Chapter 38 : Tahap Menuju Penyelesaian

[ Author POV ]

Scar membawa Yuliana ke tempat yang aman, memberinya ramuan stamina serta penyembuh.

"K-kenapa kakak meninggalkan gadis itu? Bukankah dia--"

"--Lemah?"

Edwars yang bertugas menjaga, terpaksa menguping.

Yuliana hanya memberikan anggukan lemahnya.

"In memang lemah, mungkin paling lemah diantara kita berempat.."

"L-lalu kenapa!?"

"Stock mana yang ia miliki berada di rata-rata penyihir peringkat C tapi dia dapat mengontrol mana alam sesuka hatinya. "

"Sesuka hati? Apa maksudnya itu, master?" tanya Edwars penasaran.

"In, dia bisa menggunakan mana alam tanpa batas. Intinya In tidak akan pernah kehabisan mana walau stock mana pada dirinya habis. In memiliki keunikan tersendiri yang tidak kalian ketahui.."

""??"" keduanya tambah penasaran walaupun sudah dijelaskan, Scar cuma bisa tersenyum lembut menanggapi keheranan kedua murid akademi ini.

Berpindah ke In.

.A.S.T.R.E.A.

In berdiri tidak jauh di depan Lan Sen yang baru saja mengeluarkan gulungan misterius. Tingkat mana yang sangat besar dapat dirasakan oleh In pada gulungan tersebut.

"Gulungan apa itu? Dia baru saja melepaskan mana yang besar tadi tapi seketika lenyap tanpa sebab.." batin In sangat waspada.

"Kasihan Aleo. Aku tidak menyangka ada yang dapat mengalahkan mana ratu.." gumamannya dapat kudengar menggunakan 'Sayap Angin'.

"Mana ratu?"

"Benar juga. Warna mana itu mirip seperti milik Ratu Astrea, informasi yang kudengar dari nyonya Scar jika permata hijau berada ditangan Robin. Apa dia juga anggota Robin??"

"Aku harus fokus! Prioritas utamaku adalah mengalahkan orang ini dan membalas hutangku pada Max.?"

In menggelengkan kepalanya, membuang kegalauan.

"Ayo kita mulai!"

"He~kau sudah mau mulai ya~?" Lan Sen menggenggam erat gulungannya, tiga bola halilintar tercipta tapi sedikit berbeda atau memang sangat berbeda karena di dalam lapisan halilintar ada sosok bayi yang belum lahir masih dalam tahap 'penciptaannya'.

Gaise de Baobei lei Sheng

Mata para bayi terbuka dan ketiga bola terlempar ke In.

Dengan kecepatan angin In terbang menghindari bola halilintar yang mengejar otomatis itu. In menghindari setiap tusukan halilintar yang terpancar, In membawa ketiga bola itu kembali ke tempat Lan Sen. In mendadak berhenti, dinding angin memaksa ketiga bola tadi cuma melewatinya akibat tekanan udara. In mengumpulkan peluru angin di satu tangannya dan ia lempar, mendorong ketiga bola halilintar kembali ke Lan Sen.

"Hm!" Lan Sen mengibaskan tangannya melenyapkan serangannya sendiri.

"Sekarang.!"

In terbang tinggi ke atas, pusaran angin ia kumpulkan membentuk peluru bola angin raksasa.

"Menarik sekali~" senyum senang Lan Sen. Lan Sen menjentikkan jarinya menciptakan percikan listrik biru yang kecil.

Nengliang Bianhua, Lan Sen Shandian :
Quyu Gongji Lan Sen-Ver

Pcstz!

"Hyaaa!" teriak In melempar bola angin raksasa, bola angin itu bertubrukan dengan jarum listrik Lam Sen yang sangat kecil.

Ctik.? BZT!

Jentikan kedua menciptakan ledakan halilintar, petir biru menjalar ke langit dan jatuh, ledakannya mendorong bola angin kembali ke In.

"Ap--!?"

BZZZT!!

Cahaya biru menyinari langit seutuhnya, bahkan sampai ke luar akademi.

.A.S.T.R.E.A.

[ Iksan POV ]

Bzzzt!!

Aku sontak berhenti saat gelombang kejut menghantamku. Sekuat inikah kekuatan serangan tadi.?

