Chapter 9 : Krisis Tengah Bulan
[ Author POV ]
Seeess..
Iksan menjauhkan tangannya dari ganggang pintu yang memiliki mini kristal disana, kemudian terdengar suara 'klik' dari balik pintu. Iksan mengunci pintu kamarnya.
Hari ini Iksan mengenakan blazer warna hitam agak cerah karena warna biru miliknya sedikit robek akibat Tantangan sebelumya. Tantangan untuk 'melindungi' Ambush. Tidak seperti biasa, hari ini Iksan memiliki janji untuk pergi keluar akademi, sebenarnya para murid bebas pada akhir pekan yang mana mengharuskan mereka untuk beristirahat. Tapi hari itu tidak untuk Iksan, karena...
"Lama..!"
Baru sampai disebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari akademi, Iksan masuk ke dalam kafe, duduk ke tempat yang telah 'mereka' pesan dan langsung menerima 'serangan'.
"Kau saja yang terlalu cepat.." balas Iksan tak terima.
"Aku selalu begini. Aku tidak suka membuat seseorang menunggu ataupun ditunggu.." lanjutnya membuat Iksan tercegat.
Tatapan dingin Yuliana membuat Iksan pasrah dan duduk. Iksan yang membuat janji dengan Yuliana, tapi dia sendiri yang 'terlambat'(?).
Iksan memperhatikan Yuliana yang duduk diam sambil membaca buku di hadapannya, dari kemarin watak yang Yuliana gunakan berubah dratis. Yulianna 'polos' berganti menjadi 'cool', gaya bicaranya juga berubah menjadi datar dan sok dingin. Walaupun hari seperti biasanya tapi perubahan Yuliana yang mendadak ini membuat tanda tanya yang besar untuk Iksan. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Jadi, pesan yang kau kirim itu benar..?" tanya Yuliana memulai percakapan.
Iksan mendengus dan tersenyum masam. "Ya, aku lupa... Membawa uang tabunganku."
.A.S.T.R.E.A.
Janji yang dimaksud adalah Iksan meminta bantuan dengan Yuliana untuk mencari uang sampai akhir bulan. Peraturan akademi mengharuskan kepada pihak yang bersangkutan untuk mengirim/menerima barang pada akhir bulan saja, kecuali untuk hal yang serius.
Mundur beberapa hari yang lalu, saat Iksan menghabiskan uang yang Ardian berikan padanya. Saat itu Iksan memeriksa isi tas yang dia bawa, tapi Iksan lupa membawa satu tasnya lagi, yang mana tas itu berisi persediaan makanan dan uang yang telah Iksan siapkan. Intinya, Iksan tidak memiliki sesuatu yang dapat dimakan di tengah sampai akhir bulan ini. Dia sudah mengirim pesan ke rumah tapi dikarenakan akademi memiliki peraturan, Iksan hanya dapat pasrah hingga akhir bulan. Dan situlah Iksan mendapat info dari Ambush jika murid dapat bekerja dengan menggunakan tanda pengenal mereka.
"Tidak berguna..!" Iksan kembali menerima 'serangan' dari depannya, Iksan menunduk tak berdaya.
"Jadi kau memanggilku hanya untuk mencari uang..? Aku sangat sibuk tahu.."
"Kau sibuk apa?" batin Iksan menatap datar buku.
Yuliana mendesah. "Bagaimana jika aku meminjamkan uangku kepada--"
"--Tidak!" potong Iksan cepat, Yuliana hanya menatap datar(kaget).
"Aku tidak mau berhutang, terlebih padamu.."
"Kalau begitu aku tidak dapat membantu.."
"Ayolah, kau pasti bisa melakukan sesuatu.."
"........." Yulianna diam berpikir.
"Jangan diam saja!" batin Iksan kesal.
"Jika tidak salah.."
"Hm?"
"Di Astrea ada kenalan Komandan Ardian, kurasa.."
"!!" Iksan membulatkan matanya lebar.
"Kenalan? Maksudnya teman, bukan?"
"Dia sangat akrab dengan komandan, mungkin kau dapat meminta bantuan darinya.." usul Yuliana.
"Ide bagus, Yuliana. Aku bisa minjam uang padanya'kan..?" Iksan tersenyum.
"Lalu, alamatnya?" tanya Iksan tak sabaran.
Yuliana terlihat menghindari kontak mata dengan Iksan tapi Iksan tidak menyadari akan hal itu karena terlalu 'tamak'. Yuliana menghembuskan nafasnya sebentar, mengambil sapu tangan yang ada di meja, tangan ia taruh di atasnya.
Bzzz...
Bersamaan dengan itu percikan petir kuning merobek-robek bagian atas. Disana langsung tertulis alamat.
"Waktunya hanya 8 menit, setelah itu petirnya akan hilang.."
"Kau pasti bercanda. Mana mungkin aku bisa secepat itu, kenal daerah ini saja tidak.." protes Iksan.
"Kau hebat, bukan? Masa segitu saja tidak bisa.." senyum Yuliana. Iksan menggenggam tangannya kuat melihat senyuman menyindir milik Yuliana.
