang berhasil masuk lewat undangan kayak Mas Juna," jelas Khrisna panjang lebar.
Juna menatap si Ayah dengan pandangan terluka. “Yah, aku bukan anak buangan kayak si Harry Potter kan? Tiba-tiba dapat surat undangan sekolah terkenal.”
“Ngawurmu!” Si Ayah memukul tangan Juna lagi.
“Aku gak punya keahlian, gak terlalu pinter juga tapi kok bisa. Apa jangan-jangan sekolah ini Hogwartsnya Indonesia? Apa jangan-jangan aku punya kekuatan super?” tanya Juna.
"Kekuatan supernya kak Juna itu ngebo selama 15 jam, dibangunin gak bisa dan ngoroknya gak nanggung-nanggung," sindir Khansa.
***
Character unlocked
Krishna Aji Mandala
(Park Jisung)
Khansa Sri Aruna
(Kyla Massie)
Arirama Baraspati
(Park Seojoon)
Shinta Mayangsari
(Park Minyoung)
Love
Fiby Rinanda🐝
1 Januari 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top