Chapter 29 : Babak 1

[ Author POV ]

Iksan dan lainnya menunggu di sudut medan kembalinya Jeane yang sedang pergi mengkonfirmasi kelas mana saja yang bakal mereka hadapi nantinya. Ada dua orang yang tidak bisa diam saat ini yaitu Ambush yang nampak sangat gelisah dan Iksan... Yang terlalu semangat.

"N-nona Maxwell, bukankah i-ini sedikit berlebihan melawan banyak orang.?" tanya Aleo cemas.

"Aku rasa tidak, ini bisa dijadikan latihan dan pengalaman bertarung nantinya. Ya'kan, Iksan?"

"Hm. Pemanasan itu penting.." sahut Iksan keluar dari topik. Ambush seketika pucat. "Sialnya aku. Aku tahu Iksan bakal jadi masalah di depannya tapi kenapa sekarang. Kurasa aku mulai menyesal."

"Yo, aku kembali.!" cetus Jeane yang baru saja kembali.

"Bagaimana hasilnya, nona Jeane?" tanya Maya dengan tenang.

"Tidak terlalu baik, untuk sekarang siswa yang kita lawan ada 30. 20 kelas 1 dan 10 kelas 2, mereka adalah 1A, 1B dan 2B..."

"Sulit.." sahut Maya.

"Hm~aku sedikit kecewa tidak ada kelas 3 tapi tak apa, toh kita dapat 30.."

"Aku juga.."

"Kepala kalian pasti bermasalah!" pekik Ambush tak percaya respon dari Iksan dan Maxwell.

"Lalu.?" Jeane lanjut. "Peraturan lainnya kita tidak boleh mencederai siswa, hanya boleh melukainya. Jauhi dalam hal fatal terutama kalian bertiga."

"Heh? Aku juga?!" pekik Ambush. "Kekuatanmu yang sangat berbahaya di antara kita semua. Kau tahu.?"

"H-heeh. A-aku baru tahu.."

"Yang lainnya kita diperbolehkan menggunakan senjata dalam bertarung asal tidak membunuh, minimalkan kekuatan kalian agar tidak kehilangan kendali dan tidak diperbolehkan menyerang penonton dengan sengaja. Kalian bisa mengikuti ketiga peraturan tadi.?"

"Itu mudah saja~!" Maxwell.

"Aku tidak keberatan.." Iksan.

Jeane mengangguk senang, anggota sisa tidak mengeluarkan jawaban mereka dan Jeane mengakhiri pemberitahuannya. "Sekarang ke rencana.."

Jeane mengeluarkan lima permata hijau.

"Permata Komunikasi? ReConnect??"

"Panitia memberikanku ini agar kita bisa saling mengirim suara, turnamen tahun ini mengambil sistem kelompok jadi permata komunikasi dibutuhkan dalam turnamen.." beritahunya. Jeane memberikan masing-masing satu.

"Ini sudah disetel agar kita bisa berhubungan satu sama lain.." gumam Maya.

"Ya, dan satu hal lagi.."

""??""

"Dalam satu putaran bakal ada 3 kelompok sekaligus yang ada di medan turnamen nantinya.."

"Bagaimana bisa?" kaget Aleo.

"Wuah!" mata Iksan berbinar.

"Tapi kita dilarang menyerang kelompok lain.." jelas Jeane.

""T.cih!"" Iksan berdecih, disampingnya Maxwell ikutan juga.

"Sebenarnya ada apa dengan kalian, hah??" batin Ambush.

"Iksan, Maxwell, tujuan kita adalah memenangkan turnamen ini, bukan mencari masalah.." tegaskan Maya. "Atau kalian ingin aku hukum!?"

"Hay~~"

"Hu.."

"Hahaha. Kalaupun kalian dapat menyerang kelompok lain secara diam-diam tetap saja tidak bisa. Karena master akan menjadi garis pembatas antar tiga kelompok nantinya dan... Leader Orgnzt juga bakal ikut membantu para master!"

Maya kembali mendesah seperti kebiasaannya. "Jadi, nona Jeane, apa rencananya.?"

"Rencananya begini.."

.A.S.T.R.E.A.

Babak 1 sudah dimulai, sisi utara terbakar oleh monster unik nomor 6-- Salamander Api Kegelapan, walau namanya begitu apinya berwarna ungu tua. Kelompok Blueue yang mendapatkan nomor itu berhasil memojokkan sang kadal.

Brost sebagai pemimpin kelompok dan... Satu-satunya laki-laki disana mengambil bagian tanker.

