Chapter 34 : Max....... well
[ Author POV ]
Penakut. Mereka semua penakut!
Pada akhirnya kata-kata itu hanyalah sebuah kiasan.
Tap!
"Hah, hah.." kapten penjaga istana jatuh berlutut dihadapan seorang wanita berambut ungu gelap denganm manik merah.
Para prajurit menatap ke tempat mereka dimana kapten penjaga istana dihabisi... Oleh kekuatannya sendiri.
"Hanya segini kekuatan kapten penjaga istana ternyata. Lemah!"
"Beraninya kau.!"
"Hei hentikan--" panggil satu prajurit mencoba menghentikan temannya yang menerjang tanpa berpikir.
"Haaa.! Mati kau!"
Slash...
"....."
Badan prajurit itu terpotong horizontal dan memuncratkan banyak darah.
"Sial.!" maki prajurit tadi.
"Dia bodoh sekali.." ejek wanita berjubah hijau yang mengenakan gaun putih bercorak emas yang memperlihatkan belahan dadanya. "Siapa lagi yang mau maju.? Ayo.."
"...... "
"......"
"Tidak ada? Kalau begitu biar aku yang menyerang dan membunuh kalian semua disini!"
""!""
Butiran air kembali muncul di mata pedangnya.
"Itu teknik kapten!?"
Teknik Berpedang Aliran Air :
Garis Biru Pemotong
Slash!!
Tebasan horizontal seperti ombak memotong semuanya yang ada disana.
Beberapa orang berhasil menghindar dan melancarkan serangan balasan.
Grin...
Daar!
Wanita itu tersenyum sebelum terkena ledakan empat elemen.
"A-apa berhasil?"
"Tidak tah--"
"--Ahhaha. Begini baru benar.." tawa wanita itu terdengar. "Pertarungan itu harus saling serang!"
"T-tidak terluka.."
"S-sama sekali..?"
"Sekarang giliranku menyerang!"
"Semuanya, pergi dar--?"
Wush!!
"-E-h??"
Wanita itu sudah ada dibelakang semuanya, background darah tercipta saat para prajurit terpotong-potong.
"A-apa benar dia... Manusia?"
Lily bersembunyi dibalik batu besar, kakinya tidak dapat berhenti gemetaran.
"Di bagian depan pintu istana aku merasakan banyak orang kuat. Sepertinya disana lebih menarik.."
Lily bergidik. "I-itu artinya dia m-menyadari kehadiranku tapi tidak mengincarku?"
"I-itu bagus'kan.? Ketua Brost kuat apalagi ada master disana. A-aku tidak perlu... Ikut bertarung?"
Wanita itu memunculkan empat elemen yang menyerangnya tadi lalu menyelimuti ke mata pedang.
"Sebelum itu aku mesti membersihkan serangga yang bersembunyi dibalik batu.."
"Eh?"
Lily terpaku karena jarak mereka hanya 10 langkah, kira-kira.
Tap.. Tap.
"D-dia menemukank--!"
"Sepertinya percuma aku bersembunyi ya.."
"?"
Sosok Julia keluar dari balik batu sedikit di depan Lily.
"Kak Julia.."
Julia menengok ke belakang lalu tersenyum.
Pergilah.
"Eh?"
"Siapa kau? Kau bukan aura orang yang 'kurasakan'. Kau bahkan... Tidak mempunyai mana sedikit pun."
"Inderamu pasti sedang salah sekarang, nona pemberontak. Hanya ada aku disini.."
"Percuma berbohong. Indera-ku ini kuat."
"Benarkah.? Bagaimana kalau begini.."
"?!" wanita itu terkejut melihat Julia menciptakan bola api di tangannya. "Bagaimana mungkin?! Kau bahkan tidak memiliki stock mana di tubuhmu?"
"Itulah kenapa aku menyebut indera-mu 'sedang' salah..nona!"
"Hmp. Sepertinya melawanmu bakal menarik, gadis aneh.."
Julia menembakkan bola api itu, wanita berpedang mencoba menebasnya tapi tiba-tiba meledak sebelum sampai, hasilnya asap hitam tercipta.
Sekarang.
"Maafkan aku, kak Julia.!" batin Lily berlari.
"Pergerakan?" wanita berpedang merasakan reaksi dibelakang Julia. "Jadi begitu.."
