Chapter 30 : Babak 1 Selesai dan....

[ Edwars POV ]

Sudah lama aku ingin menantangmu... Ed!

Aku tahu itu. Sangat.

Aku menganggapmu sebagai rival di kelas yang dapat menghancurkan es-ku. Begitu juga denganmu..Ik. Kau begitu kuat dan keren.

Aku mengagumi kekuataanmu.

Maka dari itu...

Jruak.!

Pasak es kedua mencuat dari belakangku tapi petir biru Ik menghancurkannya dengan cepat. Sudah kuduga es 'biasa' tidak mempan padamu, Ik. Dari itu, aku--

"Kuterima tantanganmu, Ik!"

Smirk!

Ik tersenyum dan tekanan kekuatannya naik dratis. Jadi dia juga bisa lebih kuat.?

Rival-ku memang hebat.

Magic Ice :
Ex-Down

Ledakan beku memukul Ik ke belakang. Aku raih balok es sisa dari ledakan beku, balok itu berubah jadi sebuah pedang. Aku berlari memutari balok es besar ciptaanku menuju ke samping kiri Ik.

Bz.?

Kilat biru tercipta saat aku maju, insting aku ayunkan pedang es..menahan tusukan pedang petir itu dan mementahkannya.

"Tadi dingin sekali.." bisik Ik tersenyum dari depanku. "Maaf~aku kira kau suka yang dingin-dingin."

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

"Oooohh.!" gumpalan lumpur di depan Aleo jadi tinggi menghempaskannya ke belakang, lumpur itu memiliki bentuk setinggi 5 meter dan berada ditengah-tengah rumput yang kosong.

"Rasakan!"

Ambush menembakkan beberapa peluru hitam dan memberi banyak lubang di badannya.

"Hah?" kaget Ambush melihat lubang di badan menghilang.

"Dia itu terbuat dari lumpur, Ambush. Selama lumpur ada ditubuhnya dia tetap akan beregenerasi.." seru Maya.

"Saya tahu. Tapi jika kita serang terus sampai lumpur-nya habis, mungkin--"

"--Itu terlalu lama. Aku khawatir dengan Iksan dan Maxwell!" potong Maya.

"Ugh.."

"Nona Maya benar, kak Ambush.." Aleo berdiri jadi tanker. "Saya tidak bisa diam dan tidak tahu andai nona Maxwell kenapa-napa,"

"Kita cuma beda satu tahun, tahu.." sweatdrop Ambush ke Aleo.

"Nona Maya! Saya akan menahan dan jadi umpan, manfaatkan kesempatan itu untuk menghilangkan bagian lumpurnya.!"

"Itu tidak perlu!"

"Heh?"

"??"

Maya berjalan dengan santainya, satu tanganya sudah memanggil lingkaran sihir.

"Aku... Akan mengakhirinya dengan satu sihir!"

""?!""

Maya membuat garis persegi panjang posisi vertikal, garis itu berubah jadi sebuah cermin indah dengan badan sampingnya terbuat dari kayu emas.

"Aleo, menjauh dari jarak jangkaunya.!" teriak Ambush memperingati.

"B-baik. " Aleo langsung lari dari golem lumpur, bersamaan dengan itu empat cermin murni besar muncul mengepung si golem.

Mirror Secret Magic :
Losfeather Glow

Hal ajaib terjadi, keempat cermin memunculkan sepasang sayap dan menebarkan bulu-bulu putih. Golem berhenti bergerak dan tiba-tiba diam seperti batu, keempat cermin menyinari dari empat arah golem sampai susah dilihat.

"A-apa yang dilakukan nona, kak Ambush?" tanya Aleo susah.

"Itu sihir keluarga ketua, sihir orisinil miliknya dimana keempat cermin 'menghilangkan' golem ke dunia hampa.."

Lingkaran sihir putih raksasa muncul di atas golem, perlahan turun ke tanah dan hilang..bersama golem dan keempat cermin.

"Monster Unik berhasil dikalahkan. Kelompok Loyalty lolos ke babak berikutnya.!" umumkan Coroka.

Maya segera berbalik badan dan berlari ke tempat Iksan dan Maxwell bertarung.

"K-ketua, tunggu.!?" panggil Ambush ikut berlari.

"Nona Maya, kak Ambush.."

.A.S.T.R.E.A.

Beberapa saat sebelum Kelompok Loyalty lolos...

"Apa kau tidak bisa menahan kekuatanmu..Ik?"

"Kau juga sama, dan juga aku tidak mau menunggu kesempatan lain lagi untuk bertarung denganmu. Disini... Aku akan mengalahkanmu, Ed!"

