Chapter 33 : Perebutan Istana Astrea
[ Author POV ]
Seorang pria berjubah emas Kekaisaran Tangki berdiri di atas langit menatap ke bawah dimana Akademi Astrea... Dalam kekacauan.
"Sudah lama aku tidak berkunjung ke tempat ini. Sangat lama.." gumamnya. Kenangan masa lalu tiba-tiba lewat dipikirannya. "Aku berjanji walau nyawa ini yang akan hilang. Aku akan membawa kembali rumahmu.."
"Sahabatku.!" ucapnya seraya mengangkat kepala tengkorak di tangan kanan.
"Mari kita tambah kekacauannya! Mari kita runtuhkan Astrea!!"
Dimension Magic : Dark Dimension Transport
JUSH!!
Seketika seluruh bangunan yang ada di Astrea diselimuti aura negatif yang kuat, disaat bersamaan terdengar suara jeritan diberbagai tempat.
"Oh~? Ada yang berhasil selamat ternyata.." pria itu berpindah dengan sihir teleportasi ke gedung olahraga, disanalah ia bertemu dengan Ata.
Sepertinya aku bertemu lawan yang menyusahkan!
"Kau berbeda dari orang yang pernah aku lawan, sobat. Siapa sebenarnya kau?" tanyanya.
"Aku adalah pengawal sementara orang dibelakangku. Kau sendiri, siapa.?"
"Oh~? Seorang pengawal ya.? Sepertinya kau memang pantas menerima pekerjaan ini.." pujinya sembari mencabut pedang. "Aku adalah Sou Feing, Sang Pengamat Kematian yang bakal memutuskan apakah kau pantas untuk tetap hidup... Atau tidak?"
Ata sedikit menjauh dari Santiaca, ia menyimpan batang rokoknya dan digantikan sebuah pistol revolver.
"Aku bakal senang jika kau tidak datang, tuan pengamat.?"
"Mustahil. Kalian yang memulainya dan aku hanya membantu sahabatku ini untuk merebut kembali rumahnya.."
"Masa lalu hanyalah masa lalu. Sekarang hanya ada untuk generasi sekarang dan seterusnya. Aku bakal senang andai kau tidak merusaknya karena kau tahu.? Menjaga kedamaian itu bukan hanya dengan membunuh tapi juga perkataan serta kepercayaan.."
"Kata-kata yang bagus, sayangnya kita adalah musuh yang harus saling membunuh.."
Mayat-mayat hidup bermunculan disekitar Sou, lengkap dengan senjata mereka.
"Maaf menyeretmu tapi aku ingin kau mendukungku dari belakang.."
"Seperti dulu. Tentu, Ata..."
Ata mengeluarkan pistol keduanya dan langsung menyerbu dari depan.
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
Jush!
Aku dibawa oleh lubang dimensi hitam itu dan berakhir di taman yang ada air mancur besar, bunga-bunga unik berwarna emas yang pertama kali kulihat.
!!
Aku mendapat sinyal energi negatif dari dalam bangunan. Energi negatif awalnya berasal dari perasaan dan intuisi makhluk seperti marah, sedih dan juga takut. Energi satu ini bercampur jadi satu dia marah tapi diwaktu lain juga dia takut.
Aku masuk ke dalam bangunan besar dan mewah, ini seperti istana saja.
S-sakit.
"Hm?"
Aku melihat sesosok orc tengah 'menahan' gadis bersurai emas(sepertinya aku pernah lihat. Dimana?).
"Urgh! Itu menjijikan!"
Aku keluarkan pisauku dan aku lempar, tambahan petir biruku membuatnya menembus tanpa hambatan ke kepala. Tanpa pikir aku menarik tangan gadis ini dan mengangkat menggunakan kedua tangan. Ugh, dia berat juga.
"Apa kakimu terluka.? Bakal menyusahkan jika terus mengggendongmu seperti ini.." aku jujur. Soalnya dia berat.
"K-kau'kan.?"
Dia mengenalku??
Mungkin dia ikut menonton turnamen di akademi.
"Aku dari kelas 1B, siswa akademi Iksan Hacim!"
Aku masih menggendong gadis ini dan umm... Gaunnya lumayan 'terbuka' dan aromanya harum.
"S-siapa kau?" tanya gadis bergaun merah.
Owh~aku baru sadar jika ada orang lain.
"Aku hanyalah murid biasa dan tiba-tiba terhempas ke tempat ini.." jawabku.