"K - Kau...!"
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
Aku berlari keluar dari kafe itu, melompat ke atap bangunan dan mengaktifkan perisai petirku. Si Yuliana sialan itu, buat kesal saja. 8 menit sampai ke tujuan? Yang benar saja!
Aku baru datang ke Astrea baru beberapa minggu dan hari ini adalah hari pertamaku keluar dari kawasan akademi, dan dia menyuruhku mencari sendiri? Awas, akan aku balas nanti, aku setrum seperti Rinka saja biar tahu rasa dia, hahaha.
Zruush..!
Baru beberapa bangunan yang aku lompati, sesuatu yang hitam terbang di depanku dan suara yang familiar memanggil namaku.
"Hei Iksan, tunggu.."
"Senior Ambush?"
Aku pelankan kecepatan lariku agar sama seperti senior, senior sendiri dengan cepat menyamakan kecepatan kami.
"Aku sudah memanggilmu beberapa kali tapi tidak kau balas. Terpaksa aku membuat 'perhatian'.."
Tidak. Yang kau lakukan tadi hanya 'menyerang'ku -_-
"Kenapa kau buru-buru sekali?" tanya Senior Ambush ikutan berlari di atas atap rumah orang.
Aku menunjukkan alamat yang ada di sapu tangan buatan Yuliana. Andai sifatnya tidak seperti itu aku ingin sekali memujinya, tcih.
"Aku ingin ke alamat ini tapi aku tidak tahu.." jawabku, jujur.
"Hmm..?" Senior Ambush mendekatkan wajahnya yang penuh keringat itu. Apa dia habis olahraga? "Iksan, k - kau yakin ingin ke alamat itu?"
"Benar kok. Ini adalah alamat kenalan k - k - k - kakak..ku(sialan)!"
"Baguslah kalau begitu.."
"Hmm?"
Kenapa kau terlihat lega begitu, senior? Kau tahu orang yang tinggal di alamat ini?
Entah kenapa aku merasa hal buruk sebentar lagi terjadi.
"Letaknya ada di barat sedikit ke timur.."
"Senior, mau aku sambar?"
"Hahahaha.." senior tertawa melihat candaannya gagal, setelah aku ancam dengan jeritan petirku.
"Maaf-maaf, yang benar ada disana. Disebuah apartemen bertingkat 3 yang megah itu.." tunjuk senior ke utara.
Dia sangat ingin bercanda denganku..? Nekat sekali.
Aku putar kepalaku ke utara, disana ada sebuah bangunan putih bertingkat 3, besarnya mungkin sebesar kolam renang 20 meter, 2 dari 10 pembagian bentuk asli kolam renang.
"Kalau begitu aku mau pamit. Ada urusan.."
"Oh! Bye.."
Aku dan Senior Ambush berpisah di atap rumah orang. Segera aku alirkan petir ke kedua kakiku, aku meledak ke kanan, perisai petirku menyambar pelan besi-besi yang ada di atap memberiku lumayan banyak dorongan untuk sampai ke tujuan.
Tap...
Aku mendarat di apartemen rumah bertingkat 3 putih di depanku, yang bertuliskan 'M. S disini!'.
"M. S??"
Aku sempat heran dengan petunjuk itu. Apa kakak sialan itu mempunyai kenalan yang aneh? Ya, dia'kan orang yang aneh.
Sampainya di pintu masuk aku menyentuh kristal segilima yang ada di selatan pintu, kristal itu berwarna biru sama seperti petirku.
"Permisi.." seruku memanggil. Tentu dengan sopan.
"Tunggu~~" terdengar balasan dari dalam.
Suaranya terdengar familiar untukku? H - Hahaha, mana mungkin... Kan? Heh?
Treeeet..!
Pintu rumah terbuka dan perasaan tak enak yang selama ini mengangguku benar-benar terjadi.
"Heh..?"
"Eh..!? Iksan..?"
"Aaargh..?!"
"Iksan..!" wanita itu langsung memelukku, dadanya menghantam tanpa ampun wajahku.
"A - Apa yang kau lakukan disini, Kak Scar??!"
"Aaaaah~aku rindu dengan suara imut ini~"
"L - Lepaskan aku. Aku belum mau mati..!" aku berusaha lolos dari pelukan mematikan ini, tapi Kak Scar begitu kuat.
"Iksan..." kedua tangannya menangkap kepalaku, menekan kuat kedua pipiku. "Lama tak berjumpa, Iksan Kecil~"
"Kak Scar, aku sudah 15 tahun.." ~_~
Setelah reuni yang mengejutkan itu, aku dan Kak Scar masuk ke dalam. Dari dulu dia memang seperti itu, suka sekali bermain dengan wajahku, sesekali dia juga memeluk. Alasanku menjadi kuat juga untuk dapat lolos dari pelukan Kak Scar, tapi kurasa aku belum cukup kuat.
Sedikit info, Kak Scar adalah pacar kakakku(sialan).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top