Chapter 31 : Alasan Aleo

[ Author POV ]

"Percaya padaku? Orang baik, aku? Jangan bercanda! Kebaikanku sudah hilang saat bangsawan brengsek itu membunuh adik perempuanku!"

""?!"" Edwars maupun Iksan tersentak mendengar amarah dari Aleo.

"Aku tidak percaya gadis kecil yang melakukan sedikit kesalahan, bahkan itu bukan salahnya dibunuh oleh pihak Astrea seperti kalian!"

"Aleo.."

"AKU BENCI. Akan kubalaskan semua kekejaman yang kuterima pada seluruh warga Astrea. MEMANGNYA ADIKKU SALAH APA SAMPAI KALIAN MEMBUNUHNYA?!"

Dhuar!

Ledakan tekanan mana menghantam tempat Aleo, tanah jadi retak akibatnya dan membuat warna mana Aleo terlihat jelas.

"D-dia dapat memunculkan warna mana?!" pekik Edwars kaget.

"Jadi ini kekuataan sebenarnya Aleo.." Iksan ikutan kaget.

Teknik Berpedang Aliran Tanah :
Pembelah Bumi

Hruak!!

Aleo menebas lurus ke depan membuat retakan bumi yang sangat lebar, retakan itu memisahkan Edwars serta Iksan karena dinding-dinding tanah tiba mementalkan mereka.

Di asal serangan Aleo berdiri dengan perasaaan penuh amarah. "Akan kubunuh semua orang yang ada di Astrea!"

.A.S.T.R.E.A.

Sementara prajurit yang seharusnya menjaga ruang VIP malah berbalik pihak dan mengurung anggota kerajaan di dalam.

"Kenapa kalian semua?!" tanya ketua penjaga keheranan melihat anak buahnya menyerang dirinya beberapa saat lalu.

"A-aaaa.."

"A-ada apa dengan mereka?" tanya penasihat ratu.

"Mereka semua di cuci otaknya. Haaa.." jawab Ata sangat santai. Ia menyalakan satu batang rokok lalu menghisapnya. "Akhirnya aku bisa merokok juga," batinnya.

"Untuk orang yang menjadi sandera kau terlihat sangat santai, orang tua. Lihat, ratu saja gelisah.." sebut salah satu pemberontak. Jumlah pemberontak ada 10 yang berhasil menyusup ke ruang VIP ditambah 8 prajurit yang dihipnotis.

"Santiaca cuma mengkhawatirkan keamanan warganya. Lihat, tuan puteri saja terlihat tenang.." balas Ata cuek.

"Kau.!" kesal pemberontak ke Ata. "Kalian diam saja biar aku yang membunuh orang ini!"

"Menyusahkan saja.."

Saas!

Pemberontak itu menghilang dan melakukan teleportasi ke samping belakang kanan Ata.

Thrust!

"He--" sebuah pisau tertancap di kening pemberontak itu tepat saat dirinya berpindah, terlihat tangan kanan Ata sudah terangkat sedari tadi

Pemberontak itu langsung jatuh dan mengeluarkan banyak darah dikepala. Mati.

"Ada yang mau maju lagi? Sebelum aku yang maju.?" tanya Ata. "Tidak ada?"

Ata mengigit rokoknya dan mengacukan pisau ke depan. "Aku ini benci hal yang menyusahkan, apalagi bertarung. Jadi mari kita selesaikan dengan cepat.!"

""!"" semuanya merinding merasakan keseriusan(?) Ata, mereka secara berkelompok menyerang menggunakan sihir jarak jauh.

""Mati!!""

Semua bola elemen ditembakkan mereka semua ke Ata, sedangkan orang yang jadi target cuma memegang batang rokok.

Smokes Manipulation Magic

Ata menyemburkan nafas asap abu-abu yang 'menghisap' semua bola elemen tanpa mengenainya maupun ratu dan anggota kerajaan lainnya.

"S-serangan kita... Dihisap?!"

"S-siapa orang ini?"