Mana negatif dapat kurasakan berkumpul di depanku, bersama kumpulan mana alam yang meluap-lupa. Aneh. Kedua hal yang bertolak belakangan berada di satu tempat.

Jawaban hanya ada satu, yaitu terjadi pertarungan-- lebih tepatnya ada yang melawan Maxwell.

"??" postur seseorang terlempar jatuh ke bawah tanah. "Hm?!"

Itu'kan... In??!

.A.S.T.R.E.A.

Bruk.!

"Urgh!?" In baru saja jatuh dengan kasar di atas tanah lapang, seragamnya robek akibat ledakan halilintar tadi.

"Ah, hah, ah.."

Tap.. Tap..

"Ah.."

"Kau sempat berlindung saat ledakan tadi. Padahal aku diam-diam meningkatkan dampak serangan tadi. In, kau menarik sekali. Ada hal unik yang kau miliki. Apa itu, In.?"

"K-kau mengenalku?"

"Siapa yang tidak kenal pemberontak Robin sepertimu. Kau hanyalah seorang pengecut yang melarikan diri dari perbuatan jahat yang telah kau lakukan.."

"Kurgh.."

"Pihak pemberontak mencarimu lo~mereka ingin menghukum dan menyiksamu. Oh, mungkin kau akan dicuci otak juga nanti.."

"A-aku t-tidak otakku dicuri.."

"Ahaha, itu kalimat seorang pengecut. Setelah apa yang telah kau lakukan.."

"Ah, hah.." In berhasil bangkit. "K-kau boleh menyebutku pengecut atau penakut... Itu memang kenyataannya."

"Hm~?"

"Aku tidak bisa menghapus dosa apa yang telah diperbuat, aku tidak bisa meminta Robin ataupun Astrea membebaskanku tapi.!"

"....."

"Aku hanya bisa menerima semuanya, dan terus mengangkat kepalaku. Mulai sekarang dan seterusnya aku akan melakukan apa yang menurutku benar dan membenarkan apa yang salah.."

"Itu cuma omong kosongmu!"

"Walaupun begitu aku sudah berjanji! Saat itu, saat semuanya berubah. Aku akan melakukan apapun yang aku bisa.!"

"Ck! Omong kosong!" tatap dingin Lan Sen.

"Aku tahu kekuatanku belum cukup. Angin, beri aku kekuatan kalian!"

Kendali Penuh Mana Alam

ROAR!

Mana alam menghantam ke tempat In, angin berubah warna jadi hijau daun. Begitu cerah.

"Mari kita selesaikan saja semua ini.." ucap Lan Sen membuka isi gulungan, sebuah permata hijau muncul saat gulungan berhenti bersinar. "Permata Alam milik Ratu Astrea akan memberiku kekuatan tanpa ada batas... Ditambah."

Ledakan Energi Chi

DAAR!

Sulur-sulur apa biru membungkus seluruh tubuh Lan Sen.

Cruak!?!

"APA??!" kaget In melihat Lan Sen memasukan permata hijau itu ke dirinya sendiri, darah segar mengalir tepat ditengah-tengah dadanya.

"A-ahaha. K-kekuatan ini yang kucari.!" manik Lan Sen mengecil bertambah tajam. "Tidak ada yang bisa mengalahkanku sekarang!!"

"Dia menghisap mana alam? Bukan. Apa yang dia lakukan?!" panik In bercampur bingung melihat kondisi alam yang berubah selama detik ke detik, hembusan angin teracak ke segala arah dan tanah-tanah terkikis.

"I-ini sudah diluar kendaliku.!"

In menggunakan bakatnya untuk menahan mana alam agar tidak terhisap Lan Sen. Dan itu berhasil.

"In!? Kau dan kekuatanmu adalah penghalang utamaku. Kau harus mati agar semua mana terhisap olehku.."

"Tidak akan kubiarkan!"

"In!!" geram Lan Sen merasakan mana alam yang ia serap barusan terseret keluar dan terbang ke In.

Lan Sen mencoba menyerangnya dengan halilintar tetapi dinding angin menghempaskan serangannya.

"Hanya ini kesempatanku untuk mengalahkanmu. Lan Sen, disini..aku akan mengalahkanmu!"

"IN!!?!"