"M-murid? Apa tuan Sou tidak memperkirakan hal ini.?"
"Kau bicara apa sih. Jangan-jangan kau seorang pemberontak.?!"
"Kau baru sadar!?" pekik gadis bergaun kuning yang aku gendong. Apa yang kau kagetkan, hah.?
"Apapun masalahnya aku akan membunuh kalian selagi ada kesempatan.."
Aku merasakan mana berkumpul dibelakangku, sesuai dugaan ada lingkaran sihir pemanggil tepat dibelakang. Aku aktifkan 'Kecepatan Petir' dan menghindari gigitan lima kepala ular.
Besar mereka kira-kira tiga lantai asrama, memiliki empat kaki dan ekor panjang. Monster ini hydra tipe ular ya?
"D-dia bisa memangil monster unik juga.?" kaget gadis digendonganku.
"Itu wajar, bukan.? Karena dia adalah anggota pemberontak.." cetusku.
"Kau benar. Bodohnya aku.." kekeh gadis ini tiba-tiba.
Dan mau sampai kapan kau aku gendong?! Berat tahu!
Aku sempat hilang fokus dan hampir termakan oleh satu kepala, beruntung ular ini meleset. Tanpa buang kesempatan aku ciptakan pedang petir lewat kaki dan kupotong kepala ini. Hydra tipe ular tidak bisa beregenerasi kecuali tipe naga saja.
"Aku akan menyerang, jangan sampai kau terlepas dari kedua tanganku.." bisikku memberitahu.
"Eh? Apa--"
Akselerasi Petir :
Ledakan Cahaya Petir
JDAR!!
Ledakan biru yang hebat tercipta saat diriku dengan cepat melewati hydra ular ini, teknik ini mengandalkan kecepatanku dalam melesat lalu menempatkan bom waktu berupa jeritan petirku saat aku menyetelnya sesuai kehendak maka mana alam secara otomasi menyuntikkan kekuatannya saat diriku lewat, dan terciptalah ledakan petir.
"Tinggal satu.." tatapku ke gadis bergaun merah.
"U-ugh. I-ini belum berakhir, aku akan membalas penghinaan ini nanti!"
Ia memecahkan sebuah kristal biru dan berteleportasi berpindah dari tempat ini.
"Akhirnya selesai juga.."
"Kau baik saja?"
"Y-ya. Tadi lumayan cepat.."
"He? Itu yang kau komentari..?"
"Ah, ada tuan puteri?!" pekik gadis pelayan, umurnya sekisaran 12 tahunan.
Aku memang menggendongnya seperti tuan puteri, bukan berarti dia tuan puteri yang asli lo(?).
"Bisa kau turunkan aku?" tanyanya dengan ekspresi datar.
"Aku menunggu kau menanyakan hal itu sedari tadi.." facepalm-ku.
Ia aku turunkan dan beberapa gadis pelayan serta para bocah-bocah kecil berkumpul mendekat. Mereka tidak terhisap lubang dimensi?
"Ehem. A-aku ucapkan terimakasih karena sudah melindungiku selama aku tidak bisa bergerak.."
"Ya.." dan ekspresi malu-malu apa ini?
"Aku kebetulan terhempas ke sini dan melihatmu sedang kesulitan.."
"......."
"Kenapa kau diam sambil menatapku??" heranku.
"Bila diperhatikan kau lumayan tampan. Anak paman Ata lumayan, kurasa.."
Hei nona, apa kau mengejekku--
"He? Kau mengenal ayah?" refleksku bertanya.
"Seharusnya kau lebih cermat dengan lingkungan sekitarmu... Iksan."
"S-siapa kau?"
Ia tersenyum. "Aku adalah puteri pertama sekaligus ratu masa depan Astrea, Lisaisme Highpress Astrea! Ingatlah dengan nama itu!"
"............"
"TERNYATA DIA BENAR-BENAR SEORANG TUAN PUTERI!"
Apa yang sudah kulakukan? Bersikap seperti tadi. K-kuharap dia tidak menghukumku. Y-ya, aku baru saja menyelamatkannya dia tidak mungkin melakukan semacam penghukuman nantinya.
Kurasa.
"J-jadi k-kau terhempas juga?"
Argh. Aku bertanya seakan bicara dengan orang biasa.
Lisaisme mengangguk. "Aku terhisap ke lubang dimensi dan terpisah dengan ibunda.."
"Melihat para pelayan-pelayan ini kemungkinan kita ada di rumahku.."
