Crosscover I : Kemunculan
[ Author POV ]
Lokasi berada ditengah hutan diluar perbatasan Kerajaan Leeno terlihat seorang bangsawan kaya tengah melawan beberapa bandit menggunakan sihirnya. Tentu para bandit bukan tandingan bangsawan satu ini.
"Luarbiasa tuan, anda memang tidak ada tandingannya.." kagum satu petualang yang disewa untuk menjaga bangsawan kaya ini. "Sudah tentu, tidak ada yang bisa mengalahkanku. Aku harus lebih kuat agar bisa memerintah kerajaan Leeno nanti setelah pemberontakan selesai."
"Saya dan Guild saya akan mendukung anda.."
"Itu harus. Demi hidup enak. Hahaha..."
"Hahahaha..!"
Prok, prok..
Keduanya tertawa terbahak-bahak sampai tidak sadar.... Jika sebuah pedang baru saja memotong leher mereka. Kepala mereka berguling di tanah dengan senyuman tak sadar.
"Mudah sekali mendapatkan uang ditempat ini.." cetus sosok pria tampan berambut coklat gelap berpakaian hitam rapi dengan jubah putih.
Pria ini dibayar untuk membunuh bangsawan kaya tadi, ditambah ia mencuri harta milik targetnya sendiri. Pria itu memasukkan kepala bangsawan ke dalam karung sebagai tanda bukti kerjanya, tidak lama kemudian datang dua anak buahnya.
"Kapten, ada panggilan.." beritahu wanita berpakaian kuning. Ia memberikan sebuah kristal Connect.
"Ya ini aku, ada apa?"
"Kau dapat tugas dari bos kita. Dia ingin kau menangkap monster dimensi.."
"Monster dimensi? Bos pasti sudah gila. Mana mungkin aku bisa kau tahu sendiri kekuatanku.."
"Tentu, dan bos juga tahu itu.."
"Lalu?"
"Bos ingin kau menggunakan anak dari keluarga bangsawan Los. Anak itu memiliki sihir dimensi yang sangat kuat, itu dapat membawamu ke tempat monster dimensi tinggal.."
"Bagaimana.?"
"........"
"Baiklah. Dimana anak itu sekarang?"
"Kita beruntung karena dia lumayan dekat. Tempatnya ada di Astrea, dan pastikan kau mendapatkan monster dimensi. Janganseperti otak otot yang gagal merebut cetak biru keluarga Akise.."
"Kau bicara dengan siapa, sobat. Aku ahlinya dalam mencuri.."
"Kalau begitu semoga beruntung.."
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
Hari ini aku ada quest pergi ke lantai 19 Unknown Astrea, permintaannya adalah mengalahkan anak-anak dari bos lantai dungeon tersebut agar para trainer petualang dapat bertarung dengan bos lantai tanpa takut dengan sekitarnya. Dan sekarang mereka ada di depanku saat ini sedang merancang strategi untuk menaklukkan lantai 19. Info yang aku dapat dari puteri Lisaisme jika baru 38 lantai yang telah ditaklukkan dari total 65 lantai utama dungeon Unknow Astrea.
Walaupun aku sudah kuat sekarang tetap saja aku membutuhkan bantuan dari 'rekan'. Jadinya aku membawa Ed serta senior Brost bersamaku.
"Hei, apa mereka bertiga selalu begitu?" tanya senior Brost ke Ed. "E-entahlah." jawab Ed terdengar tak yakin.
Grap! Hugh.?
Ada dua perempuan yang tengah mengunci tanganku saat ini.
"H-Heee. A-aku baru tahu kalau kau s-sedekat ini, adik.." kata In yang memelukku di kiri.
"Aku memang dekat dengan kakak. Kami memang bersaudara tapi tidak memiliki hubungan darah, jadi ini bisa disebut siblings." balas Yuliana yang menempelkan badannya di kananku.
"Eh? Apa itu?"
"Gadis sepertimu tidak perlu tahu.."
"Urgh.!"
"Hm~Iksan jadi harem disini~~" seru Jeane menggodaku dari depan.
"Aku tidak perduli apa itu siblings atau apaan. Menjauhlah dariku kalian bertiga..!" marahku melepas paksa dari 'kurungan' tadi. Dan apaan itu harem? Aku tidak mengerti.