Lan Sen melesat sangat cepat, tangannya dalam posisi menusuk dan dibungkus jeritan halilintar dan aura hijau permata.

"Maafkan aku, Lan Sen.."

Angin berkumpul di dua sisi In, ia melepaskan dinding anginnya. Angin hijau membentuk sepasang sayap.

Wind Spirit of Law

ZROORASH!!

In menghempaskan dua kumpulan angin itu dan menciptakan tekanan gelombang yang luarbiasa besar, efeknya mengguncangkan meratakan tanah dan meremukkan Lan Sen yang terhantam olehnya.

".........."

Lapangan akademi menjadi hancur akibat serangan In berusan. Energi Lan Sen yang tertindih perlahan menghilang.

.A.S.T.R.E.A.

[ Lan Sen POV ]

"Urgh!"

In benar-benar mengalahkanku sekarang. Bagaimana keadaaanku sekarang?

Aku tidak bisa merasakan seluruh badanku, oh, aku dapat merasakan tangan kananku. Ngomong-ngomong kenapa disini gelap sekali?

Ibu, ini sakit sekali. Aku tidak menahannya lagi. Aku tidak mau lagi.

"......."

Benar juga. Dari awal aku yang memutuskan semua ini.

Kruk.?

Beruntung aku masih dapat menggunakan tangan kananku dan memakan sesuatu. Ini apel?

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

"Ah, hah, ah.." In masih berdiri di sana menunggu Lan Sen bangkit kembali(?). "Aku dapat merasakan mana yang aneh dari Lan Sen. Tapi mana macam apa ini??"

"In.!"

"Eh?"

Iksan mendarat tidak jauh di belakangnya.

"Ik San?"

"Menyingkir dari sana!"

"Hm?"

Wush!

'Sayap Angin' aktif memberi peringatan kepada In, waktu seraya melambat dipandangan In. Sosok gelap tiba-tiba saja hadir didekat In, manik In bergetar melihat kuku panjang itu menembus perutnya.

Jrash!

Iksan melakukan tendangan sabit petir meledakkan sosok gelap yang diketahui adalah Lan Sen, yang berubah.

"In.!" Iksan menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Kau mengeluarkan banyak darah.."

"Uhuk! F-fokus ke l-lawan.."

"Mana bisa sementara kau terluka!"

"Ik San.?"

"Aku akan membawamu ke tempat senior Maya dan memintanya untuk menyembuhkanmu.."

In tersenyum mendengar bentakan Iksan. "Ternyata Ik San benar-benar mengkhawatirkanku.."

"Sial. Darahnya tidak bisa berhenti. Aku harus cepat.."

Tap!

Lan Sen datang dengan sekujur badannya ditutupi asap hitam.

"H-haha. Tentu kau tidak akan diam saja, iya'kan, Maxwell.."

"Aku masih ada urusan dengan In, Iksan.."

Iksan langsung kabur tanpa mendengarkan perkataan Lan Sen berikutnya. Tapi seperti yang kita ketahui Lan Sen dapat menyusul Iksan karena dia membawa beban.

Nengling Bianhua, Lan se Shandian : Moffa Mao

Lan Sen menusukkan cepat tangannya ke wajah.

"....."

"!?"



Bzz.! BZZ!

Tusukan halilintar terhenti oleh dinding petir biru yang Iksan munculkan.

Infineted Two : Ultimatum Thunder

Rage of Blueser

Iksan menyentak Lan Sen ke belakang dengan gelombang kejut petirnya, sekujur badannya seketika lumpuh.

Blue Marker :
Longs Seawave

Iksan mengangkat kaki kirinya ke Lan Sen, dua lapis lingkaran biru muncul dengan Lan Sen sebagai targetnya. Iksan menendang lingkaran sihir itu dan laser biru berbentuk arus gelombang berubah jadi gelombang petir biru.

Iksan memanfaatkan kesempatannya untuk kabur kembali sementara Lan Sen terseret jauh seraya menahan serangan.

"Bahkan dalam bentuk ini pun Iksan masih bisa menyudutkanku. Keputusan untuk bertarung tidak adil dengannya memang pantas.!"