Ata kembali menghisap rokoknya. "Asal kalian tahu saja aku yang paling lemah di keluargaku jika soal dunia tapi soal kekuatan aku tidak mungkin kalah. Yah, walaupun aku adalah orang yang tak berkompeten.."

Ata menjentikkan jarinya menciptakan petir putih.

"Mari kita selesaikan saja.."

Hacim Thunder

JDAR!!

.A.S.T.R.E.A.

Ambush berbaris rapi bersama anggota sesama Komite Kedisiplinan. Maya memberikan tugas untuk menjaga warga yang tidak berhasil keluar dari akademi, secara individu.

Kini Ambush dipaksa kembali ke medan, alasannya adalah Ambush memiliki kesempatan yang lebih besar dari anggota yang lain untuk selamat dari kepungan pemberontak. Itu karena Ambush kuat... Dan juga licik.

"Kenapa cuma aku yang tidak memiliki pasangan misi? Haaah, jadi begini jadi orang yang tidak disukai seluruh akademi.." desahnya tiba-tiba curhat. "Apalagi,"

Dengar Ambush, ada yang ingin aku katakan padamu. Soal pesan terakhir dari nona Jeane. Pemberontak yang dimaksud itu adalah...

"Aleo.."

Ambush berada di bagian tengah medan yang hancur, lurus ke timur ada sisa-sisa pepohonan yang tercerai berai dan sebuah padang rumput kecil. Sihir pendeteksi Ambush menangkap suatu kehidupan yang sedang bentrok. Sesampainya di tempat ada sekelompok pemberontak tengah melawan anggota Kelompok Doom.

Light Sword

Clash!

Tebasan cahaya Gordon memotong serangan lawannya, tebasan bulan cahaya itu merobohkan tiga pemberontak sekaligus.

Di sisi lain ada bocah pirang yang membakar anggota pemberontak dilindungi anggota Doom lainnnya yang seorang petarung tangan kosong. Gauntlet besarnya memukul banyak pemberontak yang menyerangnya.

"Terimakasih, kak Massa.."

"Jaga jarak kita dengan musuh, Bovh."

Bocah rambut pirang kembali merapalkan mantera api, bola matahari versi kecil muncul di atas mereka, Massa-- wanita petarung berseragam hijau dengan dalam hitam menghantamkan kedua mesin gauntllet ke tanah menghasilkan gelombang hijau.

Fire Magic : The Sun

Bovh melempar bola matahari ke tempat para pemberontak, matahari kecil itu menenggelamkan mereka semua hingga menjadi abu.

"Semuanya berhasil kita kalahkan. Walau aku tidak suka caramu, Bovh.." ucap Gordon.

"....." Bovh hanya menatap diam.

"Ada satu yang selamat.." cetus Massa mengangkut satu pemberontak.

Pemberontak itu ia jatuhkan ke dekat Bovh yang siap membakarnya.

"H-hahaha. K-kedua t-teman kalian tadi pasti sudah mati sekarang.."

"Dia bicara yang tidak-tidak.." Bovh merapalkan mantera apinya.

"M-mereka akan melawan dua anggota eksekutif kami, dan mati. Hahahaha-- " Bovh membakarnya sebelum pemberontak itu menyelesaikan kalimatnya.

"Kelompok Doom memang tidak punya belas kasih. Mereka kandidat juara tapi tidak mempunya perasaan. Di mataku mereka cuma pembunuh bayaran(kecuali Gordon).." gumam Ambush berkeringat.











"Tapi kami tetaplah manusia.."

"!"

Ambush langsung menjaga jarak dari gadis rambut hitam panjang yang membawa payung disampingnya, gadis itu mengenakan gaun dengan benang menyilang di bagian perut.

"Sejak kapan gadis ini ada? Sihirku tidak dapat merasakannya.?"

"Tidak perlu waspada begitu, aku anggota Doom juga kok.."

"Kau.?"

"Jika kau ingin tahu dimana ketua dan wakil ketua, mereka ada di bagian ujung timur sedang melawan dua orang yang kuat.."

"Dia menjawab sebelum aku bertanya--"

"Wakil ketua Orphan.!"