Aku tahu kalian memiliki hutang budi padaku tapi tingkah kalian yang malah membuatku repot. Dan Jeane berhenti tertawa.!
"Hihihi.." kekeh Jeane karena telah membaca pikiranku lagi.
"Apa aku membuatmu repot, Ik San?"
"Iki..."
Jujur aku ingin menjawab 'ya' tapi ekspresi sedih keduanya membuatku tidak purun. Sejak kapan aku jadi begini?
Mungkin sejak aku dan Iki bertemu. Ingatannya secara permanen menempel di kepalaku. Ini menyusahkan.
"Aku tahu kau sedang senang sekarang tapi kita harus berangkat, Ik.."
"Aku sedang kesusahan sekarang.!" batinku berteriak ke Ed.
Menghiraukan 'kesulitanku', kami pergi mengawal trainer sampai ke tempat bos lantai. Sebenarnya bos lantai akan mati selamanya setelah lantai berhasil ditaklukkan, bos lantai yang akan dihadapi ini cuma 'sisa-sisa' dari bos lantai tersebut yang mengambil bentuk hampir mirip.
"Monster yang bakal dilawan nanti bernama Serigala Akar Hijau. Monster ini akan mengandalkan tanaman hijau yang ada disekitar untuk menyerang maupun bertahan dari serangan.."
"Musuh yang serba bisa, ya.." tambah Ed melanjutkan pemberitahuan senior Brost. Yap, jika terjadi apa-apa senior bisa langsung membekukan lalu kami(aku dan Ed) yang menghabisinya nanti.
"Hei Iksan.."
"Ada apa.?"
"Kau bilang Maya sedang sibuk.."
"Memang iya. Kenapa?"
"Tidak.."
"Aku bisa mendengar suara Maya di lantai ini.." seru Jeane memberitahuku lewat telepati. "?!"
"Apa yang dilakukan senior?"
"Jangan tanya aku."
Aku tidak sering mendapati senior Maya berbohong. Ada apa ini? Ini tidak biasanya ia membodohiku, biasanya senior Ambush saja.
"Iki, para trainer sudah siap bertarung dengan bos lantai.."
"Oke semuanya, kita bersihkan jalan untuk para pemula ini. Brost.!"
Senior Brost menciptakan dinding beku yang sangat panjang sampai mengepung bos lantai di depan kami semua. Aku dapat melihat monster lainnya dibalik dinding beku.
"Iksan serta yang lain pergilah ke luar dinding dan kalahkan kroco-kroco itu, biar aku dan Brost yang mengawasi para trainer.." titah Jeane memberi komando.
""Ya!""
Aku melompat ke kiri dimana ada banyak monster tanaman pemakan serangga. Dan mereka besar semua.
Yuliana menyusulku setelah ini.
"Kenapa aku tidak bersama Ik San!?"
"Sudahlah, ayo.."
Aku bisa mendengar In meneriaki namaku, untung Ed adalah orang yang dapat diandalkan.
"Hei, apa terjadi sesuatu diantara kalian berdua?" tanyaku ke Yuliana.
"Bukan hal yang penting, itu cuma... Kami sedang membicarakanmu."
"Woi, itu sangat penting untukku?! Apa yang kalian bicarakan??"
"Mereka menyerang.!" deru Yuliana tiba-tiba pergi.
Dia pasti sengaja supaya tidak menjawab.
Aku melihat Yuliana memotong-motong lawan kami dengan cepat mengandalkan sihir perpindahan pendeknya.
Blue Thunder :
Sky Cry
Blaar!
Pilar petir biru jatuh dari atas memusnahkan monser tanaman yang kami lawan.
"Aku harap semuanya berjalan dengan baik.."
.A.S.T.R.E.A.
[ Author POV ]
"Lepaksan akw-?!" mulut perempuan itu ditempel oleh plester membuatnya tidak dapat bicara.
Orang yang membawanya adalah pria bayangan(4) dari perkumpulan misterius yang mau menculik Miko Akise beberapa bulan yang lalu.
"Kapten, kami sudah lama menunggu anda.." kata perempuan berpakaian kuning.
"Lingkaran sihirnya sudah siap, kapten.." tambah pria wild-beast bertelinga rubah berpakaian serba biru.