Lan Sen memusatkan energi negatif chi ke dua tangannya, warna merah melahap petir Iksan dilanjutkan Lan Sen menggunakan sihir alternatif 'Object Make'. Dengan bermodal pakaian yang tersisa Lan Sen membuat pakaian baru berupa dress china hitam dengan motif garis merah, pakaian itu diselimuti percikan petir Iksan.

Iksan melesat sangat cepat dalam 'dinding petir' itu, anehnya In tidak kesemutan saat bersentuhan dengan petir Iksan.

"Hebat.." kagum In dengan ekspresi lemah.

"Berhenti bicara, bodoh. Apa kau mau mati?!"

In sontak tersenyum. "Kenapa kau tersenyu--?" saat Iksan ingin memarahi In tiba-tiba membelai rambutnya.

"Aku akan baik-baik saja. Maka dari itu berfokuslah kepada Lan Sen, hanya kau yang bisa menghentikan pemberontakan ini... Iksan."

.A.S.T.R.E.A.

[ Iksan POV ]

In aku sandarkan di dinding kelas yang sudah hancur, ada sedikit semak belukar yang dapat menyembunyikan In tapi tidak akan berguna jika orang yang mengejar kami adalah Maxwell.

"Aku pergi sebentar.." seruku, sangat pelan.

"Kutunggu disini. Berhati-hatilah.."

"Hah. Kau pikir siapa aku.? Kau tunggu saja, aku akan kembali setelah mengalahkan Maxwell.."

"K-kalau itu Ik San a-aku percaya.."

Aku balik badanku keluar dari tempat aku menyembunyikan In.

"........"

Aku tahu ini tindakan yang salah. Meninggalkan In?

Darahnya sudah keluar terlalu banyak, jika terus seperti ini dia akan..

Drap!

Maxwell mendarat di depanku, dia cepat.

Ia kini berpakaian dan energi negatif menyelimuti ia seutuhnya.

"Akhirnya kalian berhenti juga. Sangat merepotkan andai aku mesti terus mengejar kalian.."

"In tahu jika kami tidak dapat kabur dengan kondisinya saat ini.."

"Itulah kenapa kau melindunginya sambil bertarung denganku.?"

"Benar. Lebih tepatnya aku akan mengalahkanmu secepat mungkin.."

"He eh~"

"Maxwell... Aku akan serius dari awal!"

Untuk mempercepat kesembuhan In. Menyelamatkannya.

Infineted One : Thunder Burst

Shielder of Thunder

Petir biru tua meledak dari dalam diriku, aku merubah stock mana menjadi stock petir. Ini adalah tahap pertama dari keempat tahap dan teknik ini kuciptakan untuk mengalahkan kakak sialan itu.

Mengesalkan aku selalu terpaksa menggunakannya walau bukan dia lawanku.

Tapi..

Ini pengecualian. Nyawa seseorang berada di tanganku.

"Akan kuselesaikan dalam satu serangan!"

"!!"

"Aku terima tantanganmu, Iksan!"

Death Magic :
Rose Deadfield

Api darah bermunculan disekitar halilintar dan petir biru yang menyelimuti Maxwell. Api itu mekar layaknya bunga dan menyebarkan bau gosong yang menyengat.

Aku tidak boleh diam saja.

Maximum Moves All Thunder

"Lama.!"

"!?" aku terkejut mendengar suara Maxwell tepat di telinga kiriku, sementara api darah masih ditempatnya Maxwell sudah ada ditempatku?!

Aku refleks menjaga jarak. "Teknik ini membutuhan konsentrasi.."

"Iksan.!"

Aku merinding mendengar suara Maxwell menusuk punggungku. Bagaimana dia--?

Krk!

Maxwell menendang punggungku. Urgh, aku mendengar suara patah. Aku terlempar ke tempatku awalku keluar.

"U-urgh.."

"Kalau begitu... Aku akan mengalahkanmu dalam serangan ini!"

Maxwell mengabungkan api darah dan halilintarnya.

"Selamat tinggal, Iksan.."

"Setidaknya lihatlah teknikku!!?"





"IKI!!"

""?!?""

Jusgh!

Yuliana tiba-tiba muncul ditengah-tengah kami, ia membuka telapak tangannya ke depan yang menghasilkan cahaya ungu. Maxwell seketika menghilang dihadapanku. Berdasarkan kepekaanku dalam merasakan mana Maxwell akan kembali muncul tidak jauh di depan kami.