"Hmp. Aku senang mendengarnya.."

Edwars memiringkan kepalanya dengan sengaja membuat kacamatanya menyebarkan pantulan cahaya matahari, Iksan terganggu. Edwars menusuk ke depan menggores pipi kiri Iksan menggunakan pedang es, Iksan yang sempat menghindar dengan sengaja menjatuhkan dirinya agar bisa menyikat kedua kaki lawannya serta menghilangkan keseimbangan Edwars. Edwars entah bagaimana mengetahui pikiran Iksan ia melompat menghindari sikatan kaki itu namun Iksan meledakkan kaki kirinya secara paksa dan melakukan tendangan balik mengarah ke wajah.

Suara pedang patah terdengar saat tendangan itu mengenai wajah Edwars, orangnya sendiri melangkah mundur dan menyikat tanah melesatkan pasir.

"Ap--?!" wajah Iksan terkena pasir, hal itu dimanfaatkan sang lawan untuk mendekat, Edwars mengumpulkan kekuatan di telapak kanannya dan tanpa jeda memukul wajah Iksan dengan tinju berlapis mana.









"........."

Dijeda saat Iksan terkena pukulan, ia merentangkan kedua tangannya ke pundak Edwars. "?!" dan entah sejak kapan kedua tangannya itu mencengkeram kuat pakaian Edwars.

Buagh!

"Akh!?" pekik Edwars terkejut menerima hantaman lutut di perutnya.

"Haa!" Iksan menarik pakaiannya dan melempar Edwars ke tanah.

Thunderball

Bzz..

Iksan melepaskan bola petir biru ke tempat Edwars jatuh.

Tsss...

"?" Iksan melirik uap asap yang dingin di pundak kanannya disaat yang sama Edwars merapalkan sihir esnya.

Ex-Down

Pyaarsss..!

Jdar!

Petir menyetrum Edwars dan es membekukan sebagian tubuh Iksan.

"Monster Unik berhasil dikalahkan. Kelompok Loyalty lolos dari Babak 1!" bersamaan dengan itu Coroka mengumumkan kemenangan kelompok Iksan, dan pertarungan pun selesai.

Di sudut lain ada Maxwell yang hampir mengalahkan anggota terakhir dari kelas 1A andai pertarungan tidak dihentikan.

"Aku gagal.." batin Maxwell kecewa(?), lalu ia melihat ke tempat pertarungan lainnya yang juga selesai. "Mereka seri. Aku terkejut ada siswa lain yang dapat mengimbangi Iksan. Siswa itu... Siapa dia sebenarnya?"

"Iksan, Maxwell, kalian baik saja?" panggil Maya bertanya, ada Ambush dan Aleo juga.

"Hah. Kita seri lagi.." dengus Edwars.

"A-aku tidak bisa menerimanya.." balas Iksan mencoba bangun tapi berat es di sisi kanannya memaksanya terus duduk.

"Kita sudahi saja pertarungan kali ini. Itu yang ingin aku katakan tapi kelompokmu sepertinya yang berhasil menang.." kata Edwars dengan santainya.

"Tapi aku tidak.!" tekan Iksan menatap Edwars. Ia sempat terkejut kemudian terkekeh geli. "Hei Ik.."

"Apa?"

"Mari... Bertanding lagi.?"

Iksan akhirnya tersenyum. "Ya!"

Babak 1 bagi Kelompok Loyalty telah selesai, disambung ke-12 kelompok lainnya. Dan sesuai perkiraan, ada 3 kelompok yang gugur. Mereka tidak beruntung karena mendapatkan monster unik nomor urut 1-3. Dan kelompok yang paling mencolok tentu saja kandidat utama pemenang turnamen dengan nama 'Doom'.

.A.S.T.R.E.A.

"Woh~aku tidak menyangka kita kandidat keempat pemenang turnamen.." kagum Ambush melihat pengumuman terbaru pada mading khusus.

"Uratan pertama siapa, kak Ambush?"

"Coba kita lihat. Doom..Doom-- aah ini! Urgh!?"

"Ada apa, kak Ambush??"

"B-bukan apa-apa. Hanya saja aku terkejut dengan nama orang ini.." jawab Ambush dengan tangan gemetaran menunjuk siswa dengan nama 'Orphan'.

"Oh, si bangsawan sialan itu.." batin Iksan ber-oh ria.

Dan Jeane menyikutnya.

"K-kenapa kau melakukan itu?!" marahnya.

"Jaga kata-katamu.."

"Tidak ada yang mendengarnya juga.!"

