Chapter 3 : Tantangan
[ Iksan POV ]
"Luka! Luka! Luka!"
Lelaki berambut coklat karamel itu memasang ekspresi puas sambil melambaikan tangannya. Mengabaikan diriku yang ada di hadapannya.
"Haaaah..."
Mengingat kejadian ke belakang membuatku ingin tidak sekolah. Tidak, aku tidak boleh memikirkan hal itu. Aku harus sukses disini.
.A.S.T.R.E.A.
[ Past POV ]
"Kakak..?"
Iksan serta lelaki bernama Luka itu menatap Yuliana penuh pertanyaan. Kedua belah pipi Yuliana merona(?) dan mulutnya di tutup oleh tangannya sendiri.
"A - Aku akan melakukan 'apapun', asalkan 'kakak' tidak terluka.." katanya memohon sambil menatap Luka. Dan entah kenapa Luka ikutan merona, berbeda dengan Iksan yang 'panas-dingin'.
"Y - Ya, k - kurasa aku tidak punya pilihan. Hm~hm~" girang Luka. Dan itu membuat Iksan tambah kesal.
"Yuliana--!"
"--Hei, apa kau tidak mendengar katanya... Kakak--- maksudku sepupu!?" potong Luka sembari tersenyum girang.
(Kenapa kau juga memanggilku seperti itu!?) tatap intens Iksan.
"Aku tahu rasanya menjadi seorang 'kakak', yaitu menginginkan yang terbaik untuk adiknya, bukan..?"
(Mana kutahu..!)
"Kau tenanglah. Aku tidak akan melakukan apa - apa dengan Yuliana, mungkin.."
(Tetap saja aku tidak terima!)
"Berhenti sampai disana!"
Pada waktu bersamaan Ambush datang sebagai penengah. Luka dan anak buahnya menatap Ambush tidak suka.
"Aku tidak bisa membiarkan hal ini 'sebagai' anggota kedisiplinan sekolah.." tambahnya.
"Tcih..!" Luka berdecih.
"Yuliana, tadi kau bilang 'akan melakukan apapun, asalkan Iksan tidak apa - apa', kan?" Yuliana hanya mengangguk.
"Apa maumu, Ambush?" tanya Luka tidak suka.
"Aku menyarankan untuk mengadakan Tantangan..!" setelah Ambush mengatakan itu, semua murid yang ada disana menatap mereka.
"Ide bagus, bukan?"
"Ambush, apa itu?" Iksan menarik lengan Ambush dan bertanya.
"Oh ya kau'kan siswa baru, pantas tidak tahu. Akan aku jelaskan.."
.A.S.T.R.E.A.
[ Iksan POV ]
Peraturan Tantangan adalah satu - satunya cara murid dapat bertarung satu sama lain di akademi ini, dengan mempertaruhkan 'sesuatu'. Tentu Tantangan harus diterima oleh kedua belah pihak. Ini adalah cara yang bagus untuk mencari keadilan.
Tapi...
"Aku tidak merasa begitu.."
Dari awal ini sudah tidak 'adil'. Kenapa aku harus bertarung? Yang buat masalah Yuliana, kenapa aku yang bertarung?
"........ "
Yah. Aku sudah berjanji dengan Miko, maka aku akan melakukan ini dengan 'ikhlas'.
Kembali ke topik awal, kami mempertaruhkan Yuliana. Jika lelaki itu menang maka Yuliana harus menjadi kekasihnya. Taruhan yang bagus, apalagi penampilan Yuliana yang berada dalam mode MOE saat ini.
Aku hanya perlu bertarung'kan?
.A.S.T.R.E.A.
[ Author POV ]
"Midnight Alkoholis Luka, seorang bangsawan Duke, tinggal di Kota Astrea dan keluarganya menjalin kerjasama dengan akademi dibidang 'gelap'. Mendapatkan beasiswa karena kemampuannya di akui salah satu Master, walau sifatnya seperti itu.." gumam Ambush menjelaskan.