Tapi..

Kenapa kak Scar ada ditempat Maxwell akan muncul!?

Jusgh!

Maxwell beneran muncul ditempat itu. Aku mengerti. Kak Scar melakukan serangan mendadak menggunakan tombak merahnya, serangan yang fatal.

""??!""






Dan itu tidak ada di dalam perkiraanku.

Maxwell memutar badannya dan kak Scar yang malah terkena serangan dari musuh, untungnya dia sempat menangkis.

"Bagaimana bisa?!" suara Yuliana terdengar sangat pelan. Aku mengerti perasaan itu.

Maxwell..

"Rencana kalian berdua adalah mengalahkanku tanpa kusadari, namun adik Iksan melakukan kesalahan. Dia meneriaki nama seseorang, saat cahaya itu menghilangku hanya ada satu hal yang aku pikirkan. Aku bakal kalah. Tapi karena aku mulai mengerti cara kerja kekuataan itu, bukan hal mengejutkan andai aku diserang dari belakang.?"

"Dia memahaminya dalam waktu sesingkat itu.?"

"Aku juga akan berpikiran hal yang sama. Akan mengesalkan andai kau termakan hal yang sama berulang kali.." ucapku kepada Yuliana.

Dan Maxwell tersenyum, yang membuatku bingung.

"Tapi terimakasih.."

"??"

"Berkatmu dan kak Scar persiapanku sudah selesai.."

"Eh? Apa yang kau bicarakan, Iki??"

"Hm~~jadi begitu~" gumam Maxwell. Jika dia dapat merasakan mana atau semacamnya dia pasti melihat jejak energi yang kutinggalkan.

"Kita menjauh, Yuli. Iksan mau menggunakan salah satu teknik rahasia Hacim.."

"Kak Scar memang hebat.."

"Yuliana, jaga In.." bisikku, dan 'sedikit' meminta.

Kak Scar keluar dari tempat bertarung kami, Yuliana pun. Ia pergi ke tempat aku menyembunyikan In.

"Sudah saat ya.?"

"........."

Allmight

Pandanganku seutuhnya berwarna biru dan jejak yang aku tinggal seperti jalan umum dan tempat Maxwell berada adalah jembatannya. Petir biru menyelimuti tangan kananku.

Moffa Mao Apple's Series

Maxwell juga menyelimuti tangan kanannya dengan sambaran halilintar dan api darah itu.

Dash!!

Kami langsung tancap gas, Maxwell menusuk lebih cepat dariku.

Tetapi itu percuma saja karena teknik ini.

Bzz...

"??"

Tangan Maxwell terguncang oleh gangguan jejak energiku. Aku mengaktifkan 'Allmight' bukan untuk menambah kekuatanku melainkan meningkatkan kapasitas jejak energi. Mata ini memiliki banyak kegunaan termasuk meningkatkan kekuatan objek dengan hanya menatapnya.

Yang ingin kukatakan adalah..

JDAR?!

Aku dapat menciptakan petir hanya dengan menatap.

Sambaran petirku menggoyahkan keseimbangan Maxwell dan membuat celah yang sangat lebar di depannya. Jeritan petir biru tua meledak di sisi kananku, tangan yang berselimut petir dilindungi semacam perisai aura membentuk ujung mata sebuah pedang.

Blue Thunder : Blue Strike Sword

Zrash! Bz..

"......."

"......."

Pedang petirku menusuk ditengah-tengah dada Maxwell, aku dapat melihat percikan dibalik badannya.

"Aku kalah?"

"Kau tidak bisa melihat dadamu tertusuk, Maxwell.?"

"E-ehehe.."

Kenapa dia terkekeh?

"Apa?" tatapku datar melihat Maxwell menatapku... Senang?

"Kau sangat menarik, dan aku membenci itu.."

"........."

"Kau sudah selesai bicaranya?"

"Jika bisa..."

"?"

Aku ingin bicara denganmu... Bersama Lan Sen.

"?!"

Tubuh Maxwell tertahan ke arahku. Pakaiannya terkikis menjadi debu hingga tak memakai apapun. Aku menangkapnya dan sedikit memeluknya.

"Ya... Suatu hari nanti aku ingin bicara dengan Lan Sen itu!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top