Freeze Scythe

Brost memunculkan sabit esnya dan menahan semburan api ungu milik kadal ungu, jubah putihnya berkibar akibat hentakan pertahanan.

"Maaf gara-gara aku ada di kelompokmu kita mendapatkan lawan yang merepotkan.." kata wakil Brost.

"Tidak masalah, Julia. Kutukanmu itu tidak akan menghentikan kita untuk memenangkan pertarungan ini.."

"Terimakasih, Brost.." kata siswi perempuan berambut biru tua gelap berseragam blazer hitam dan kemeja merah muda.

"Ketua, rencana anda.?"

"Benar. Aku ingin kalian berdua memojokkan lawan kita.."

"Diterima!"

"Suako.!" panggil Brost, disaat bersamaan lingkaran sihir biru muncul dibawah kaki seorang gadis bertelinga kucing abu-abu. Ia mengenakan gaun putih tanpa pundak.

Breath!

Kadal ungu menyemburkan nafas apinya, pelindung sihir biru menahan api itu. Cahaya biru membungkus sabit Brost dan membuatnya tambah dingin.

"Semuanya, lakukan!" perintah Brost.

Julia menggunakan sihir tidurnya untuk menurunkan kesadaran kadal ungu, hal itu dimanfaatkan oleh Brost untuk melangkah maju karena api ungu telah berhenti. Dua anggotanya muncul disamping kiri dan kanan kadal ungu.

Ice Spear :
Freezing Aura

Perempuan berambut abu-abu pendek menusukkan tombaknya ke depan melepaskan semburan dingin yang membekukan kaki kadal ungu.

Ice Maker :
Blue Solar

Oyar!

Laser hijau menghantam kadal tersebut hingga tanah hancur, sekitarnya langsung jadi es. Pemiliknya adalah gadis berambut coklat panjang dengan manik hijau yang hanya mengenakan bra serta pelindung dada, jubah dibagian badan dan minim dibagian bawah.

"Kerja bagus, Lona, Sairi.!" puji Brost.

"Selesaikan, ketua!"

"Haaa!" Brost menerjang melewati kadal ungu melakukan tebasan vertikal membelah kadal itu yang sudah jadi balok es. Es terbelah dan monster unik nomor 6 berhasil dikalahkan.

"Monster dikalahkan. Kelompok Blueue lolos dari babak 1!" seru Coroka melapor.

"Berhasil.." senang Julia.

Lona dan Sairi berjalan berdekatan dengan Brost yang tersenyum ramah sambil memuji kinerja anggotanya.

"Ini berjalan baik tapi.." ekspresi Julia jadi kecut saat melihat Lily 'masih' pingsan di dekat gadis bertelinga kucing-- Suako.

"L-Lily-san.?"

"Aku tidak tahu kalau dia takut sama kadal sampai pingsan segitunya.." sweatdrop Julia.

"Sungguh mengejutkan ya melihat Lily-san yang pemberani itu juga bisa takut.." celoteh Sairi-- gadis berambut coklat panjang.

"Dia juga manusia, nona Sairi.." tambah Lona.

"Hahaha, awalnya aku dan Lily yang jadi tanker. Tidak tahu jika dia takut sama kadal hingga membuatnya pingsan.."

"Itu tidak terlalu lucu, Brost.."

"Haha, maaf. Bagaimana dengan Kelompok Loyalty.?"

Brost mencoba melihat ke arah benda besar berwarna hitam yang menampilkan tiga sudut pandang, salah satunya adalah pandangan kelompok Brost melawan Salamander Api Kegelapan dan kelompok lainnya termasuk kelompok Iksan.

Benda itu dinamakan Layar Hitam. Dan benda hitam yang memiliki bundaran mata serta dapat terbang disebut Kamera Drone. Kedua benda itu hasil ciptaan prosesor jenius Neo. Ngomong-ngomong lift juga termasuk salah satu ciptaannya.

"?!?"

""??!?" Brost dan anggotanya terkejut melihat layar yang menampilkan Kelompok Loyalty.

"Dia... Gila!"

.A.S.T.R.E.A.

[ Iksan POV ]

Begini rencananya... Aleo, Ambush dan Maya yang akan melawan Golem Lumpur Pelenyap, aku bertugas mengawasi kalian dan ke-30 murid... Biar mereka berdua yang menghadapinya

Itu kata Jeane saat ia menunjukku dan Maxwell. Awalnya senior Maya keberatan dan sengaja meningkatkan tekanannya untuk mengancam tapi Jeane berhasil menenangkannya.

"Ketua kita memang hebat, aku terkejut merasakan kekuatan asli Maya.."