"Apa kakak baik saja ya?" cemas(?) Yuliana.
"Entah kenapa aku merasa kasihan dengan kalian berdua. Maaf.."
"Mati saja sana.." batin Yuliana.
"Luka! Luka! Luka!" para pendukung Luka masih kuat menyoraki tokoh utama mereka.
"Ambush, tadi kau bilang dibidang 'gelap'? Maksudnya itu apa?" tanya Yuliana tanpa memperdulikan pendukung Luka.
"Hmm......... Aku juga tidak tahu."
Cukup lama Yuliana menatap datar Luka yang cengengesan.
Arena bertarung mengambil gaya modern seperti tempat duduk di stadium, arenanya sendiri terbuat dari tanah biasa lapangan gladiator. Yang membedakan hanya tiang - tiang yang ada di depan tempat duduk, di atas tiang ada permata yang dapat mengeluarkan perisai tak terlihat jika ada serangan yang mengarah pada penonton.
"Hei Ambush, cepat dimulai pertandingannya dong.."
"Iya nih, dasar.."
"H - Hahaha... Maaf - maaf.."
Dan juga disetiap Tantangan harus ada pengawas. Seorang pengawas harus berasal dari salah satu Master atau anggota komite akademi.
Ambush berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke atas, titik - titik hitam mulai bermunculan di atas telapak Ambush.
"Pertandingan... Dimulai!" serunya.
Bersamaan dengan itu abu hitam menyebar ke udara dari telapak tangannya, tanda pertandingan sudah dimulai.
DHUAR...
"......."
"......."
Semuanya terdiam saat tempat Luka berdiri dipenuhi oleh debu tebal. Hanya Yuliana saja yang tersenyum.
"Bagus.."
.A.S.T.R.E.A.
"Luka! Luka! Luka!"
Berisik! Apa kalian tidak lelah apa?
Pendukung lelaki ini membuat telingaku sakit. Heh? Apa yang sedang dilakukan oleh Ambush? Benda hitam apa yang ada ditangannya itu?
"Pertandingan Dimulai!!"
"Akhirnya dimulai.."
Aku alirkan mana ke telapak kananku. Yang aku lakukan sekarang adalah Sihir, bukan kekuatan alam yang sering aku lakukan. Sedikit info, aku belajar dari Yumi.
Lightning Magic :
Storm Spear
Telapak kananku menolak kuat ke belakang menciptakan pusaran angin yang kuat, tombak petir kuning melesat cepat ke tempat lelaki bernama Luka.
Sesuai dugaanku, dia terkejut.
Dhuar...
Tombak petirku menyambar Luka ditempat.
"Luka!!" salah satu pendukungnya teriak.
Kuat juga orang itu berteriak.
"Hahahaha... Aku benar - benar terkejut. Hei, bukankah yang tadi itu curang?"
"Ambush sudah memulainya, itu salahmu sendiri yang fokus ke penggemarmu.."
"Aku bahkan tidak bisa mengelak.."
Astrea Academy memang penuh dengan monster. Dia hanya tergores setelah terkena telak sihir petir tadi, seingatku sihir tadi pernah aku gunakan melawan beruang dan beruang itu mati.
Jadi ini Astrea Academy..?
Lightning Magic :
Triple Spear
Aku kembali melesatkan tombak petir, kali ini ada tiga.
Luka berlari menghindari dua tombakku tapi ia menghadang yang terakhir. Apa yang ingin dia lakukan?
Void Magic :
White Hole
Bola hitam tercipta ditangan yang bermaksud menghadap tombak petirku, aku dapat melihat aura putih yang mengelilingi bola itu. Tombak petirku masuk ke dalam sana dan bola itu membesar?
"Inilah kekuatan sejati Midnight. Camkan itu..!"
"Akan aku ingat.." reaksi ini membuatku bersemangat. Akademi ini dipenuhi oleh orang - orang yang kuat.