"Istana, maksudnya?" (#_#)
"Jadi... I-Iksan, aku ada tugas untukmu."
"Tugas??" ada apa dengan nada bicaranya tadi?
"Ya. Aku ingin kau terus melindungiku sampai kita bertemu kembali dengan ibunda dan paman Ata.."
Bukan tugas yang merugikan, aku juga bisa bertemu dengan ayah jika seperti itu.
"Kurasa tak masalah.."
"Bagus. Pertama kita mesti mengumpulkan para prajurit lalu pergi ke Astrea.."
Menyerang tanpa hasil bukanlah gayaku. Aku mau menyerang jika mendapat hasil untung, untuk saat ini mungkin aku menempel pada tuan puteri sementara waktu.
.A.S.T.R.E.A.
[ Author POV ]
Di luar istana, banyak pemberontak yang berhasil melewati gerbang masuk dan mereka semua kini bertarung melawan para prajurit tersisa yang menjaga pintu masuk aula perjamuan. Pertarungan anak tangga lebih tepatnya.
Teknik Berpedang Aliran Angin :
Kejutan Sayap Angin
Heildet mendarat ke satu tempat, angin yang sangat kuat menghempaskan para pemberontak terdekat.
Freeze Scythe
Slash..
Sekali tebasan dari sabit es Brost membekukan empat pemberontak. Lona dan Suako melanjutkannya dengan merampal mantera pelumpuh serta menghentikan pergerakan semantara para pemberontak. Sairi menciptakan dinding es yang tinggi yang memisahkan kedua kubu.
"Master Heildet.." seru penjaga istana yang bertanggungjawab saat ini.
"Jelaskan kondisi kalian saat ini.." pinta Heildet.
"Baik. Awalnya kami semua sudah bersiap untuk serangan ke istana sesuai perintah master Reefa tapi tiba-tiba saja suatu lubang menghisap beberapa prajurit termasuk master Reefa dan kami mendapatkan serangan kejutan dari pemberontak setelah itu. Wakil serta beberapa anak buah komando-ku menghilang.."
"Jadi pihak musuh sudah menemukan solusi setelah rencana mereka kita ketahui, bukannya mengambil satu tempat mereka malah memutuskan untuk mengambil semua tempat yang ada di Astrea saat ini." pikir Heildet menerka.
"Kekacauan ada dimana-mana saat ini. Kami para prajurit tidak sanggup melindungi para korban yang terluka ditambah keadaan prajurit yang tercerai berai.."
"Aku mengerti keresahanmu, kapten penjaga istana. Prioritas kita saat ini adalah mengamankan istana.."
"Saya mengerti. Permata Ratu bukan satunya senjata yang Astrea miliki.." kapten penjaga itu memerintahkan kepada prajurit tersisa untuk berpencar menjaga setiap sudut. "Serahkan bagian depan padaku dan anak-anak ini!" seru Heildet menunjuk Kelompok Blueue.
"Dengar semuanya, kita dalam kondisi perang. Hilangkan keraguan kalian dan serang musuhmu tanpa keraguan.."
""Baik"" sahut anggota Kelompok Blueue.
"Ayo kita rebut kembali Astrea!" teriak Lily semangat.
""HO!!"" sorak para prajurit.
"Sairin, hilangkan dinding setelah aba-aba dariku.." titah Heildet, Sairin menurutinya tanpa bicara.
Dibalik dinding es sudah bersiap pasukan pemberontak yang siap mengambil istana. Ketegangan tidak dapat dihilangkan dikedua kubu, karena nyawa mereka yang jadi taruhannya.
"Baik Sairi, sek--"
Blue Thunder :
Sky Cry
Jdaaar.!!
Hantaman petir biru tua menyambar dibalik tembok sisi pasukan pemberontak. Mereka baru sadar jika awan tiba-tiba menghitam.
Di depan pintu masuk berdiri Iksan dan tuan puteri Lisaisme.
"Serang para pemberontak, para prajurit. Tunjukan pada mereka kekuatan sebenarnya Astrea!" teriak Lisaisme memberi komando.
"Demi anggota kerajaan.!"
""DEMI ASTREA!!""
"Seraaaaaang!" perintah Heildet. Ia melompat sangat tinggi, pedangnya berselimutkan angin.
Dhuar!
Tebasan angin membelah tanah sampai ke gerbang istana, merobohkan formasi pasukan musuh.