Bzz.?
"Kemana kau melihat, nona pemberontak.?"
Tangan kiri Julia diselimuti listrik biru milik Lily. Julia melancarkan listrik ke bawah, listrik itu melompat-lompat sebelum menyambar.
Dan seperti di awal wanita berpedang menebas serangan dan hal yang sama menyelimuti mata pedangnya. Julia mengeluarkan pelindung sihir yang menahan tebasan horizontal listrik biru.
"Mengejutkan kekuatan kita hampir sama, nona pemberontak.."
"Kau benar. Dan berhenti memangilku 'nona pemberontak', namaku adalah Kasemi.."
"Kalau begitu, nona Kasemi.." Julia mengangkat tangan kanannya ke samping menggabungkan listrik biru dengan angin dan api.
Rage of Element
Brush!
Julia menembakkan gelombang tiga elemen dan menghancurkan serangan empat elemen Kasemi. Asap kembali muncul saat Kasemi menghindari serangan.
"Dimana kau, nona Kasemi?" tanya Julia seraya menghempaskan tiupan angin yang kuat.
Saat asap hilang Kasemi sudah ada dihadapan Julia mengayunkan pedangnya horizontal, Julia refleks menarik kepalanya ke bawah. Batu dibelakang Julia terpotong rapi.
"Hampir saja--!"
Ayunan kedua datang setelah Kasemi menarik pedangnya.
Prang!!
"!?" Kasemi terkejut mendengar suara besi saat pedangnya 'menghantam' wajah Julia.
Badan Julia bergerak 2x lebih cepat, tangan itu terbelah(?) memperlihatkan bagian tangannya menghitam.
Punch!
"Uhk?!" Kasemi terkena tinjuan telak di perut membuatnya terpental.
Julia menembakkan listrik biru dan bola api selama ada kesempatan namun pedang Kasemi mendadak bersinar dan menyerap serangan Julia, lalu menjadikannya miliknya.
"Jadi begitu cara kerja pedangmu, nona Kasemi.." gumam Julia berhasil mengamati.
"Kau sendiri ada apa dengan tubuh itu?" balas Kasemi seraya bangkit.
"Hm? Ini akibatnya jika aku terlalu banyak menyerap mana alam.."
"Kau menyerap mana alam? Mustahil. Pasalnya kau.."
"Aku tidak memiliki mana? Memang benar begitu adanya tetapi tidak menutup kemungkinan, dengan latihan keras aku dapat menyerap kekuatan alam dan... Mengeluarkan kekuatanku sebenarnya!"
"A-aku tidak mengerti.."
"Seperti pedangmu yang dapat mengambil kekuatan, cara kerja kekuatanku adalah menyerap untuk membuka titik pusat.."
Kedua tangan Julia menghitam membentuk sarung tangan, seragamnya tertutup oleh kulit buatan berwarna putih cerah, rok bunga merah muda kehitaman tercipta membuat gaun gelap untuk penampilan penutup Julia.
"J-jadi begitu maksudnya. Aku dapat merasakan suatu kekuatan tengah berkumpul kepadamu.."
"Kau sudah kalah, nona Kasemi. Kekalahanmu dimulai saat aku mengambil wujud ini..."
"Eh. Ahahaha. Kita baru mulai--??"
Elemen-elemen yang ada di mata pedang Kasemi terserap ke tempat Julia.
"A-apa ini?!" syok Kasemi melihat pedangnya lenyap jadi kumpulan energi dan Julia tengah menyerapnya.
Suction Flowers Magic :
Garden of Energy
Bunga-bunga merah muda kehitaman menyebarkan serbuknya ke segala arah, Kasemi yang terkena serbuk perlahan jadi transparan.
"A-apa maksudnya semua ini??" panik Kasemi.
"Kau akan menjadi energi di taman yang aku buat, nona Kasemi.."
"M-mustahil. Menjadikan manusia s-sebagai energi. Itu sudah diluar nalar. K-kau bukan manusia.!"
Julia tersenyum hampa. "Siapa yang bilang aku adalah manusia.."
.A.S.T.R.E.A.
Kasemi jadi pudar, banyak kunang-kunang energi berkumpul di Julia kemudian lenyap terserap. Batu-batu, pohon, air dan tanah terseret juga menjadi kunang-kunang.