"Aku ada. Atau aku bilangin pada Orphan jika kau mengatainya yang tidak baik.?"

"Ugh. Ancaman macam apa itu? Jika kau benar-benar melakukannya aku bakal dapat masalah besar--tunggu sebentar. Itu artinya aku 'akan' bertarung dengan si Orphan, gitu.?"

Jeane facepalm melihat balasan hati Iksan.

"Lupakan saja.." (#_#)

Mereka jadi diam saat master mereka, Coroka berdiri di depan ke-12 kelompok tersisa.

"Aku ucapkan selamat kepada kelompok yang berhasil dan bagi kelompok yang gagal kalian dapat mencoba tahun depan dengan kelompok yang sama, atau berbeda. Tapi, biarkan aku katakan..kalian semua luarbiasa. Kerja sama, kepercayaan dan keberuntungan yang kalian miliki memang pantas untuk Astrea, walau tidak banyak yang beruntung namun tadi adalah pertarungan yang hebat. Aku kagum dengan kalian semua.."

Prok. Prok. Prok!

Perhatian tertuju pada orang yang mengawal ratu serta putri pertama, diikuti Yuliana(?) dan peserta serta penonton. Tetapi entah kenapa cuma Iksan yang tidak bertepuk sambil memendamkan wajahnya yang merah seutuhnya.

"Kenapa dia tidak bertepuk tangan.?" bingung Edwars.

Semantara itu Iksan....

"ARGH!! AKU MALU SEKALI. KENAPA KAU YANG BERTEPUK TANGAN PERMATA KALINYA, AYAH?!"

Andai mereka tahu apa yang Iksan permasalahan, entah apa yang akan terjadi nantinya.

"Terimakasih atas balasan dari kalian semua. Untuk babak selanjutny--"

Pusss!

""??!"" semua orang yang ada disana membeku dalam diam saat perempuan berseragam coklat dengan motif emas tiba-tiba muncul di tengah-tengah peserta dan Coroka.

"Ada apa, Murid Acless?" Coroka menjauhkan mikrofon sebelum bertanya, pertanyaan Coroka hanya dapat di dengar oleh para peserta dan siswi misterius itu.

"Master Coroka, saya mendapatkan laporan dari prajurit jika pemberontak menyerang istana kerajaan!"

"!?"

Mereka menunjukkan keterkejutan dalam bentuk diam.











Sudah dimulai ya.?

Badan Jeane agak menegang mendengar suara batin itu.

Sudah?

Sesuai rencana!

Aku siap kapanpun

Pertandingan tadi bagus tapi sayang setelah ini banyak yang akan mati!

Semuanya... Ayo kita mulai revolusioner kita!











Air keringat jatuh di pelipis mendengar banyak suara masuk di kepalanya, Jeane mengangkat kepalanya ke meja penonton.

"Bagaimana mereka bisa masuk.? A-ahaha"

"Ada apa, nona Jeane?" tanya Maya masih tenang.

"Maya, kumpulkan anggota komite-mu dan beritahu kepada mereka untuk tidak gegabah. Karena banyak musuh 'disini'.!"

"......" Maya dengan tenangnya menggangguk, ia masuk ke dalam dunia cermin.

"Apa yang--?"

Tidak lupa menyeret Ambush masuk.

"Dengar semuanya, para pemberontak ada di bangku penonton dan mereka ada 'banyak' sekali. Aku mengatakan ini bukan tidak mengerti perkataan Acless tadi hanya saja.." jeda Jeane menjadi pusat perhatian, matanya menatap anggota kelompoknya dan anggota kelompok lainnya.

"Ada pemberontak di antara kita!"

""!!!""











"Kekuatanmu memang merepotkan ya... Ketua?"

Crash!

"Eh?"

Dada tengah Jeane ditembus oleh seutas tangan.

"Nona Jeane?!" pekik Orphan.

Saat semuanya ingin mengepung si penyerang yang bersembunyi dibelakang Jeane, sosok bayangan melompat tinggi ke atas. Ia menggigit sebuah apel dan aura kuat menyelimutinya.

Earth Shaker Magic :
Destruction Earth

Semuanya menghindari hantaman bayangan itu, medan seketika terguncang sangat hebat, bangku penonton berjatuhan, pasak-pasak tanah yang sangat besar menghancurkan lapangan akademi sampai ke ruang VIP ratu dan puteri pertama.

"Semua murid, cepat pergi dari sini dan kelas 3 bantu warga serta adik kelas kalian evakuasi.!" perintah Heildet.

""Baik""

"Semuanya, jalan keluar darurat sudah kami buat. Silahkan lewat sini!" beritahu kelas 3 yang membuat terowongan tanah.

