Chapter 7 : Siswi Dari Kelas Bintang
[ Author POV ]
Hari itu adalah hari biasa bagi siswa bernama Iksan ini. Ia diam duduk ditempatnya sembari menguap hebat, perbedaan mencolok terlihat jelas dimana Ambush dan Yuliana absen tak hadir hari ini. Mereka berdua sama-sama sakit(?).
"Membosankan. Biasanya ada Senior Ambush yang selalu 'membawa' seseorang untuk di adu tarung. Hari ini sangat membosankan, ditambah Yuliana tidak hadir. Aku mau bertanya kenapa dia ada ditempat itu saat kejadian terjadi.." batin Iksan mengeluh.
Iksan mendesah lesu. Teman sekelasnya juga lagi asik dengan topik mereka sendiri-sendiri, Iksan tidak mempunyai kenalan selain Ambush dan Yuliana yang selalu berbicara kepadanya di kelas.
Hari ini Iksan diam bak seekor kucing menunggu tikus lewat. Dan itu terjadi.
Tap.. Tap.
Langkah seseorang berjalan masuk ke dalam kelas B. Banyak para murid yang menatap pada saat siswi itu memasuki kelas mereka.
"Kenapa siwi dari Kelas Bintang ada disini?"
"Dia sepertinya mencari seseorang..?"
"Dia cantik.." teman sekelas Iksan menyebarkan kesan mereka lewat bisikan.
"Iksan Hacim.."
"Hmm..?" Iksan membuka sebelah matanya yang sudah tertutup tadi dan mendapati seorang siswi perempuan bersurai emas berdiri disamping mejanya.
"Siapa?" sahut Iksan malas.
Siswi itu tersenyum dan maniknya bersinar seperti bintang. "Hmp. Perkenalkan, aku dari Kelas Bintang.. Jeane Starlust!" seru siswi itu.
"Tidak tahu.." balas Iksan pendek dan padat. Siswi itu terkekeh tapi masih tersenyum kepada Iksan.
"Ada apa dengan perempuan ini? Dia cantik tapi aneh.." pikir Iksan.
"Hmm~"
"A - Apa?" Iksan kaget saat wajah siswi itu mendekat.
"Kau... Memikirkan sesuatu tentang diriku ya?"
"Uhuk..?!"
"Y - Ya, itu biasa, bukan? Tiba-tiba saja datang.." jujur Iksan. "Dan juga apa itu Kelas Bintang?"
"Hmp. Baiklah, ikut aku Iksan.."
"Heh? K - Kemana??"
"Pokoknya ikut saja.."
"T - Tapi--"
"--Belum waktunya istirahat? Ayolah~master kelasmu saja tidak hadir." bujuknya tak menyerah.
Iksan melirik teman sekelasnya, berniat minta bantuan tapi setelah melihat reaksi para murid, Iksan mendesah.
"Kita mau kemana?"
"Rahasia~~"
Siswi itu mengeluarkan sebuah benda persegi panjang sepanjang telapaknya, benda itu berwarna hitam dan ada beberapa tombol bulat menyatu di atas bidang. Siswi itu mengenakan kemeja putih polos lengan pendek, sarung tangan putih sampai pergelangan dengan motif jaring laba-laba, blazer cream jingga, rok biru tua, kaos kaki yang sama dengan sarung tangannya dan sepasang sepatu sekolah biasa.
"B - Benda apa it--"
Tit.!
Saat siswi itu menekan tombol tengah, semuanya membeku kecuali mereka berdua.
"Ayo kita pergi sebelum yang lainnya kembali seperti semula.." siswi itu menarik tangan Iksan dan membawanya kabur.
"T - Tunggu-- woah..!?"
.A.S.T.R.E.A.
Iksan dan siswi itu berlari di koridor akademi sambil bergandengan tangan, sepanjang perjalanan semuanya membeku, tidak bergerak sama seperti di kelas beberapa saat lalu.
"Ada apa dengan semuanya? Mereka... Berhenti??" bingung Iksan.
Siswi itu membuka cepat sebuah pintu dan mendorong masuk Iksan ke dalam sana. Disaat yang sama semua orang kembali normal.
"Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Apa tujuanmu!"
"Santai saja. Aku tidak akan berbuat macam-macam kok.." kata siswi itu menyimpan benda penuh tombol ke tasnya.
Iksan memperhatikan dengan 'sangat' benda tersebut, sampai-sampai membuat si siswi sedikit bingung.