Aku tidak tahan lagi. Jika aku bertarung dengan orang - orang ini apa aku dapat mengalahkan Kakak Sialan itu?
Sudah kupastikan! Aku akan menantang orang terkuat di akademi ini.
Aku rentangkan kedua telapak tanganku menyilang ke depan dadaku, petir kuning mulai menari-nari disana.
"Percuma saja. Kau tidak dapat menembus bola penghisapku. Tidak akan pernah..!"
"Mari kita coba.."
Aku hantamkan kedua telapak tanganku ke atas tanah, ledakan terjadi di kedua samping Luka. Dua bongkahan tanah melayang terbang siap meremukkannya. Aku dapat melihat Luka membuka telapak tangan satunya, percikan api kecil terbang mengarah ke bongkahan tanah.
Daar...
Dan meledak.
Aku masih tidak percaya percikan api sekecil itu dapat meledakkan bongkahan tanah sebesar serigala.
"Kau sudah selesai, junior?" tanyanya dengan senyuman mengejek.
"Aku baru mulai, senior..!"
Aku kencangkan kedua lenganku, petirku menyatu disana dan membuat sarung tangan petir.
Thunder Armed
Petir yang ada dibawah kakiku meledak, menerjang ke depan. Aku menyerang dengan tinju kanan tapi ditahan oleh bola Luka, dan bola itu kembali membesar. Aku melompat kembali ke belakang lalu menyerang lagi, sampai seterusnya hingga bola hitam itu menjadi sebesar setengah arena dengan retakan kaca dibadannya.
"Sudah waktunya.."
Ada kubah transparan yang melindungi Luka saat bola hitam itu ia lempar ke udara.
"Waktunya ledakan.." serunya.
Midnight Sun Circle Art :
Explosion Arc
Blaaaar..!!
Retakan pada bola mengeluarkan sinar cahaya yang sangat terang, selanjutnya adalah saat bola hitam itu meledak ratusan laser cahaya menghujani arena.
Beberapa dari mereka mengarah ke tempatku.
.A.S.T.R.E.A.
Aku tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Yang aku tahu sekarang adalah...
"Aku... Menang?"
Yuliana mengangguk. "Saat ledakan aku melihat kau bergerak sangat cepat ke tempat Senior Luka. Kau menyerangnya tanpa balas kasihan.."
"B - Benarkah??" aku tidak yakin dengan itu.
Sekarang aku berada di UKS dalam tahap penyembuhan, Ambush dan Yuliana yang membawaku ke sini.
"Jangan bilang kau tidak ingat?"
"Aku tidak ingat apapun.."
Yuliana terdiam merenungkan sesuatu.
"Kau istirahat saja, aku akan bilang ke Master jika kau belum sembuh.."
"....." tidak ada balasan dari Iksan.
Yuliana keluar dari ruangan UKS, dan menatap ke samping.
"Kau yang melakukannya, bukan?"
"Berterimakasihlah kepadaku, Yuliana. Jika Tuan Hacim tidak mengeluarkan kekuatannya, dia akan kalah disana. Dan juga kau akan menjadi kekasih bangsawan lemah itu.."
"Jaga bicaramu. Jangan gunakan kata itu.."
"Kau sendiri bagaimana? Kau memanggil Tuan dengan sebutan 'Iki'..?!"
"Itu hanya penyamaran, kau seharusnya tahu itu!?"
"Ya - ya, Nona Pelayan. Saya yang salah.."
Perempuan itu mengibaskan surai pirangnya yang panjang, menatap Yuliana dengan manik hijaunya.
"Sekarang bagaimana? Banyak murid yang melihat 'petir' Tuan.."
"Bukan masalah. Anggap saja itu cahaya yang terpantul.."
"Cahaya yang terpantul ya..? Kalimat yang menarik." perempuan itu membalikkan badannya dan melenggang pergi.
Yuliana memukul pelan pintu UKS. "Sial.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top