"??!"

Orphan tiba-tiba datang sambil membawa mayat seorang gadis dalam keadaan dada tengahnya berlubang.

"Aku dan ketua terpisah. Aku kira ketua sudah duluan ternyata tidak..."

"Itu membuktikan kalau lawannya lumayan kuat."

"Entahlah, ketua suka mengulur waktu mungkn saja saat ini dia sedang bermain-main dengan lawannya.."

"Wakil ketua, siapa gadis itu?"

"Dia? Pengguna sihir kecepatan. Dia terkena jebakan sihirku dan mati konyol.." jawab Orphan seraya membuang mayat gadis itu, beruntung Gordon menangkapnya sebelum jatuh ke tanah.

"Wakil ketua, pikirkan dulu tindakan anda. Apa ada tidak memiliki tata krama.?" tegur Gordon.

"Tata krama-ku bukan untuk seorang pemberontak.!" jawab Orphan dingin.

"Wakil ketua.!"

"Kau terlalu naif, Gordon. Kau tidak perlu merasa kasihan pada musuhmu, nanti suatu saat kau bakal menyesel.."

"......" Gordon ingin membalas perkataan Orphan tapi ia tahan.

"Gordon.." tatap kasihan Ambush.

Drt!

"?" Ambush menerima sinyal dari sihir deteksinya.

"Serangan ini.?!"

Ambush segera berlutut, tangan kanannya diarahkan ke Kelompok Doom segera tercipta pelindung kubah hitam melindungi orang-orang yang ada disana dari tusukan pasak tanah.

"Haaa!" teriak Aleo yang melompat tinggi ke langit.

"Kurgh!" Ambush membalikkan telapaknya lalu menggenggamnya, kubah hitam bertambah keras saat menahan tebasan pedang Aleo.

Ambush mengambil langkah ke depan kubah hitam yang perlahan menghilang.

"Sudah hentikan, Aleo. Kenapa kau bergabung dengan para pemberontak? Seharusnya kau tidak memiliki alasan untuk itu-?"

"Alasan?"

Aleo perlahan bangkit dan menatap tajam Ambush.

"Haha. Tentu aku punya alasannya, kak Ambush. Orang itu.!" tunjuk Aleo ke Orphan yang memasang wajah cueknya. "Orang itu yang telah membunuh adikku!"

"H--ah??"

"Dia yang memandang rakyat jelata dengan tatapan busuknya. Dan jika kakak mencoba menghalangiku.."

Dash!

Aleo melakukan dash sampai di depan Ambush.

"Cepat sekali--" pekik Ambush.

"Maka kakak juga akan kubunuh!"

Bruak!?

Ambush terhantam mata pedang milik Aleo dan terhempas ke sudut lain medan.

"U-urgh. Orphan... Membunuh anak kecil? Memang sialan dia it--"

Ambush seketika pingsan karena tidak dapat menahan kantuknya.

Sekarang Aleo bebas, ia langsung melesat ke depan Orphan tapi ditahan oleh Gordon.

"Kenapa kau juga menghalangiku? Kau dari bagian keamanan, pihak yang adil! Kenapa kau melindungi pembunuh itu, hah!?"

Gordon menahan dorongan pedang Aleo, mengacuhkan pertanyaan. Kemudian bertanya ke Orphan. "A-apa itu benar, anda m-membunuh seorang anak kecil, wakil ketua Orphan?" cetus Gordon sempat-sempatnya bertanya.

"..........." sempat terjeda, Orphan menjawab.

"Ya, aku membunuhnya karena dia menghancurkan barangku.."

"........ " mata Gordon membulat sepenuhnya.










"BRENGSEK!" raung Aleo mencuatkan tanah yang menusuk Gordon ke samping.

Aleo melesat ke depan Orphan, sebelum pedang Aleo membelah wajah Orphan Bovh menembakan bola api dalam ketepatan yang luarbiasa, Aleo terhempas ke samping dan hal itu dimanfaatkan oleh Massa untuk meninju Aleo.

