Chapter 5 : Perangkap
[ Iksan POV ]
Sruutp..!
Senior Ambush menghisap kuat jus kotak yang ada ditangannya itu sampai kering tak berbentuk lagi. Benar, sekarang jam istirahat, waktu yang tepat untuk mengamati.
Sekarang kami berada di taman berduaan saja, banyak para murid yang selalu melirik ke arah kami saat mereka lewat. Yah, sebenarnya mereka cuma menatap Senior Ambush yang berhasil mengalahkan seorang Master. Ditambah cuma satu kali serangan saja, aku saja tidak mungkin... Kurasa.
"Hei Iksan, kenapa kau mau dekat-dekat denganku sementara yang lainnya pada menjauh?"
"Senior curhat..?"
"Tidak, woi. Maksudku, bagaimana ya. Aku hanya heran saja.." Senior Ambush mengerit alisnya.
"Senior sendiri kenapa?"
"Aku??" aku hanya mengangguk.
"Aku juga tidak tahu.."
"Begitu juga denganku, senior.."
Tidak. Sejujurnya aku tidak suka keramaian, terutama saat teman-teman Yuliana mengetahui jika aku adalah 'sepupu'nya dan mereka selalu bertanya tentang Yuliana. Memangnya kalian Penyuka Sesama Jenis sampai - sampai bertanya tanggal datang bulannya Yuliana?!
Aku sendiri saja tidak tahu. Tcih~~
Alasan lainnya karena Senior Ambush adalah magnet permataku. Karena dia selalu menarik perhatian orang-orang yang kuat dan jika aku bisa bertarung dengan salah satu dari mereka, mungkin aku bisa sedikit belajar, bertambah kuat. Dan mengalahkan kakak sialan itu, hahahaha...!
"A-Ambush-kun..!"
"Hmm?!"
Diwaktu yang sama seorang siswi berlari menghampiri kami, dia banjir akan keringat.
"Ada apa?" tanya Ambush langsung berdiri.
"Hah, hah... C - Cepatlah ke lapangan, ada murid yang ingin berkelahi saat jam latihan."
"Hah? Bukankah ada seorang Master disana??" pekik Ambush heran.
"Aku juga tahu tapi mereka membutuhkan pengawas untuk Tantangan mereka..!"
"Tantangan? Lagi??"
Benar juga!? Senior adalah salah satu anggota kedisiplinan, komite akademi ini.
"Kelas berapa mereka?" siswi itu menatapku saat aku bertanya.
"Kelas 3!"
Entah karena apa aku menyeringai--tersenyum senang. Kelas 3!? Itu artinya mereka kuat dong?
"Tidak biasa.." gumam senior sembari mengigit kukunya.
"Iksan, aku pergi dulu..!"
Senior Ambush langsung saja lari ke lapangan. Aku bisa saja menyusulnya setelah menghabiskan rotiku tapi aku tidak tahu dimana letak lapangan yang diberitahukan. Dan juga....
Kenapa meminta bantuan senior jika ada seorang Master disana?
Saat aku lirik siswi tadi, aku menyadarinya. Ini perangkap, seringaian itu sering aku lihat.
Senior.
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Author POV ]
Ambush terlihat berlari di lorong akademi yang kebetulan sepi, lalu ia melihat jendela yang terbuka yang menghubungkan langsung dengan lapangan dimana para murid biasa latihan. Tanpa memperlambat larinya Ambush melompati jendela tersebut.
Syut!
"Apa??!"
Sebuah tebasan angin melesat sangat cepat di luar jendela, posisi Ambush berada sekarang. Ambush mengibaskan tangannya dan menangkis tebasan tersebut. Lalu seseorang tiba-tiba saja hadir dibelakang punggungnya, memukul kuat Ambush ke bawah tanah.
"A - Apa maksudnya semua ini??" tanya Ambush sedikit menggeram.
Seseorang menghentikan kakinya tepat di hadapan Ambush, hawa dingin langsung merambas menusuk kulit.
"Kami hanya ingin mencederaimu sebelum turnamen berlangsung.." kata wanita itu.
"M-Master Igor.."
Igorice Frostown, salah satu Master yang mengajar di materi penyusupan dan serangan diam-diam. Memiliki paras cantik dan tinggi, wajar dia'kan elf dengan surai seputih salju, mengenakan zirah mantel seksi dan tudung yang menutupi wajahnya.
"Kenapa??" tanya Ambush lagi.
"Tidak ada alasan khusus. Hanya untuk membungkammu. Kau tidak pantas mendapatkan kekuatan suci itu.."
"Heh. Itu berasal dari seseorang yang menyerangku secara diam-diam.."
"Bicaralah sesukamu karena kau akan aku buat bungkam dan tak sadarkan diri sampai turnamen selesai.."
"Itu mustahil, master. Tidak ada orang yang pingsan selama itu..."
"Kau benar, kecuali orang itu koma.."
"Dan kebetulan kami memiliki ramuan untuk hal semacam itu.." kata siswa berambut putih dengan pakaian serba hitam.
"K - Kau ya yang menyerangku tadi..?" seru Ambush lemah.