Sairi menghancurkan dinding esnya sendiri, barisan depan dipimpin oleh Brost diikuti anggotanya dan para prajurit.
"Haaa!"
Brost memutar sabitnya melepaskan tebasan es besar yang memecahkan pertahanan musuh, Lily berlari sangat cepat ia menghajar pasukan musuh yang menyerangnya.
Ice Spear :
Freezing Aura
Lona menerjang ke depan dari belakang Brost lalu menembakkan nafas dingin lewat tombaknya dan membekukan pertahanan depan pasukan pemberontak.
Para prajurit turun membantu memukul pasukan musuh ke belakang.
Teknik Berpedang Aliran Angin :
Perangkap Sayap Burung
Druash!
Heildet mengayunkan pedangnya ke depan membuat gelombang ombak yang berputar lurus ke depan.
Sairin memanfaatkan keadaan untuk menembakkan beberapa pasak es dari belakang. Walau tembakan itu secara acak namun mengenai para pemberontak yang sudah terpisah.
"Kelompok senior memang hebat dapat mengimbangi kecepatan master dan para prajurit!" puji Iksan terkagum.
"Akan tetapi pihak musuh masih ada di dalam wilayah istana, walau kita menang dan mengalahkan semuanya itu berakibat fatal. Apa kita mesti memindahkan semua tubuh itu, nantinya?!" gerutu Lisaisme.
"Dia benar. Andai kita dapat memindahkan semua bayarannya stamina kita berkurang dan kita tidak tahu kapan pihak pemberontak menyerang.." pikir Iksan.
"Apa kau punya ide?" tanya Lisaisme ke Iksan.
"Hm. Kita hanya perlu mengusir mereka dari wilayah kita'kan.?"
"...??"
"Kalau itu aku ada solusinya.!"
"Benarkah.?"
Iksan mengangkat tangan kanannya tinggi ke atas. "Tapi sihir ini membutuhkan banyak mana dan cast-nya lumayan lama.."
"Lakukanlah!"
"Baiklah jika kau bilang begitu. Akan kuberikan teror pada mereka.!"
Ketimbang menggunakan mana-nya sendiri, Iksan memanfatkan mana alam yang ada disekitar walau banyak yang negatif tapi bagian positifnya juga lumayan.
"Aku mulai.."
Jdr.. Jdr.. Jdr!
Awan hitam mulai berkumpul di atas istana, perubahan cuaca membuat perhatian sempat teralihkan ke langit.
"Itu..apa?" tidak tahu Sairi.
"Apa yang kau lakukan saat ini, Iksan?" batin Brost.
Heildet menggunakan 'Mana Eyes' dan melihat mana berkumpul ke tangan Iksan lalu Iksan mengirimnya ke langit. Langit dipenuhi oleh mana Iksan.
"Mengertilah pesan ini.."
"Semuanya... Berlindung pada sesuatu!!"
Lightning Secret Magic :
Thunderstorms
JDR!!!
Langit seakan meraung penuh kemarahan dan menjatuhkan banyak sambaran petir yang besar sekali. Pihak kawan maupun lawan terkena dampak sambaran petir Iksan.
"Sihir ini memiliki banyak kelemahan tapi disaat yang sama mempunyai daya serang yang luarbiasa. Aku bahkan sampai dilarang untuk menggunakannya. Maaf.."
"Tidak. Ide gilamu berjalan lancar.."
"Heh?"
Lisaisme melihat beberapa pasukan musuh gemetaran takut.
"Ide yang bagus, Iksan.." senyum Lisaisme. Iksan membalas senyuman itu.
"Teror-ku baru saja dimulai.."
Iksan merapalkan beberapa kali sihir petir dan menyerang para pemberontak. Mereka semua mulai menjauh dari istana melihat sambaran seakan hanya mengincar mereka padahal itu adalah sihir petir Iksan, sedangkan sambaran yang sebenarnya berkerja secara acak.
"M-menjauh dari istana atau kau terkena sambaran petir itu.."
"Pergi dari sini!"
Para pemberontak berkurang, kubu Astrea membantu memukul mundur sembari menghindari sambaran petir yang tengah mengancam semuanya.
"Eh. Sihir ini berhasil meruntuhkan moral kami. Aku penasaran siapa yang melakukannya, aku ingin bertemu dengannya dan bertarung dengannya!"
Wanita berjubah hijau itu mengangkat sarung pedangnya dan menjadi satu-satunya orang yang tersenyum dalam pertempuran ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top