"Ah, haah, hah. A-aku tidak bisa menahannya lebih dari ini.." kata Julia pucat. Tempatnya berdiri mirip kawah kecil saat ini.
"Akhirnya aku menemukanmu.."
Brost muncul dari balik Julia.
"B-Brost--?" Julia tertusuk oleh tombak es Brost sebelum selesai bicara.
"Hampir aku terlambat. Tidurlah sejenak, Julia.."
Julia tersenyum kecil dan badannya perlahan dibekukan.
Terimakasih.
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
"Mmm..."
"...? Ada apa?" tanya Lisaisme di dekatku.
"Bukan hal yang berbahaya.."
"Hm?"
Aku sangat yakin dua kekuatan besar tadi ingin bentrok tapi seketika cuma tersisa satu. Ditambah kekuatan yang bertahan perlahan hilang juga, itu yang kurasakan.
"Sepertinya sudah berakhir.."
Benar katanya. Master Heildet berhasil mengalahkan pasukan pemberontak yang tersisa, kami juga berhasil menahan sebagian untuk diinterogasi nanti dan sisanya yang kabur dikejar oleh prajurit yang ditugaskan.
"Tuan Puteri.." master Heildet berjalan mendekat ke tempat kami.
"Maaf, Lisaisme. Kurasa aku akan pergi!"
"Eh?"
"Kau sudah merebut kembali istana, mengumpulkan prajurit. Sisanya kau hanya perlu pergi ke akademi lalu menyelamatkan ratu. Aku tidak diperlukan lagi disini.."
Apalagi ada yang ingin kulakukan.
"Tunggu dulu.! Ini tidak seperti kesepakatan kita. Iksan, kau harus tetap di sisiku! Ini perintah dari ratu masa depan Astrea. K-kita tidak tahu kedepannya apa pemberontak menyerang dan mengirim orang yang kuat.."
"Master Heildet sudah cukup kuat untuk melindungimu, ditambah ada kelompok senior Brost.." balasku acuh. Aku berjalan menuruni anak tangga yang mengarah ke gerbang depan.
"Iksan.!"
"Maaf membohongimu, tuan puteri. Apalagi..." aku balik wajahku dan membuat senyuman, licikku. "Aku bukan warga Astrea, hehe,"
"T-tunggu dul--"
Aku berlari tiba-tiba mencoba tidak mendengarkan, aku lambaikan tanganku ke master Heildet. Sisanya kuserahkan pada mereka.
Aku bukan pengawal tuan puteri lo. Dan juga aku adalah orang yang lumayan egois.
Aku tampakkan kaki melaju di anak tangga dan keluar lewat gerbang depan. Aku tahu ini hal yang ceroboh berjalan-jalan ditengah pertempuran tapi ada satu hal yang masih mengganjal dipikiranku.
Cuma satu hal yang dapat kulakukan, yaitu bertanya pada orang yang berhubungan. Aku harus mencari Maxwell--tidak... Orang yang mengaku sebagai Max.
.A.S.T.R.E.A.
[ Author POV ]
Edwars masih bertarung dengan Maxwell, medan turnamen membeku oleh es Edwars, sosok Maxwell berdiri dihadapannya sambil berselimutkan halilintar birunya.
"Ada apa, Edwars? Apa lukamu kembali terasa.?"
"Hah, ah. Ketahuan ya.." "Ini sulit. Aku harus berfokus ke dua hal."
"Aku menikmati pertarungan kita tadi tapi sudah saatnya untuk mengakhiri. Pemimpin mungkin sudah menunggu sangat lama.."
Magic Ice
"....."
Edwars menggenggam tangan kanannya ke belakang dan tangan kiri digunakan untuk menyembunyikan tanda disana.
Freeze Shot
Edwars melepaskan tembakan beku ke depan. Maxwell menghantamnya dengan halilintar yang bercabang, akibatnya pecahan es tersebar kembali dan hanya membekukan sekitar Maxwell.
"Kurasa kau sangat putus asa. Baiklah akan kuakhiri.."
Maxwell melapisi tangannya dengan halilintar dalam kondisi siap menusuk.
"Benarkah kau berpikir begitu.?" tangan Edwars diselimuti oleh mana, bersamaan dengan itu lantai es bergerak.
Maxwell melesat tanpa keraguan. Edwars mengendalikan lantai es dan memunculkan rintangan pasak es.