Aleo menumbangkan beberapa pohon, dirinya terlempar jauh.

"Saya tidak menyukai pekerjaan ini, tuan pemohon... Maka dari itu saya akan berhenti mulai dari sini." kata Massa menghilangkan gauntlet mesinnya.

"Hmp. Tidak masalah aku juga agak bosan melawan musuh yang ceroboh tadi.." sahut Orphan mengambil posisi sebagai lawan Aleo berikutnya.

"A-akhirnya a-aku bisa m-membunuhmu dengan tanganku sendiri.." kata Aleo patah-patah berusaha bangkit.

Aleo berdiri menghadap Orphan yang berjalan santai ke tempatnya, bebatuan tanah terbang menyelimuti mata pedangnya.

"Kau pasti sampah waktu itu.."

"..?"

"Rakyat jelata yang mencoba membebaskan adiknya dari mencuri. Heh. Itu salahnya sendiri karena mencuri, bukan.?"

"Tutup mulut busukmu.."

"Kau ingin mati seperti apa, sampah?"

"Diam.."

"Aku tahu~ini bakal lucu jika kau mati sama seperti adikkmu waktu itu.."

"!?"











DRT!

Seluruh tubuh Aleo ditutupi aura sihirnya sendiri dan tanah mulai terangkat dengan sendirinya.

"Akan kupastikan kau mati, bangsawan brengsek! Jadi diamlah!"

"Yang diam itu kau! Beraninya kau menyangkal diriku yang seorang bangsawan ini. Terlebih aku tidak salah. Adikmu... Pantas dihukum!"

"!!!"

.A.S.T.R.E.A.

Kelompok Yuliana berhasil mengamankan murid-murid yang terluka, syok dan tidak bisa menggunakan kekuatannya karena faktor-faktor lainnya. Mereka dibantu Kelompok Blueue dan kelompok lainnya.

"Argh! Kenapa jadi begini?! Aku senang sekali tadi Kelompok Girlist mendapat kandidat nomor 3 tapi tiba-tiba terjadi serangan dan turnamen dipaksa dihentikan.." kesal Clora yang duduk di pojokan puing-puing.

"Mau bagaimana lagi semuanya sudah terjadi.." sahut Chae mencoba netral.

"N-ngomong-n-ngomong kak Lio mana?" tanya Cowie memberanikan bersuara.

"Yuliana juga hilang entah kemana.." resah Chae.

Ditempat yang gelap...

Yuliana meletakan tubuh Jeane yang terluka sangat parah, warna merah membasahi pakaiannya.

"I-ini sakit sekali.."

"Kau benar. Aku dapat melihat tulangmu dari sini. Ajaib kau masih hidup, Jeane.." seru Yuliana tenang.

"Kalau begitu cepat bunuh aku. Walau ini hanya replika, 'aku' tetap merasakan sakitnya, sahabatku Yuliana.."

"Bakal sakit lo~?"

Jeane memaksakan senyumannya. "Lebih baik daripada keluarga kita yang mati'kan.?"

Yuliana mendesah. Ia menutupi seluruh badan Jeane dengan cahaya ungu.

"Aku benar-benar minta maaf.." kata Yuliana sangat dalam.

"K-kita sudah s-sering melakukannya. Tidak usah d-dipikirkan. Apalagi aku tidak sungguh-sungguh mati nantinya, tubuh ini hanya replika, aku yang asli tetap aman.."

"Tetap saja.." manik Yuliana memperlihatkan kekosongan.

"Seharusnya aku yang minta maaf.." batin Jeane.

"Titipkan salamku untuk Iksan--. Dan Yuliana... Pastikan kau mengalahkan pemberontak kedua di kelompokku!"

"Serahkan padaku!"

CRASH!!

Tubuh Jeane tiba-tiba meledak tak tersisa satu anggota badan pun setelah cahaya ungu 'meremukkannya'.

Yuliana berjalan pergi dari kegelapan di lorong cahaya sudah menunggu Lio.

"Kita ada tugas, Lio. Ayo kita kalahkan orang yang mengaku Maxwell itu.!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top