"Ini?" tanyanya mengeluarkan benda itu dari tasnya, Iksan mengangguk.
"Ini namanya 'remote'. Kak Ardian yang membuatkannya untukku, tanpa ini sihir pengendali pikiranku akan hilang kendali.." jawabnya sambil menjelaskan.
"Kak... Ardian? Namanya.."
"Hm? Ada apa?" tanya Jeane bingung
"T - Tidak ada. Namanya 'hampir' sama dengan nama k - k - k - k - kakak - ku(yang sialan).." jawab Iksan susah.
Jeane tersenyum tipis. "Hmp~apa ini takdir? Kita mempunyai nama kakak yang sama ya, Iksan~?" senyum Jeane.
"Y - Y - Y - Ya.." kecut Iksan.
"Hmp. Saatnya berdiskusi.."
"Heh? Diskusi??" Jeane mengangguk.
"Iksan, bergabunglah dengan kelompokku..!"
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
Jeane... Menjelaskan semuanya setelah 'menculik' diriku. Dia ingin mengajakku bergabung bersama kelompok yang dia buat untuk lomba tahunan yang sangat terkenal di Akademi Astrea. Lomba itu bernama Turnamen Astrea.
Jika tidak salah mereka berdua juga menyinggung soal hal itu saat menyerang Senior Ambush. Apa ada hadiah khusus disana?
Jeane Starlust dari Kelar Bintang atau bisa dibilang dia salah satu Murid Top di akademi ini. Kelas Bintang mengumpulkan semua murid dengan kekuatan luarbiasa dan juga unik, contohnya seperti Jeane yang dapat mengendalikan pikiran.
Aku takut, apa dia juga bisa membaca pikiran?
Kekuatannya sangat terlalu kuat, aku mengira tadi dia menghentikan waktu. Mungkin saja saat ini dia sedang mencuci otakku. Lalu benda yang membatasi kekuatannya bernama 'remote', benda persegi panjang berwarna hitam sebesar telapak dengan beberapa tombol rumit di bagian atas bidang.
"Miss Jeane--"
"--Panggil Jeane saja!"
"Dia memintaku untuk tidak formal gitu? Dari penjelasannya semua murid yang ada di Kelas Bintang semuanya adalah orang terhormat. Apa Jeane seorang bangsawan..?"
"Ngomong-ngomong aku seorang bangsawan lo~"
"Baru dibicarain.." -_-
"J - Jeane, tapi kenapa? Aku'kan dari kelas B, kelas biasa.."
"Aku dengar kau mengalahkan seorang Master dan juga muridnya.."
"Itu Hoax!"
"Eh? Hoax??!"
"Senior Ambush dan Yuliana yang melakukannya.."
"Aku hanya mengalahkan murid master tersebut. Heh?"
Saat aku kembali fokus ke Jeane dia terdiam. Apa aku merusak kesan dia terhadapku?
"Iksan.."
"Y - Ya.."
"Itu hebat tahu.!"
"Heh?"
"Melawan kelas 3, terlebih kau mengalahkannya yang hanya seorang anak kelas 1. Itu sudah hebat lo.."
"T - Terimakasih pujiannya. T - Tapi itu saja tidak cukup, bukan?"
"Itulah kenapa setiap kelompok membutuhkan enam anggota, dan kau aku tunjuk sebagai 'ujung tombak'.."
"Hm?"
"Kekuatan hanya membekukan mereka selama 5 menit saja setelah itu aku harus menunggu dengan waktu yang sama. Semakin lama aku menghentikan mereka maka semakin lama juga 'pengisiannya', aku membutuhkan 'tombak' dan 'perisai' yang dapat melindungiku. Ngomong-ngomong aku juga bisa melacak lo~"
"Jeane, kau baru saja memberitahukan kelemahanmu lo.." #_#
"Kalau kau menolak aku terpaksa menggunakan rencana B.."
"Urgh. Dia mengancamku?"
"Dan juga kau sudah mengetahui kelemahanku, aku tidak bisa diam saja'kan..? Setelah menghapus ingatanmu, aku juga akan mencari rahasiamu.."
"Itu salahmu sendiri..!"
Aku hanya mendesah pasrah. Kenapa aku harus 'ditemukan' oleh perempuan seperti Jeane? Dia sangat pintar dan juga licik. Takdir memang hebat.
"Haaaah... Jadi, siapa saja anggotanya, Jeane?"
"Hmp~~" ia tersenyum dan mengangkat dadanya ke hadapanku.
"Cuma kita.."
"HAH???!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top