"Sangat mudah.." ungkap Maxwell menghindari rintangan tanpa kendala sampai di depan Edwars.
Prank!
Edwars menciptakan pasak es yang banyak yang melindunginya setinggi 3 meter. Halilintar biru Maxwell membesar dan ia menerjang tanpa ragu.
Magic Ice Sword
"!?"
Maxwell terkejut melihat pasak es yang dimunculkan itu hancur menjadi sebuah pedang es. Sesuai rencana Edwars.
"Kurgh!" Maxwell yang melayang di udara terpaksa menciptakan ledakan petir di kakinya dan terbang tinggi melewati Edwars.
"Jangan harap kau bisa lari!"
Suhu dingin membungkus pedang es.
Teknik Berpedang Aliran Es :
Garis Musim Dingin
Wrush!
Tebasan miring mengenai badan Maxwell, bekuan es langsung melumpuhkan dirinya hingga terjatuh.
"Ah, hah, hah.." lelah Edwars tidak bisa mempertahankan bentuk pedang esnya. "Aku sudah mengerahkan sisa mana-ku pada serangan tadi. Andai dia bangkit aku terpaksa--"
"Membunuh..nya?"
Sosok Maxwell berdiri dengan penuh seringaian.
"Ada apa dengan serangan lemah tadi, Edwars? Aku tahu kau bisa lebih dari ini KAN?!"
"He. Dia sudah hilang akal.."
Edwars menatap lukanya. "Aku tidak bisa mati disini, belum. Maka dari itu aku akan menggunakan kartu as-ku.!"
Drt!
"Hm?"
Badan Edwars dibungkus oleh aura emas yang sangat kuat.
"Jadi itu kartu as-mu, Edwars.?"
"!?" Edwars merasakan seakan mana alam tertarik ke depan Maxwell berada. "Dia bermaksud menggunakan mana alam. Sial!"
Kongju Shandian :
She lian jian jiao
Blaar...!
Sambaran halilintar mengarah ke segala arah dari depan, Maxwell tancap gas ikut maju dengan tangan posisi menusuk.
"Sial. Aku tidak memiliki pilih--"
Jush!
Sosok Edwars seketika digantikan oleh Yuliana setelah bola ungu menghantamnya tadi.
Violet Thunder : Purple Cut
Cut! Cruak!
Leher Maxwell tertebas oleh kodachi ganggang putih Yuliana.
"Serangan mendadak itu... Harus mematikan!"
Bruuk!!
Badan Maxwell roboh dengan luka tebasan di lehernya. Yuliana berjalan pelan ke tempat Maxwell sambil menghunuskan senjatanya.
"Tunggu dulu, Yuliana. Dia masih hidup?!" beritahu Lio.
"?!" Yuliana refleks memiringkan kepalanya ke kanan menghindari serangan yang ingin melubangi kepalanya itu.
Tangan yang menusuk itu digantikan dengan mata Maxwell yang menyala biru. Kuku-kuku jari Maxwell memanjang seperti cakar, serangan cepatnya ditangkis dengan tenang oleh Yuliana, Maxwell ditendang dan jarak mereka jadi jauh.
"Aneh sekali. Seharusnya kau tidak memiliki kepala lagi.." kata Maxwell dengan leher robek, terlihat ada daging keluar dari sana.
"Kau sendiri kenapa tidak mati. Semestinya lehermu sudah putus sekarang.." balas Yuliana tajam.
"Aahahaha. K-kau ada benarnya. Kenapa ya~?" Maxwell memperbaiki lehernya lalu memusatkan mana untuk menempelkan kulit dan daging kembali.
"Sihir penyembuhan? Itu terlihat berbeda.."
"Ini adalah teknik kuno dari tempatku berasal, kami menyebutnya dengan 'chi' atau tenaga dalam.."
"Berapa banyak yang dia pelajari. Pertama Mana alam sekarang chi.."
"Aku akan menyampaikan pesanmu untuk Iki. Ada yang ingin kau katakan.?' cetus Yuliana memasang kuda-kuda.
"Siapa itu?? Pesan? Ehehee. Yang bakal mati disini adalah KAU!!"
Aura jahat menguasai diri Maxwell--- bukan namanya yang sebenarnya..
.A.S.T.R.E.A.
[ Past POV ]
Hai.