"Ayo. Ayo!" para warga dan murid akademi kelas 1 dan 2 bergegas menuju terowongan yang dijaga beberapa murid kelas 3.

"Mereka sepertinya mengantipasi serangan kita.." kesal satu pemberontak. Ia mencoba melancarkan sebuah serangan.











"Hoi... Kau menghalangi pemandanganku!"

"He?"

Daar!

Pemberontak itu terpental ke samping setelah terkena tendangan yang dapat meledak itu.

Siswa berambut merah berdiri ditempatnya tadi, dikelilingi tiga siswi perempuan.

"Keadaaan jadi kacau sekarang. Kau tidak mau membantu mereka semua, Quema.?"

"Untuk apa? Aku suka kekacauan.."

"Ya,ya. Aku salah bertanya padamu.." sebal perempuan bertanduk naga itu.

"Quema onii-chan, tidak boleh begitu. Kita juga murid akademi sudah hak kita membantu apalagi onii-chan adalah Leader Orgnzt, bukan.?" tegur gadis bersurai susu panjang.

"Haah. Baiklah jika Chino yang memaksa.."

"Aku ditolak, giliran Chino aja dia berubah dratis.." kesal perempuan tanduk naga tadi.

"A-aku ikut kalian bertiga saja.." cicit gadis berkacamata.

Siswa bernama Quema mengeluarkan pisau dari balik sakunya. "Paman Ata memberiku ini tadi, sayang tidak digunakan'kan.?"

"Terserah kau saja.!"

Party yang dipimpin Leader Orgnzt satu ini membantu, dan 'membersihkan' bagian atas bangku penonton.

.A.S.T.R.E.A.

"Aneh aku terjebak denganmu, Ik.."

"Benarkah.? Kurasa ini bagus karena aku tidak perlu bertarung sambil melindungi.."

"Hei, apa kau baru saja mengejekku.?"

Kini medan turnamen berubah dratis jadi seperti jurang penuh tumpukan tanah. Mereka berdua terus berjalan sampai bertemu dengan Aleo yang berada di dekat pepohonan yang masih utuh.

Aleo menyadari kedatangan keduanya. "Kak Iksan. Kak Edwars!"

"Hm? Apa aku mengenal?" bingung Edwars.

"Akhirnya ketemu juga.." gumam Iksan sambil tersenyum menatap Aleo yang berlari ke arah mereka seraya melambaikan tangan.








Blue Thunder : Blue Strike

Drass!!

"?!!"

Aleo berhasil menghindari tusukan mematikan dari petir biru Iksan.

Iksan melanjutkan serangannya dan menarik tangannya kembali mengarah ke Aleo. Sekali lagi Aleo dapat menghindarinya, ditambah serangan kejutan dari Edwars tapi Aleo kembali dan dapat selamat dari dua serangan tadi.

"Aku tidak tahu kenapa kau menyerang anggotamu sendiri tapi kuyakin kau memiliki alasan yang kuat, Ik.?"

"Kau benar, Ed.." tatap Iksan ke Aleo yang mengeluarkan 'topeng' aslinya.

"Bagaimana kau mengetahuinya jika itu aku?" tanya Aleo kalem.

"Jika aku jawab kekuatanmu kau pasti tidak bakal percaya. Haaah.." Iksan mendesah lalu kembali menatap Aleo. "Pesan terakhir Jeane, 'di antara kita ada pemberontak'. Pesan itu ditunjukkan untukku. Melihat serangan tadi, hanya kau yang mempunyai unsur tanah, Aleo!"

Grin..

"Hahaha. Hebat. Aku pikir kau orang bodoh yang hanya tahu cara bertarung saja. Hah, aku sangat ceroboh.."

"Si Jeane itu tahu dari awal jika aku adalah pemberontak tapi kenapa dia cuma diam hingga saat ini. Apa karena aku hanyalah bocah berumur 14 tahun?! Hah, menjijikan sekali rasa simpatinya.!"

"Pfft.!"

"Apa yang kau tertawakan?!" kesal Aleo.

"Tidak-tidak. Ternyata pikiranmu memang masihlah seorang bocah.."

"Kau!"

"Baiklah, akan kuberitahu padamu alasan sebenarnya Jeane 'tidak' menghabisimu-- tidak, yang benar... Kenapa senior Maya tidak menghabisimu.?"

"!?" Aleo tersentak mendengar nama Maya. Iksan mengangkat jari telunjuknya. "Itu karena... Senior mempercayaimu."

"Jika kau adalah anak yang baik!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top