Darah mulai mengalir dari balik punggung Ambush. "Aku tidak percaya mereka melakukan ini.." batin Ambush perlahan kehilangan kesadarannya.
"Satoshiro, berikan ramuannya.." pinta Igor.
Satoshiro melempar botol kecil yang berisi cairan asing di dalamnya, lalu ia mengangkat badan Ambush sementara Igor mulai membuka botol tersebut.
"Tidurlah Ambush--!"
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Iksan POV ]
Dimana Senior Ambush? Kok tiba-tiba menghilang kayak hantu aja??
Aku tadi mengikuti senior, bahkan mengikutinya sampai melompat jendela tapi senior tiba-tiba saja lenyap dihadapanku.
Husss...!
Heh?
".........."
"!!"
Aku dan lelaki itu saling menatap satu sama lain.
""Kau... Siapa??""
Lalu wanita bertudung itu berbalik badan dan menatap terkejut ke arahku. Apa? Kenapa?
Aku bisa melihat Senior Ambush terkapar ditengah - tengah mereka sembari bersimbah darah. Hoi! Hoi! Kalian pasti bercanda?! Sampai segininya kalian membenci senior???
Aku tidak habis pikir.
"Bagaimana dia dapat memasuki sihir ilusi milikku?" gumam wanita itu.
"Sihir lagi.." -_-
"Aku tidak tahu apa yang tengah terjadi sekarang tapi.." jedaku tersenyum. Kenapa? Benar, karena aku bertemu lawan yang kuat. "Aku rasa aku harus bertarung!"
Bzzzsss!!
Petir biruku menjerit dikedua telapak tanganku dan kedua orang yang ada di depanku terkejut. Yah wajarlah, tidak banyak ada petir biru di dunia ini.
"Petir biru?"
Wanita bertudung itu kembali berbalik badan, aku juga mengarahkan fokusku ke jendela yang aku lompati tadi. Disana ada seseorang.
"Satoshiro, kau lawan dia, jangan sampai kabur.."
"Master sendiri?"
"Aku akan mengurus yang satunya.."
"Satunya?"
Ada orang lain selain kami??
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Yuliana POV ]
Aku menarik kembali petirku yang sudah aku sebarkan ke setiap sudut lapangan yang dari awal sudah diselimuti oleh sihir. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku harus pergi sebelum mereka menyadari keberadaanku. Dan juga Iki cukup kuat untuk bertarung seorang Master.
Aku akan mengurus satunya!
"!!"
Benar saja. Saat aku menghadap ke lapangan, master itu menatapku. Sial.
Wind Slash
Master itu menarik busurnya dan menembakkan sebuah tebasan angin berbentuk setengah lingkaran. Jendela yang ada di depanku terbelah, aku lempar bola unguku jauh ke belakang dan berpindah ke sana.
Tap...
Master itu melompat tinggi dan tiba-tiba saja sudah berada di hadapanku, tepat 10 meter. Lumayan jauh karena aku melempar bolaku kuat.
"Kau tidak dapat lari, gadis kecil.."
Cih. Kenapa semuanya memanggilku 'kecil' dan 'kecil' terus? Aku setinggi adikku tahu..?!
Master itu bergerak sangat cepat mengarahkan tinjunya ke perutku bermaksud untuk membuatku pingsan. Sayangnya tidak ada yang dapat membuatku pingsan saat ini.
Aku diam - diam melempar pelan bola unguku ke belakang, saat tinjunya terasa di perutku aku langsung berpindah sedikit ke belakang dalam posisi terbalik menghadap ke langit - langit. Tanpa kompromi aku tebas wajahnya dengan kakiku, suara keras tercipta saat ujung kakiku mengenai kepalanya.
Aku kembali melempar bolaku dan menjauh dari sana.
"Gerakan yang liar dan keputusan yang cepat. Aku menyadarinya dari awal saat kau berhasil menetralkan sihir ilusiku, gadis kecil. Siapa kau sebenarnya?!"
"Kecil lagi..?!"
"S - Saya tidak ada alasan untuk menjawabnya, Master Igorice.." sahutku mencoba sesopan mungkin.
"Hmm~~kau juga tahu namaku. Ini bisa gawat.." gumamnya.
Master Igor membenarkan cara berdirinya, busur kayunya diselimuti oleh es dan lantai terasa sangat dingin. Urgh, seorang Master memang merepotkan.
Sepertinya aku tidak punya pilihan..?
Bzzztt...!
"Petir... Ungu?"
Aku ayunkan kedua tanganku ke depan, menciptakan dua buah pedang petir warnaku. Beruntung Iki sibuk disana, jadinya aku dapat menggunakan kekuatan petirku.
Tugasku adalah mengawasinya dan jangan sampai Iki melihat petirku. Semuanya akan kacau jika dia melihatnya. Masalahnya sekarang adalah... Bagaimana aku mengalahkan wanita ini?
Apa aku harus---?
Tap...
"Hoi Yuliana, lama tak bertemu!"
A - Apa ini? S - Suara ini?!
"T - Tuan Quema..!?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top