Hm?
Apa aku cantik sekarang?
Apa maksudnya?
Aku mau menikah.
Hah? Buat apa ibu menikah lagi??
Hehe. Kau ingin seorang adik, bukan.?
T-tidak ada yang memaksa ibu untuk melakukannya! A-aku senang kok yang seperti ini saja.
Hm. Tapi kau sering melihat teman-temanmu bercakap dengan adik mereka.
Darimana kau mengetahuinya!?
Rahasia~
Jadi mau tidak?
Tidak ada yang memaksa ibu melakukannya demiku.
Ibu tanya, kau mau atau tidak?
U-ugh. Aku mau! Aku mau memiliki seorang adik!
Puas?
Fufufufu. Itu baru anakku~
Urgh~~~
Wanita itu tersenyum ke gadis kecil berambut biru. Ia menikah lagi namun cerai kembali setelah ketahuan jika mereka tinggal di daerah pemberontak.
Malam itu...
Argh!
Pergi!
Tapi ibu.!
Pergi!!
Wanita itu memukul bandit yang menyerang mereka tapi ia kalah dengan bandit yang besar.
Pergi!
Tangkap anak itu. Kita jual dia sebagai budak, lumayan uangnya.
Hehaha. Wanita ini lumayan. Ayo kita perkosa saja dia.
Ide bagus
Ibu!
PERGI SAJA!!
Gadis kecil itu terpaksa lari saat dua bandit mengejarnya. Kedua bandit itu berhenti saat si gadis berlari ke satu petualang.
Tolong bantu kami. Selamatkan ibu!
Seorang gadis kecil?
Dari dari arah hutan. Apa dia salah satu pemberontak?
Jika ya kita tidak memiliki kewajiban membantu musuh Astrea!
Bukan. Aku dan ibu bukan pemberontak. Tolong percayalah!
Disini rupanya kau pemberontak kecil.!
Salah satu bandit menyamar jadi seorang petualang. Ia memberi informasi palsu jika gadis kecil itu adalah mata-mata pemberontak. Ia dibawa kembali ke hutan menyaksikan ibunya diperkosa sekelompok bandit.
A-ah..
Hehahaha!
Lupakan membunuhnya. Ayo kita jadikan mereka budak kita, yang kecil juga tidak masalah.
I-ibu.
Gadis kecil dan ibunya di pasung oleh para bandit selama beberapa bulan, dapat dilihat dari perut yang membesar jika wanita itu tengah hamil.
Lihat dia bergerak!
Mata wanita itu kosong dan ia tersenyum.
Ibu.
Dan gadis kecil berambut biru itu lehernya di kunci oleh kerah yang sangat kecil, kaki dan tangannya tidak dapat digerakkan.
Kau sebentar lagi punya adik. Lihat dia bergerak lagi.
Sudah ibu h-hentikan. A-aku tidak tahan lagi!
Dengar... Jika kita mengurusnya dengan baik, tidak peduli dia berasal darimana andai kita merawatnya dengan kasih sayang. Dia akan menjadi adik yang baik.
I-ibu.!?
Hehahaha. Apa yang kau bicarakan? Adik baik? Jangan bercanda!
Bandit itu menendang wanita yang tengah hamil itu sampai ia berdarah.
Hentikan! Jangan lukai ibu dan adikku!
Kau juga berisik!
Bandit itu menjambak rambut gadis kecil dan merobek-robek pakaiannya.
Aku tidak peduli, kau membuatku kesal. Aku akan memperkosamu!
Tidak! Kenapa kau melakukan ini pada kami? Kami bukanlah pemberontak.
Salahkan pada negara tirani itu. ASTREA! Gara-gara mereka aku jadi terpuruk!
A-aku tidak mengerti.
Aku hanya stres dan perlu pelampiasan. Dan kalian berdua sangat cocok untuk aku siksa!
T-tidak. Tolong! Siapapun... TOLONG!!
Hehahaha. Bodoh! Siapa yang dapat menolongmu ditempat seperti ini. Kau akan terperangkap disini seumur hidupmu dan mati disini juga, hehahaha!
Hiks, hiks. Siapapun... Tolong..aku!
Saat bandit itu siap melakukan kebiadabannya, suara gaduh terdengar dari luar. Markas para bandit diserang!
Siapa yang berani menyusup ke tempatku!!