"Maxwell benar. Kehadirannya... Mirip kak Gladiska. Lalu kenapa saat itu senior kalah?"

Aku dan Maxwell menuju ke barat setelah melaporkan keadaan ke Jeane, bagian ini dipenuhi oleh murid Kelas 1B... Awalnya begitu.

"Berhenti!" isyaratku. Kami berhenti dibalik pohon, aku gunakan 'Mana Eyes' dan melihat kumpulan mana di depan kami. "Perubahan keadaaan, ketiga kelas berkumpul disatu tempat." laporku ke Jeane.

"Begitu. Apa kalian bisa tunggu sebentar sampai aku datang.?"

"Sepertinya tidak.."

"Iksan benar, salah satu dari mereka menggunakan sihir alternatif yang sama.." beritahu Maxwell melihat satu siswi mengumpulkan mana dikedua matanya.

"Kalian punya solusi?" tanya Jeane.

"Hei Iksan, apa 30 itu jumlah yang banyak?" tanya Maxwell... Polos. Iksan entah kenapa ia tersenyum. "Ya, itu lumayan banyak."

Suara Jeane mendengus terdengar di permata komunikasi. "Jangan sampai hilang kendali ya.?"

""Tentu!""

.A.S.T.R.E.A.

[ Author POV ]

"Mereka bergerak?!" pekik siswi yang menggunakan 'Mana Eyes'.

Iksan dan Maxwell keluar dari persembunyian. Dua murid terdekat jadi korban pertama mereka berdua.

"Bukan keputusan bagus mengirim dua yang mengawasi bagian depan.." bisik Maxwell.

"Kalian tahu kami akan datang dari sini tapi hanya mengirim dua orang saja. Apa kalian meremehkan kami.?"

Bayangan keduanya yang menyeringai menyeramkan memberi efek rasa takut ke sisa murid tersisa.

"Aku akan mengirim mereka satu ke atas dan belakang, pastikan kalian menyerang mereka secara bersamaan.!" seru siswa kelas 2 siap dengan sihir ruangnya.

"Hoi hentikan itu, kita bisa--" kalimat kelas 1B itu terpotong setelah Iksan serta Maxwell telah terkirim.

"Sial. Kenapa dia tidak mau mendengarkan." batin orang ini gusar, ia memberi isyarat kepada sesama kelas 1B untuk menggunakan 'Mana Eyes'.

Pss..!

Disaat bersamaan Iksan dan Maxwell muncul ditempat yang disebutkan.

"Serang keduanya sekara--?"

Nengliang Bianhua, Lan Sen Shandian :
Moffa Mao

JDAR!!

Tusukan biru menghantam kelompok yang ada di barisan belakang hingga ke tengah. Sosok Maxwell menginjak tanah dan mendaratkan tendangan tombak ke wajah siswa yang mengirimnya.

"D-dia.??"

Iksan mengumpulkan bola petir di atas langit dan langit seketika jadi gelap. Hujan bola petir tidak dihindari dan menyambar semua murid yang tepat ada dibawah Iksan kecuali Maxwell yang sudah mengelilingi dirinya dengan halilintar.

Iksan mendarat disamping Maxwell dan terlihat mereka seperti saling membelakangi.

"Kau menghabisi semua, Maxwell.." senyum Iksan.

"Kau juga sama~" mereka berdua tersenyum seperti tokoh jahat.

"........"

"".........""

Asap debu hilang ditiup angin memperlihatkan semua survivor dari Kelas 1B dan setengah dari A.

"He~mengejutkan. Setelah serangan tadi masih banyak yang selamat.." kagum Maxwell.

"Sudah kuduga. Aku kenal keberadaan ini. Itu pasti kau Ed.."

"Kalian hanya mengalahkan seluruh kelas 2B dan setengah dari 1A. Itu sudah cukup, Ik.." sahut pemuda berambut pirang yang hampir sama seperti Iksan.

"Siapa dia?"

"Orang kuat. Biar aku yang melawannya, Maxwell, kau boleh melawan sisanya.."

"Oh? Segitukah kuatnya?"

"Dia targetku.!"

"Baiklah aku mengalah untuk hari ini. Setidaknya 14 lawan, itu sudah cukup untukku.."

"Semuanya bersiap. Lawan kita setara dengan Ketua Komite, jangan sampai lengah..!" ingatkan siswa berambut pirang yang sebenarnya bernama Edwars.

Dash!

Iksan melesat sangat cepat menggunakan petirnya, Edwars menyentak kaki menghalau tusukan petir Iksan dengan pasak es.

"Kau tahu, Ed.? Sudah lama aku ingin menantangmu!"

"Aku juga..Ik!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top