Bayangan(4) meletakkan perempuan yang ia culik ke tengah lingkaran yang telah disiapkan, mereka bertiga merapal mantera hingga membuat tempat perempuan itu menyala.
"Ini gawat. Siapapun tolong hentikan mereka!"
Crk? Prank!!
"Berhasil. Kita berhasil.!" senang pria wild-beast.
"Dengan ini monster itu bisa kita dapatkan, tinggal bagaimana cara menjinakkannya.."
"Serahkan itu kepadaku, kalian berdua.."
"Kalau begitu biar saya yang merawat anak perempuan ini.." seru pria wild-beast membawa perempuan tadi yang diketahui adalah Maya. "Gadis muda, saatnya giliranmu menjadi objek percobaan sihirku.."
"Hmmm!"
"M-m-"
"Hm?"
"Menjauh darinya!" teriak gadis bersurai ungu yang mendadak ada. Pemuda berambut merah berdiri di depan gadis pertama tadi melindunginya dari serangan tak terlihat.
"Syo, Kaoru.!" cetusnya.
Dua pemuda berambut pirang kembar melesat melewati keduanya, dua kembar itu melakukan serangan kombinasi dan berhasil menyelamatkan Maya.
"Anda selamat sekarang.." kata pemuda pirang dengan pita di kanan rambut.
Bayangan(4) tiba-tiba jadi tembus pandang saat lelaki berambut putih menyerangnya dengan cakaran tiga tebasan api dari belakang, disambung laki-laki berambut coklat cerah yang melakukan hantaman lutut dengan bantuan hempasan angin. Namun bayangan(4) menahan serangan itu dengan mudah.
"Kerja sama yang bagus sekali.." kagum sang kapten. Kapten ini melakukan lompatan ke belakang kembali menghindar dari serangan dari belakang.
"Paman ini cepat sekali.." kesal lelaki berambut pirang dengan wajah datar(?).
"Shu, Mhei.."
""Ya, kapten..!"" kedua anak buahnya berkumpul setelah dipanggil. "Aku senang dapat bertarung dengan kalian tapi aku tidak suka mencolok jadi kami akan pergi sini.."
"Tunggu dulu.!" teriak Izuya--yang menyerang dengan elemen api.
Semburan itu padam oleh cairan biru lengket yang dikeluarkan oleh wild-beast rubah biru muda.
"Api yang lemah.."
"Kau.!"
"Sampai bertemu lagi, anak-anak muda.."
Ketiga menghilang menggunakan kekuatan sihir si kapten. Gadis bersurai ungu membantu pemuda berambut coklat untuk melepaskan ikatan pada Maya.
"T-terimakasih banyak. Ngomong-ngomong kalian siapa??"
.A.S.T.E.R.E.A.
Kelompok trainer melawan dengan baik bos lantai yang mengandalkan tumbuhan disekitarnya, mereka bahkan hampir mengalahkan andai monster slime muncul.
"Mereka datang dari segala arah. Hei, bukankah tidak ada info tentang monster slime di lantai 19 ini!?" kata satu trainer petualang.
"Awas!" satu slime menghantamkan tubuhnya langsung ke trainer tersebut.
"Aaah! Tolong aku.! Siapapun!"
Blue Thunder : Blue Strike
Magic Ice : Ex-down
Bzzt! Prass!
Iksan menusuk para slime dengan jeritan petir biru ditangannya, dan Edwars meledakkan bekuan es membuat para slime tidak dapat melakukan pergerakan. Yuliana melompat tinggi ke atas, kodachi ia ayunkan bersama aura mana sihir dua kali horisontal mengeliling.
Teknik Menebas Hacim :
Gelombang Angin
Slash, slash...
Para slime yang membeku terpotong-potong jadi kepingan kecil. Diakhiri oleh In yang menghempaskan semuanya tinggi ke langit.
"......."
JDAR!!
Sambaran petir tiba-tiba menghancurkan kepingan itu pada saat sudah ada di udara. Sisa-sisa slime yang lain tenggelam ke dalam aura kegelapan milik laki-laki berambut hitam berpakaian kaos hitam bergaris biru dan sweater vest.
"Huuh~untung kalian ada memberitahu kedatangan slime ini.." lega trainer. "Ngomong-ngomong kalian berdua siapa??"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top