Dengan marah ia keluar dari penjara.
Ibu. Ibu! Ibu!
Wanita yang hamil tidak bergerak lagi, darah membasahi bagian bawahnya dan dapat terlihat namun samar ada dua kaki kecil yang tersangkut di alat kelaminnya.
Ibu. Ibu. Ibu! Ibu!!
Sekuat dan sekeras apapun si gadis memanggil ibunya itu percuma, karena 'keduanya'... Telah meninggal.
Ibu. Ibu... Ibu.
Gadis kecil itu masih memanggil ibunya.
Markas ini sudah bersih, ayah.
Ya. Ini mudah dari yang kuperkirakan. Ibumu mungkin sudah mengurus pemimpin bandit.
Ayah, kakak.!
Bocah 2 tahun lebih muda dari gadis kecil berambut biru hadir mendekati dua bayangan pertama.
Darimana saja kau?
Aku baru saja selesai memperagakan sihir ibu, hehehe.
Apa kau bodoh? Melakukannya disaat misi. Inilah kenapa aku tidak membawamu ikut serta. Kau masih bocah.
Aku sudah 8 tahun!
Itu bocah namanya.
Hahaha. Hentikan ayah, adikku ini lumayan keras kepala seperti orangtuanya.
Apa kau mengejek orangtuamu sendiri?
Kakak mengejekku?!
H-hahaha. Maaf aku kelewat batas
Ayah, kakak, disana ada orang..
Bocah itu menunjuk ke penjara gadis kecil.
Kita tidak diperbolehkan untuk melakukan diluar tugas oleh Astrea.
Apa kita tidak menyelamatkan dia?
Lakukan sendiri!
Sang ayah berjalan duluan, disusul sang kakak semantara sang bocah mendekat ke penjara sel.
T.lo.g
Pasti sakit terkunci di dalam sini ya?
Kenapa orang dewasa selalu egois? Apa aku dewasa nanti jadi egois juga?
Ibu...
Maaf... Aku tidak bisa menolongmu. Aku tidak mau dimarahi oleh ayah nantinya!
Bocah itu berbalik pergi dari penjara meninggalkan gadis kecil yang sedang menangis.
Seharusnya itu yang dilakukannya...
Cast!
Sesuatu menembus leher gadis kecil itu.
Karena kau hampir mata tidak salahnya aku menggunakan 'itu' padamu'kan.?
Jeritan petir masuk ke dalam organ-organ milik si gadis kecil.
Ia bebas setelah pihak pemberontak menemukan markas persembunyian bandit. Gadis itu tubuh besar menjadi seperti ibunya, cantik... Tapi mematikan!
Ini adalah nama yang ibu berikan pada adikku, setidaknya aku akan hidup sebagai orang baru. Untuk membalas semua yang aku terima.
Aku benci Astrea. Aku benci pemberontak yang memanfaatkan kekuatanku. Aku benci semuanya!
Tapi ada satu hal yang tidak kubenci. Dia adalah orang yang memberiku kesempatan untuk balas dendam. Suatu hari nanti aku akan membalas hutang besar ini.
Penyelamatku!
.A.S.T.R.E.A.
[Normal POV ]
"H-hachiii! Urgh, kurasa ada yang mengutukku.."
Keadaan akademi benar-benar hancur dan kini ada kabut ungu yang menyelimutinya.
"Mengutukmu? Siapa?"
"Kemungkinan Max. Saya tidak melaporkan pemberontakan ini walau sudah diperingatkan.."
"Kau terlalu berlebihan, In.."
"Master sendiri kenapa kembali ke tempat berbahaya ini?"
"Kau juga sama, In. Kenapa?"
"Karena merasa bertanggungjawab tidak melaporkan hal ini. Saya... Akan ikut bertarung walau aku harus mati disini!"
"Jangan memaksakan diri atau Iksan cemas nantinya.."
"Ik San mencemaskanku?!" muka In seketika merah padam.
"Ya, dia bertanya tentang dirimu dan aku menjawabnya.."
"I-itu memalukan.."
"Kurasa aku tidak perlu menjelaskan detailnya. Aku suka melihat keduanya salah paham."
"K-kira-kira apa dia sedang m-memikirkanku saat ini.."
"Ayo In atau aku tinggal.."
"T-tunggu, master Scar.!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top